16. Oh Tidak!

9 0 0
                                    

By: Nurul Manjaga

Bunyi cacing-cacing di perutku kini sudah menyelesaikan sepuluh lagu. Aku menghela napas dan akhirnya menyerah. Padahal masih banyak ide yang ingin kuketik, tetapi cacing ini sudah tidak ingin berkompromi.

Kuputuskan untuk men-sleep laptopku sebentar. Lalu memakai kerudungku. Karena tidak ada makanan, jadi aku berniat membeli gorengan di luar sekalian makan malam. Yahh, walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul 21:30, sudah lewat dari jam makan malam.

Aku merapatkan jaketku, menghalau udara dingin di malam hari. Jarak antara kostku dan penjual gorengan kurang lebih 100 meter, kutempuh dengan berjalan kaki. Yahh, karena aku gak punya motor sih.

Lima menit kemudian aku tiba di penjual gorengan. Aku memilih tahu isi bakso lima biji dan dua biji ubi goreng. Aku membayar dengan uang pas, lalu kembali ke kost cepat karena aku sudah sangat lapar.

Kebetulan nasi sudah kumasak duluan sebelum maghrib. Aku menyendok nasi lalu memakan tahu bulat yang kubeli dengan khidmat.

Setelah selesai makan aku mencuci piringku langsung agar tidak menumpuk. Setelah cuci piring aku kembali duduk dihadapan laptopku dengan bersiap menyalakannya kembali. Namun ....

TAKKK

Ruangan kostku tiba-tiba menjadi gelap gulita, bersamaan dengan laptopku yang ikut mati. Aku terdiam cukup lama, mencoba mencerna apa yang terjadi. Entah kenapa otakku tiba-tiba ikutan konslet dan akhirnya loading selama ini.

Lalu kutatap layar laptopku ingin menangis. Kalau tidak salah aku sudah mengetik sekitar dua puluh halaman dari sore tadi. Dan sekarang laptop itu mati. Padahal...

"AKU BELUM NGESAVE KETIKANKUUUUUU! KENAPA HARUS MATI LAMPU!"

Aku menjerit kencang di tengah malam yang gelap dan sunyi. Tidak memperdulikan tetangga kost yg kini membuka pintuku karena jeritanku.

TIDAK. Kenapa ini harus terjadi?

Short StoryWhere stories live. Discover now