4. Other Side (Bagian I)

2.6K 270 2
                                    

Pulang ke mansion keluarga Sabaku adalah pilihan terburuk bagi Gaara. Ingin hati mendapat ketenangan dan sedikit hiburan dengan bermain PSP, nyatanya yang Gaara dapatkan adalah pertengkaran dari kedua kakaknya. Mereka berdua saling memaki dan mencela.

Gaara mendengus kesal. Terlalu muak dengan semua yang terjadi pada keluarganya. Jika semua orang memandang keluarga Sabaku adalah keluarga paling harmonis, itu salah besar. Pada kenyataannya keluarganya sangat jauh dari kata harmonis.

Kedua orang tua Gaara telah lama meninggal. Kini ia hidup bersama kedua kakaknya yang merupakan orang hebat. Temari dan Kankurou selalu mendapat pujian dari orang-orang.

Banyak yang bilang kalau Gaara beruntung memiliki mereka berdua, tapi sebenarnya itu merupakan kesialan. Gaara dituntut untuk menjadi seseorang yang diinginkan oleh kedua kakaknya. Gaara diharuskan mengikuti segala bentuk aturan yang dibuat oleh mereka.

Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Gaara bersikap seperti berandalan. Bersama kelima sahabatnya yang lain, mereka menjadi penguasa di SMA Konoha. Bermodalkan nama keluarga yang berhasil menjadi salah satu donatur terbesar di sekolah elit tersebut, wajah tampan rupawan dan kemampuan otak yang jenius luar biasa, Gaara memiliki kuasa mutlak atas sekolah itu. Ia dan kelima temannya bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, termasuk menindas pada siswa dari kalangan rendah.

Selama ini para siswa kalangan rendah yang ia tindas cenderung menunjukkan hal yang sama. Ekspresi ketakutan, sedih, tersiksa dan pada akhirnya akan menangis. Dan bisa ditebak, para siswa itu lalu memutuskan untuk keluar dari sekolah.

Lalu Hinata datang. Memberikan kesenangan yang lain. Gadis kutu buku itu memang sering menjadi objek penderitaan. Dan setelah masuk ke kelas 2-1, maka hanya Enam Pangeran SMA Konoha yang berhak menindasnya.

Gaara selalu menikmati bagaimana sikap gadis itu. Selain kejeniusannya yang sanggup menyaingi kelas 2-1, ternyata Hinata memiliki ketangguhan luar biasa. Hinata menjadi siswi yang berhasil mengabaikan segala bentuk penindasan yang dilakukannya bersama anggota GS4T yang lain. Walau pada akhirnya Hinata menyerah pada keadaan.

Malas berada di rumah, Gaara ingin keluar lagi. Mungkin ia perlu datang ke tempat yang bisa membuat suasana hatinya membaik.

Sialnya suara Temari menggema, melarangnya pergi. Gaara mengumpat dalam hati. Ia jadi ingin segera lulus SMA dan kuliah di luar negeri.

***

Kembali, Sasori melakukan hal yang dulu selalu dilakukannya. Bolos sekolah. Yang kemudian berakhir terdampar di tempat bilyar milik salah satu saudaranya.

Ya, berada di tempat itu jauh lebih baik daripada di sekolah maupun rumah.

Ah, rumah. Sebuah bangunan besar nan mewah bak istana. Tapi terasa menyakitkan bagi Sasori. Bagaimana tidak? Setiap kali ayah atau ibunya pasti pulang membawa pria dan wanita yang berbeda. Selingkuhan? Sasori jelas tahu itu. Suatu kenyataan yang ditutup rapat dari publik.

Cih, bahkan Sasori merasa jijik pada orang tuanya sendiri. Bagaimana mungkin dua sosok yang menjadi panutan dirinya dan sang adik adalah orang yang sama sekali tidak berpendidikan serta memiliki perasaan?

Sasori sudah beberapa kali mencoba mengingatkan orang tuanya atas sikap buruk mereka, tapi yang ia dapatkan setelahnya adalah tamparan keras di wajahnya. Sang adik, Saara, yang kemudian akan mengobati lukanya.

Adik perempuan Sasori itu kalau dipikir-pikir memiliki kemiripan dengan Hinata. Mereka sama-sama memiliki sikap yang lemah-lembut, santun, pendiam, dan sangat menyukai buku.

Sesaat Sasori berpikir, bagaimana jika Saara juga diperlakukan dengan buruk di sekolahnya? Bagaimana jika Saara juga mendapat perlakuan kasar dari siswa lain?

