7. Losing Her

2.4K 239 2
                                    

"Masalah apa lagi yang kau buat di sekolah?"

Pertanyaan santai Temari menyambut kepulangan Gaara. Mendengar hal itu, Gaara hanya bungkam, rasanya malas bersuara. Sementara Kankurou terlihat tertawa seraya melirik sinis adiknya.

"Sampai kapan kau akan jadi pecundang begini, Gaara?" ujar Kankurou sambil menyantap cemilan favoritnya. "Keluarga kita mengajarkan tentang keegoisan, kekuasaan, dan keagungan. Bukan sikap pecundang dengan melakukan perundungan."

Tatapan Temari menajam "Jika kau tak mau mengubah sikapmu, maka aku akan memasukkanmu ke asrama."

"Aku tidak peduli." Wajah Gaara terangkat, membalas tatapan kedua kakaknya. "Terserah apapun yang ingin kalian lakukan." Ia beranjak pergi meninggalkan Temari dan Kankurou.

"Hey, Gaara! Kembali kau!"

"Gaara! Kami belum selesai bicara!"

Gaara menulikan telinganya. Masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Rasanya ia semakin tertekan saja berada dalam pengaruh kedua kakaknya yang menginginkannya menjadi apa yang mereka mau.

"Ayah... Ibu..." lirih Gaara. "Aku merindukan kalian."

***

Sasori melihat Saara masuk ke kamarnya dengan wajah sendu. Gadis belia itu menghampiri Sasori dan memeluknya. Tak ada yang Sasori lakukan selain membalas pelukan Saara.

"Mereka bertengkar lagi?"

Sekuat tenaga Sasori meredam emosinya. Ia mengusap punggung Saara supaya lebih tenang. Mungkin ia harus berbicara pada orang tuanya.

Keluar dari kamar, yang didengar Sasori adalah teriakan kedua orang tuanya. Beruntung kamar Sasori kedap suara, jadi Saara takkan mendengar keributan itu.

"Ayah! Ibu!" teriak Sasori kesal. "Sudah cukup! Apa kalian tidak bosan setiap hari selalu ribut?"

"Kau mau apa?!" tanya Tn. Akasuna sengit. "Ini urusan orang tua, Kau jangan ikut campur."

"Kau cukup mengurus kegiatan sekolahmu saja, jangan bisanya hanya berbuat onar."

"Dan beritahu Saara, jangan menjadi gadis Akasuna yang lemah."

"Kenapa Ibu jadi membawa nama Saara?" tanya Sasori. "Jika kalian memang sudah tak menyayangi Saara, aku akan membawanya pergi dari sini."

***

"Ayah, Ibu," panggil Shikamaru.

"Ayo, makan. Hari ini Ibu memasak makanan kesukaanmu."

"Kau terlihat agak kurus. Makanlah yang banyak, Nak."

Setelah itu acara makan malam dimulai tanpa ada pembicaraan sama sekali. Shikamaru tak mau mempermasalahkannya, yang terpenting adalah ia bisa makan malam bersama kedua orang tuanya.

Baru saja Shikamaru ingin menanyakan kabar mereka selama di luar kota, tapi mereka sudah terlebih dahulu membicarakan masalah pekerjaan. Shikamaru menghela nafas malas. Sepertinya ia terlalu berharap banyak pada orang tuanya sendiri.

"Aku sudah selesai." Shikamaru menggeser kursinya dan berlalu.

Kedua orang tua Shikamaru hanya bergumam sebagai respon. Jelas hal itu membuat Shikamaru semakin kesal. Mengapa tak ada sedikit perhatian yang bisa mereka berikan?

Samar-samar, Shikamaru mendengar pembicaraan orang tuanya terkait kampus unggulan yang ada di wilayah Asia. Shikamaru berdecak. Sudah dapat dipastikan jika mereka kembali akan mengatur kehidupan masa depannya.

"Ini memuakkan."

***

Sai tak merasakan kehangatan saat makan malam bersama orang tuanya. Hanya begitu hambar dan tak menyenangkan sama sekali.

TSP (The Six Prince): A Story of Konoha High School (KHS)Where stories live. Discover now