wondering

5.8K 279 1
                                    

Aku menahan rasa sakit di tanganku karena efek obat infus untuk anemia itu agak nyut-nyutan, but it's ok.

"Kamu ngak kerja?" tanyaku pada chandra yang sedang fokus menatap TV yang menampilkan acara memasak

"Cuti sampe kamu sembuh" ujarnya dan aku menatapnya serius

"Kenapa kamu ngak ceraikan aku aja?" tanyaku tiba-tiba dan mendadak suasana menjadi tegang

"Kenapa harus cerai? Kita kan ngak ada masalah" ujar chandra dan aku menatapnya sendu

"Tapi kita ngak saling cinta" ujarku dan dia menghela nafas

"Kalo kamu punya pacar di sekolah atau di luar sana saya terima tapi jangan sampai anak-anak tahu" ujarnya dan bagaikan ribuan panah menusukku

"Kamu punya pacar juga kan di luar sana?" tanyaku dan aku memejamkan mataku bersiap untuk tertimpa ribuan batu

"Ngak"

"Kamu dan oma jadi perempuan satu-satunya yang ada di hidup saya" ujarnya

"Kenapa dulu kamu terima perjodohan ini?" tanyaku

Sejak kami menikah aku-atau-kami, ngak pernah membahas pernikahan kami dan aku merasa ini saatnya dan mumpung anak-anak ngak ada jadi setidaknya kami bisa berbicara

"Ayah kamu memberikan kamu kepada saya sebagai jiwanya dan kehormatannya dan saya menerima kamu sebagai tanggung jawab dan bunda dari anak-anak" ujarnya tetap fokus pada acara memasak

"Oh" ujarku pelan dan aku turun dari brankar perlahan

Anak-anak aman dan ngak perlu di rawat cuma memang keduanya ngak bisa beraktifitas seperti biasanya terutama keandra dan saat tadi di bawa pulang oma dan opa keano menangis heboh dan aku harus menggendongnya dulu

"Kamu pulang aja aku bisa sendiri di sini lagi pula kamu harus istirahat juga dan anak-anak juga butuh kamu di rumah" ujarku seraya mengambil gelas dan meminumnya lalu aku meletakan gelas di nakas

Grep!!!

"Ch..andra" cicitku saat dia memeluku dengan erat dan kedua tanyaku mengambang di udara

"Jika cinta itu berawal dari sayang maka saya mengaku kalo saya sayang kamu dan betapa gilanya saya saat tahu kamu masuk rumah sakit, betapa malu dan menyesalnya saya ngak bisa jaga kamu betapa ngak bertanggung jawabnya saya lihat kamu tertidur di sofa tiap malam dan bodohnya saya ngak tahu kalo kamu insomnia" ujarnya dan aku kaget dengan ucapannya

"Kamu tahu" ujarku dan dia menuntuku agar duduk di sofa dan dia berlutut di depanku

"Kamu pikir saya ngak curiga saat kamu bisa bikin bolu dan makaroni skutel sebagai sarapan pagi dan saya lihat ada botol obat atas namamu dan saya searching di internet dan saya baru tahu kalo obat itu obat tidur kelas berat"

"Dan di malam pertama kita saya sempat lihat kamu membersihkan rumah dan belajar" ujarnya dan aku terkikik

"Di saat itu aku bingung mau tidur di kasur atau sofa" ujarku dan dia menatapku serius

"Bicarakan dengan saya segalanya" ujarnya dan aku tersenyum tipis

"Ngak ada yang harus di bicarakan semuanya aku simpan biar ngak ngeberatin kamu dan aku ngak mau bikin kamu,anak-anak atau oma dan opa khawatir aja" ujarku dan dia menggengam kedua tanganku

"Tidur udah malam" ujarnya dan sumpah rasanya ingin memukulnya dengan teflon yang baru kami beli

"Heh,aku lapar mau makan pop mie geser" ujarku dan dia menyetil keningku

"Ih KDRT nih, geser mau bikin pop mie dan jangan harap aku bagi wlee" ujarku kesal dan aku bangun mengambil pop mie dan menyeduhnya dengan air dispenser yang panas

"Keano gimana ya dia demam gitu kan bakal rewel banget dan keandra pasti nervous banget malah besok dia pensi kan" ujarku seraya mengaduk mie agar bumbunya larut

"Mereka pasti bisa" ujar chandra

Tadi aku sudah mengirim teks puisinya keandra via WA ke oma biar di salin sama keandra

"Permisi dokter mau visit" ujar suster dan aku menatap dokternya kesal

"Loe ngapain lagi sih gangguin hidup gw" ujarku pada si dokter dan seketika ruangan itu mencekam

"Loe juga ngapain jadi pasien gw mulu,hah. Sini pop mienya udah tahu ngak boleh masih makan aja" ujar leon, dia dokterku dan kami sering bertengkar tapi ya tetap dia menerimaku sebagai pasienya

"Bodo amat gw mau cek kondisi loe baringan sana cepet gw mau makan" ujar leon dan aku menatapnya kesal

"Ngerusak suasana banget loe" ujarku tapi aku berbaring di brankar dia mengecek suhu juga tensi lalu memeriksa menggunakan stetoskop dan dia menatapku serius dan aku tahu arti dari tatapannya

"Berapa lama" bisiku dan dia menatapku serius

"Di USG terus endoscopy ya" bisiknya dan aku menatap chandra yang berdiri di dekat dispenser

"Gw udah nikah" ujarku pelan dan dia menghela nafas berat

"Loe mau gw sumpah apa lagi" bisiknya

"Nanti gw pikirin dulu" ujarku dan dia mengecek infusku

"Kok belom habis-habis" tanyanya

"Tadi mbanya cabut jarumnya dan matiin infusnya juga dok" ujar suster wah cepu nih cepu suster

"Allahuakbar laila, loe kenapa sih ngak bisa anteng diam nurut gitu" ujar leon kesal dan dia menatapku tajam

"Gimana gw bisa anteng orang anak gw di UGD pasti gw khawatir lah gimana sih loe" ujarku dan dia speechless

"Kok bisa perasaan lo-" ujar leon langsung aku potong dengan memasukan biskuit ke dalam mulutnya

"Dah hush sana gw mau makan loe kasih tahu suster aja jam berapa gw tindakannya" ujarku mengusirnya dan dia mengunyah biskuit dan menatap chandra

"Pak kok bisa tahan sih sama si astral" tanya leon dan chandra tersenyum

"Yah dia istri saya" ujarnya dan aku mencubit pinggangnya dan dia langsung pergi

"Temen kamu dia?" tanya chandra dan aku menganggukan kepalaku dan tiba-tiba leon balik lagi dan mengambil pop mieku

"Eh sialan pop mie gw jangan di bawa" teriakku pada leon namun telat dia udah pergi

"Tidur gih" ujar chandra seraya mematikan lampu dan aku berusaha untuk tidur tapi tidak bisa

"Ngak bisa chand" ujarku serius

"Tidur dari pada saya tidurin" ujar chandra santai tapi ekspresi ya tuh mesum

Haduh,berasa di godain om-om deh

My Husband Is Chef (End)Where stories live. Discover now