Tapi mengingat keluarga Akasuna yang begitu terhormat, tentu saja Saara tidak akan mendapat masalah apapun, ia pasti akan baik-baik saja. Berbeda dengan Hinata yang memang berasal dari keluarga biasa.

Selama ini Sasori benar-benar menindas Hinata dengan perlakuan kasarnya. Sasori ingat jika Hinata memiliki keteguhan hati luar biasa menghadapi sikapnya dan juga ara sahabatnya yang lain, tapi Sasori baru menyadari kalau manusia pasti memiliki batasannya. Dan Hinata kini telah sampai batasnya. Gadis itu sudah memutuskan untuk keluar dari kelas 2-1, sekaligus dari SMA Konoha.

Sasori masih terbayang raut wajah Hinata yang hari ini, untuk kali pertama, menunjukkan kesedihan yang teramat dalam. Sebuah emosi yang tertahan entah sejak kapan. Seperti ingin meluapkan segala amarahnya, namun tidak bisa.

Mengenyahkan pemikiran itu, Sasori memutuskan pergi meninggalkan tempat yang biasanya sukses menghilangkan kebosanannya, yang entah mengapa hari ini tak memberikan efek apa-apa.

"Sepertinya aku butuh tempat lain untuk menenangkan pikiranku."

Tak ada tujuan yang pasti bagi Sasori, ia hanya ingin menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang terus bersemayam di kepalanya.

***

Shikamaru sudah sampai di rumah. Suasananya sepi, seperti biasa.

Memang apa yang ia harapkan? Orang tua ada di rumah dan menyambut kepulangannya dengan senyuman?

Cih. Itu tidak akan pernah terjadi.

Ayah dan ibu Shikamaru sangat sibuk. Mereka memiliki banyak pekerjaan yang sepertinya amat jauh lebih penting dari dirinya. Mereka berdua selalu mengatakan padanya kalau apa yang mereka lakukan adalah untuk masa depannya sebagai anak semata wayang keluarga Nara.

Yang benar saja!

Asalkan mereka tahu, kalau apa yang dibutuhkan Shikamaru adalah kasih sayang kedua orang tuanya, bukan materi berlimpah seperti ini. Dan menjadi anak berandalan di sekolah adalah sebagai bentuk pelampiasan kepada orang tua yang sama sekali tidak memperhatikannya.

Lalu siapa sangka, kehadiran Hinata di kelas 2-1 menjadi sesuatu yang berbeda. Shikamaru selalu ingin mencari masalah dengan gadis itu. Menindas gadis yang mendapat predikat siswi paling culun di SMA Konoha. Mengerjai gadis itu adalah suatu kesenangan tersendiri baginya.

Dulu, semangatnya untuk berangkat ke sekolah adalah teman-temannya yang kurang lebih memiliki nasib yang sama dengannya. Sekarang, Shikamaru memiliki alasan lain untuk pergi ke sekolah, yaitu mengerjai si gadis culun.

Ketangguhan gadis itu membuat Shikamaru selalu mencari cara bagaimana agar Hinata menyerah, dan lalu memutuskan untuk keluar. Ya, walau sebenarnya itu memang rencana awalnya bersama teman-teman yang lain. Dan sekarang, alasan Shikamaru mengerjai Hinata pun sudah berubah. Alasan yang bakan tidak dimengerti oleh Shikamaru sendiri.

Sekarang masih jam dua belas siang. Memang ia tadi sengaja membolos. Suasana hatinya tak begitu baik setelah Hinata keluar dari kelas.

Tidak ada Hinata, tidak ada bahan ejekan di sana. Kelas jadi lebih sepi. Seperti yang dulu, memang. Tapi rasanya ada yang kurang kalau Hinata tidak ada. Terbesit penyesalan akan tindakan kasarnya selama ini pada gadis culun itu.

Benarkah itu? Apakah ia menyesal? Sang Pangeran SMA Konoha menyesal telah menindas gadis culun di kelasnya?

Tidak. Pasti ada kesalahan.

"Ck, merepotkan."

Shikamaru mengabaikan pikiran-pikiran aneh tersebut. Ia lalu mengambil kunci motor. Ia butuh udara segar. Mungkin sedikit berjalan-jalan akan membuatnya sedikit merasa lebih baik. Selain itu, agar pikirannya tak terpaku pada sosok Hinata yang tadi sempat ia lihat kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis.

.
.
.
To be continue...

TSP (The Six Prince): A Story of Konoha High School (KHS)Where stories live. Discover now