6. The Deep Regrets

2.6K 260 6
                                    

Hinata baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Butuh waktu yang cukup lama untuk menghilangkan bau amis di tubuh dan juga rambutnya. Jika biasanya ia hanya perlu waktu kurang dari sepuluh menit untuk mandi, kali ini ia harus menghabiskan waktu hampir satu jam di kamar mandi hanya untuk membersihkan diri.

Ini bukanlah kali pertama ia diperlakukan tidak manusiawi oleh keenam anggota GS4T tersebut. Ia sudah pernah dilempar telur busuk, tomat busuk, tepung, jus buah yang kental dan lengket. Tapi hari ini entah mengapa Hinata tidak lagi bisa bertahan. Hari ini ia sudah mencapai puncaknya. Tak bisa lagi menolerir tindakan semena-mena keenam laki-laki kelas 2-1 itu. Sungguh, Hinata tak ingin lagi sekolah di SMA Konoha.

SMA Konoha memang sekolah elit. Banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sana, namun lihatlah kelakuan siswa-siswa itu. Mereka yang berasal dari keluarga kaya raya dan berpendidikan nyatanya tidak lebih baik dari seekor binatang. Mereka tak punya hati dan perasaan sama sekali.

Menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Hinata mencoba mengatur emosi dan perasaannya. Berat sekali sebenarnya meninggalkan SMA Konoha yang bisa menjadi jembatan untuknya masuk perguruan tinggi melalui jalur khusus.

Tapi mau bagaimana lagi? Daripada Hinata terus dihina dan direndahkan serta diperlakukan tak manusiawi, lebih baik jika ia keluar saja. Toh, ia yakin kalau Tuhan akan memberikan yang terbaik untuknya. Bukankah Tuhan selalu ada bagi semua makhluk-Nya?

Hinata begitu menikmati embusan angin sore yang menerpa wajah sembabnya. Ia harus belajar untuk merelakan apa yang sudah terjadi. Cukup yakin pasti ada ganti yang jauh lebih baik.

Seperti yang sudah ibunya katakan, Hinata tak perlu merasa sedih dan kecewa. Segala apa yang sudah terjadi tak perlu disesali. Lagipula, apapun yang terjadi pada Hinata itu mungkin memang sudah ditakdirkan. Hinata beruntung memiliki orang tua seperti ibu dan ayahnya, mereka mungkin merasa sedih atas apa yang menimpa Hinata, tapi mereka tetap akan mendukung apapun keputusannya.

"H-Hai..."

Mendengar sapaan yang sarat akan kegugupan itu, gadis indigo tersebut mendongak. Kedua matanya agak membulat menatap sosok-sosok yang tak asing baginya. Mendecih sinis, Hinata langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi.

“Kami ingin minta maaf,” ujar Toneri yang seketika menghentikan langkah kaki Hinata.

Hinata berbalik. Senyum sinis terkesan tak acuh terlihat begitu jelas. Seakan gadis itu sudah muak dengan keenam laki-laki yang entah bagaimana bisa ada di taman tak jauh dari kediamannya.

“Semudah itu bilang maaf?” sindir Hinata. “Setelah apa yang kalian lakukan padaku, kalian pikir semuanya akan baik-baik saja setelah minta maaf?”

Enam laki-laki itu hanya diam dan menundukkan kepala. Rasanya terlalu malu berhadapan dengan Hinata. Dan lagi mereka memang tidak pandai meminta maaf, sebab hal itu tidak pernah mereka lakukan.

“Kali ini, biarkan aku yang berbicara banyak. Kalian diam saja, dan jangan menyela kalimatku.”

Hinata duduk di ujung kursi. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Pandangannya lurus ke depan, memerhatikan beberapa anak muda yang bersenda gurau di sana.

“Aku tahu, hanya demi minta maaf seperti ini kalian pasti merasa aku adalah orang yang beruntung. Manusia iblis seperti kalian yang tidak pernah meminta maaf, rela meminta maaf padaku yang hanyalah seorang siswi kalangan rendah.” Hinata menoleh ke samping, di mana dilihatnya mereka berenam hanya memalingkan wajah. “Tapi apa kalian pikir aku akan peduli hal itu? Aku tidak akan merasa tersanjung, terenyuh, apalagi langsung luluh. Bagiku, apa yang kalian lakukan ini tidak lebih dari seorang pecundang. Kalian hanya melakukannya dengan keterpaksaan yang mungkin akan kalian sebut dengan ketulusan.”

TSP (The Six Prince): A Story of Konoha High School (KHS)Where stories live. Discover now