yah

6K 285 2
                                    

Aku bangun jam 4 dan aku segera mandi dan berpakaian walau agak sulit karena tanganku tertancap infus

"Chandra bangun udah mau shubuh" ujarku dan chandra terbangun dan sekedar info semalam chandra memindahkanku ke kamar VIP, buat apa coba yang ada buang-buang duit aja buat kamar inap

"Kamu mandi?" tanyanya dan aku menganggukan kepalaku

"Iya ngak enak kalo ngak mandi" ujarku dan dia menatapku serius

"Kamu kalo butuh bantuan tuh ngomong jangan terlalu independen setidaknya ingat ada saya di hidup kamu" ujarnya dan aku terkikik

"Udah sana sikat gigi trus siap-siap shubuhan" ujarku dan dia bangun dari sofa dan mengusap rambutku

Lalu aku merapikan brankarku dan aku mengambil mukenaku dari dalam tas dan memakainya dan aku mengambil kursi dan mengarahkannya ke arah kiblat

"Ngapain" tanya chandra dan aku menatapnya sengit

"Mau sholat dan doa biar punya suami yang ngak nyebelin" ujarku tajam yang nyatanya hanyalah gurauan belaka dan dia terkikik

"Saya ngak nyebelin cuma khawatir dan bertanggung jawab sama kamu" ujarnya dewasa dan kami sholat shubuh bersama dan setelah itu dia menyuapiku ayam dengan nasi tim

"Anak-anak gimana ya? Keano pasti rewel" ujarku teringat anak-anak

"Andra juga pasti bingung besok dia ada acara pentas seni di sekolahnya ya allah aku lupa belum buatin puisinya" ujarku seraya menepuk keningku

"Udah tenang aja kan ada oma ok dan anak-anak pasti bisa" ujarnya dan aku menatapnya kesal

"Kamu tuh yang ngak ngerti andra tuh minta aku buatin puisinya dan datang pas pensi, ya allah anak-anak gimana" ujarku seraya turun dari brankar dan mengambil ponselku

"Stop pikirin anak-anak dan pikirin kondisi kamu dulu" ujar chandra dan aku menatapnya

"Gimana bisa aku berhenti pikirin,hah. Mereka butuh aku chan" ujarku marah

"Iya ngerti tapi dengan kamu semakin khawatir kayak gini malah bikin kamu tambah sakit" ujarnya kalem

"Aku ngak peduli sama diriku chan yang penting anak-anak baik-baik aja dan mereka butuh aku sekarang" ujarku kesal

Tiba-tiba ponselku berdering dan aku lihat oma menelponku dan aku segera mengangkatnya

"Ada ma?"

"....."

"Hah, kok bisa?"

"....."

"Ya udah bentar aku kesana"

Telpon di matikan olehku dan aku menatap chandra serius

"Aku mau ke UGD" ujarku dan aku mematikan infusku dan melepasnya dari tiang dan membawanya ke luar kamar rawat dan chandra ikut tanpa tanya

"Lho mba mau kemana?" hadang suster melihatku yang turun ke tangga darurat

"Mau nemuin anak saya di UGD" ujarku setengah teriak dan aku menuruni tangga dengan cepat

Keano demam tinggi dan keandra kecelakaan, runtuh rasanya duniaku saat oma kasih kabar tadi

Setibanya di UGD aku segera mencari mereka dan aku lihat keano sedang di peluk opa dan keandra meringis saat lututnya di obati suster,sumpah lukanya terbuka banget.

"Anak-anak" ujarku dan mereka menatapku dan keano segera menghampiriku dan keandra bangun dan aku yang kesulitan dengan selang infus dan aku mencabutnya tanpa memperdulikan rasa sakit juga darah yang menetes

Aku segera memeluk mereka berdua dengan erat dan aku menangis

"Ya allah kok kalian bisa sakit gini?" tanyaku seraya mengusap rambut mereka

"Maaf bun" ujar keandra dan aku menatapnya

"Maaf untuk apa kean dan andra ngak salah bunda yang salah ngak bisa dampingin kalian" ujarku dengan air mata yang mengalir deras

"Kakak kok bisa kecelakaan gini sih? Trus ade juga pasti makan es kan?" tanyaku serius dan keano menatapku

"Hiks...hiks...ngak bun kean cuma bobo di kamar bunda doang" ujarnya dan aku menatap keandra bertanya

"Kalo kakak jatuh di halaman belakang aja bun" ujar keandra dan aku menatap mereka sedih dan aku menemani mereka

My Husband Is Chef (End)Where stories live. Discover now