20. Black Princess

23 1 0
                                    

By:  Neli Julia

Akun WP : Kaizuka_Inaho77

Seorang gadis berdiri di dekat jendela dengan senyumnya yang memikat lagi menawan dan sedikit  terkesan sinis, ia memandang ke arah langit menatap bulan yang menggantung indah memancarkan cahayanya.

"Sudah waktunya, pembalasanku akan segera dimulai, apa yang telah mereka lakukan kepadaku akan kubalas dua kali lipat dan lebih menyakitkan," katanya sambil beranjak dari jendela menuju ke sebuah ruangan.

Ya, gadis tersebut adalah diriku yang dulunya seorang gadis polos nan lugu, yang selalu tunduk dan patuh, sabar menerima setiap caci maki yang di lontarkan orang-orang walau menyakitkan, saat itu aku hanya diam dan pasrah menerima semua perlakuan mereka kepadaku, semakin hari mereka semakin menjadi bukan hanya memakiku tapi mulai menganiaya dan menghabisi ibuku.

Sekarang tidak lagi, aku bukan lagi gadis yang lemah, sekarang aku adalah seorang gadis yang sangat di takuti bahkan malaikat maut takut berhadapan dengan diriku, gadis yang selalu haus akan darah, penuh minat dan niat untuk membalas dendam kepada mereka yang selalu menghinanya dan mencacinya bahkan yang membunuh ibunya dengan kejam, akan dia balas mereka lebih kejam lagi, baginya mata di balas dengan mata, tangan dibalas dengan tangan dan nyawa di balas dengan nyawa begitulah prinsipnya.

"Jadi besiaplah menunggu kedatangan ku "sang singa" yang sudah bangun dari tidurnya, mencari mangsa untuk di makan."

Dua puluh tahun lalu, aku hanyalah seorang anak yang dilahirkan dari rahim seorang  ibu yang bekerja di sebuah tempat hiburan malam, walau tak "melayani" pelanggan ibuku hanya seorang pelayan yang mengantarkan minuman, hanya sekedar pelayan bukan melayani catat itu, walau hanya sekedar mengantar minuman bagi masyarakat di sekitar bekerja di tempat hiburan merupakan suatu pekerjaan yang kotor dan tak patut dilakukan.

Berat memang, tetapi ibuku tetap menjalaninya dengan sabar walau dikucilkan dan dicaci maki, bagi sebagain orang itu adalah pekerjaan yang kotor, tapi tidak bagi ibuku dari sanalah tempat ia mencari nafkah dan untuk memenuhi kehidupan sehari hari.

Saat itu aku belum tau apa-apa, aku hanya melihat ibu-ibu sedang berkumpul dan berbisik-bisik saat aku dan ibu lewat di depan mereka.

"Ehh aduh jeng, awasi suaminya di rumah," bisik seorang ibu-ibu yang seumuran dengan ibuku kepada ibu yang lain.

"Emang kenapa jeng?" tanya ibu yang lain.

"Itu liat siapa yang barusan lewat, ati-ati aja ya jangan sampai suaminya pindah haluan." Seorang ibu-ibu kembali menimpali.

"Aah begitu ya, Jeng, sekarang banyak sekali ya pelacur berkeliaran," kata ibu-ibu itu seolah itu sindiran yang di utarakan untuk ibuku.

Aku yang mendengar kata pelacur di sebutkan terlihat bingung dan penasaran dengan kata tersebut, kemudian aku dengan polosnya bertanya kepada ibu apa itu yang di sebut pelacur.

"Ibu, pelacur itu apa?" tanyaku dengan wajah polos penuh dengan rasa keingintahuan.

Ibu hanya menatapku sendu seperti enggan menjelaskan, kemudian ia berkata sambil tersenyum hangat menatap wajahku.

"Belum saatnya kamu tau, Nak. Suatu saat nanti kamu akan tau, jika suatu saat nanti kamu tau jangan pernah membenci ibu, Nak."

"Semua yang ibu lakukan hanya untuk memenuhi kehidupan kita berdua, jadi jangan pernah mendengarkan kata orang lain tetapi selalu dengarkanlah apa yang dikata hatimu, baik dan benar itu tergantung dari cara mu melihat dan menilai."

Aku hanya menganggukan kepala sebagai respon dari perkataan ibuku, saat itu terbesit di benakku bahwa yang namanya pelacur itu pastilah buruk.

Saat aku memasuki sekolah menengah pertama, awalnya aku memiliki teman yang banyak sekali akan tetapi setelah mereka tau apa perkejaan ibuku mereka mulai menjauhiku satu persatu, mengucilkan, mencaci-makiku walau begitu aku selalu diam tak membalas perbuatan mereka bahkan saat mereka ramai mengeroyokku bersama sama sekali pun aku tetap diam tak melawan.

Short StoryWhere stories live. Discover now