8. Sheila Kenapa?

Start from the beginning
                                    

"Wihh ngapa lo?" Tanya Revan saat melihat Rey dengan wajah yang tak bersemangat. Rey hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan dari Revan.

"Kacang gurih. Eh mau pesen apa? Gue yang bayar" Tanya Dhafi

"Terserah" jawab Rey lalu memilih bermain game yang terdapat di ponsel nya.

"Ya udah samain aja ya" Final Dhafi lalu ia langsung melenggang pergi untuk membeli makanan.

Di lain tempat Sheila Tasya dan Alifa sedang duduk manis mendengarkan arahan dari Azka sang Ketua Osis.

Sedikit informasi jadi Sheila Tasya dan Alifa adalah pengurus Osis. Sebenarnya Sheila tak terlalu tertarik karena di paksa oleh kedua sahabat nya mau tak mau Sheila mengikutinya.

"Oke apa ada yang mau di tanyain?" Ucap Azka setelah menjelaskan tentang pensi yang akan di adakan dua minggu lagi.

"Oke karena gada yang mau nanya gue anggap kalian faham. Gue tutup sampe sini silahkan istirahat." Azka menutup rapat hari ini.

Tasya,Alifa dan Sheila jalan beriringan menuju kantin. Pada saat mereka sudah sampai di depan pintu kantin Alifa melihat Revan yang melambai lambaikan tangan nya ke arah mereka bertiga, tanpa ba bi bu Alifa menarik Tasya dan Sheila ke tempat Revan berada.

"Kenapa lo?" Tanya Alifa pada saat sudah sampai di depan meja Revan, Dhafi dan Rey.

"Sini aja gabung bareng kita kita" jawab Revan sembari memukul mukul kursi dengan maksud Alifa duduk di sebelah nya.

"Mau pesen apa? Biar Dhafi yang bayar" Ucap Revan sedangkan Dhafi hanya diam saja tanpa mau berbicara.

"Terserah." Jawab Sheila dan Tasya bebarengan.

"Ya udah gue yang pesenin"

Alifa langsung pergi untuk memesan makanan. Setelah makanan sampai mereka makan dengan sedikit candaan yang membuat mereka merasakan sakit di bagian perut karena terlalu sering tertawa sedangkan Rey ia hanya diam tanpa berniat tertawa meskipun lawakan yang di buat Revan sangat lucu.

"Balik kelas yo bentar lagi bel" ajak Tasya pada Alifa dan Sheila.

"Ayo" Ucap Sheila dan Alifa bebarengan.

"La gue tunggu di taman belakang." Tanpa sepatah kata Rey langsung pergi meninggalkan kantin.

Sheila yang tak mengerti tujuan Rey mengajaknya ke taman pun hanya mengikuti dari belakang tanpa mempunyai niat untuk bertanya.

Sesampainya di teman belakang Rey dan Sheila duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang.

"Lo kenapa si La?" Tanya Rey pada Sheila.

La adalah panggilan Sheila dari Rey sewaktu mereka kecil karena Rey tak bisa menyebut nama Sheila jadi Rey ubah menjadi Lala, terkadang kebiasaan memanggilnya Lala pun masih terbawa sampai sekarang.

"Kenapa?" Bukan nya menjawab Sheila malah balik bertanya.

"Lo kenapa? Kaya ngehindar dari gue." Ucap Rey to the point

"Gue ga ngehindar dari lo Rey." Kata Sheila

"Kenapa tadi lagi lo ga berangkat bareng gue? Kenapa tadi bel istirahat lo cepet cepet ninggalin kelas?" Tanya Rey secara beruntun.

"Gue di anter bang Andra dia mau ketemu sama temen nya mangkanya gue ga berangkat bareng lo, kalo soal istirahat gue ada rapat Osis mangkanya gue buru buru." Ucap Sheila mencoba menjelaskan yang sebenarnya pada Rey.

"Kenapa lo ga ngabarin gue kalo berangkat bareng Andra?" Tanya Rey lagi.

"Gue lupa" jawab Sheila dengan wajah tanpa dosanya.

"Giliran abang lo dateng lo lupa sama gue" kata Rey dengan muka merajuknya. Sangat menggemaskan bagi Sheila.

"Ga usah ngambek yo ke kelas" ajak Sheila.

Rey dengan wajah dingin nya sifat tak peduli nya bisa berubah jika dengan Sheila. Rey bisa sangat manja bahkan sangat menggemaskan jika sedang bersama Sheila bahkan teman teman nya yang lain pun tak mengetahui jika Rey bisa seperti itu.

Lima menit sesudah Rey dan Sheila sampai di kelas guru mata pelajaran pun memasuki kelas. Pembelajaran di lakukan dengan serius tak ada yang berani bercanda dikarenakan guru yang terkenal sangat killer bahkan Rey yang biasanya tertidur saat pelajaran pun tetap memperhatikan meskipun matanya sesekali menutup lalu terbuka kembali.

Sampai akhirnya pelajaran pun selesai seluruh siswa siswi IPA 2 bersorak dalam hati karena mereka sudah sangat bosan mendengarkan penjelasan yang seperti dongeng.

"Balik bareng gue kan?" Tanya Rey yang sedang berjalan di koridor bersama Sheila sedangkan teman teman nya sudah menunggu di parkiran.

"Iya lah kan biasanya gitu." Jawab Sheila

Sesampainya Rey dan Sheila di parkiran ponsel Rey bergetar menandakan ada yang menelfon ia sempat menjauh dari Sheila dan teman teman nya.

"Siapa?" Tanya Revan karena melihat Rey yang menjauh

Sedangkan Sheila hanya mengedikan bahu tanda tak tahu. Sedikit aneh dengan kelakuan Rey akhir akhir ini biasanya ia tak pernah menjauh saat menjawab telfon meski dari orang tuanya sekalipun. Lima menit berlalu akhirnya Rey selesai telfonan dengan seseorang.

"La maaf ya gue ga bisa anter lo gue ada urusan." Ucap Rey pada saat ia telah berada di hadapan Sheila.

Revan,Dhafi, Tasya dan Alifa mengernyitkan dahi saat mendengar Rey tak bisa mengantar Sheila dengan alasan ada urusan. Sejak kapan Rey mementingkan urusan nya di banding Sheila? Sedangkan Sheila yang mendengar penuturan Rey hanya mengangguk sembari tersenyum.

Setelah mendapat jawaban dari Sheila Rey langsung menaiki motornya dan melesat meninggalkan pekarangan sekolah.

"Bareng gue aja yo gue bawa mobil." Ajak Alifa

"Ga usah gue minta jemput bang Andra aja." Tolak Sheila dengan halus karena rumah Sheila dan Alifa itu berbeda arah jika Alifa harus mengantarnya terlebih dahulu itu akan sedikit memakan waktu.

"Ya udah gue duluan ya." Pamit Alifa pada teman teman nya.

Tak lama Revan, Dhafi dan Tasya juga pamit untuk pulang terlebih dahulu. Sebenarnya Dhafi bisa saja mengantar Sheila tapi sang Mama meminta di jemput jadi ia tak bisa mengantar Sheila pulang ke rumah sedangkan Revan ia harus mengantar Tasya.

Jangan salah Revan dan Tasya adalah sepupuan yang kebetulan rumah mereka besebrangan jadi wajar saja mereka sering pulang dan berangkat bersama tak dapat di pungkiri mereka sering di sebut sebagai sepasang kekasih bahkan Sheila dan yang lain pun menyangka seperti itu sebelum mereka mengetahui bahwa Revan dan Tasya adalah sepupu.

Pada saat Sheila sedang menunggu Andra di depan gerbang tiba tiba ada sebuah motor dengan warna hitam berhenti tepat di depan Sheila.

"Woi" ucap seseorang tersebut setelah membuka helm nya.

Sheila terperangah saat melihat sosok di balik helm tersebut. Ternyata abang nya memang keren seperti apa yang di katakan teman teman nya. Sheila menghampiri Andra yang tetap berada di atas motor.

"Motor siapa bang?" Tanya Sheila sesaat setelah menaiki motor tersebut.

"Temen, gue pinjem biar ga lama takut macet dan ternyata macet" jelas Andra mulai menjalankan motornya membelah jalanan.

Sheila hanya mengangguk angguka kepala. Setelah itu tak ada yang membuka suara sampai di rumah. Sheila langsung masuk sedangkan Andra langsung pergi lagi karena ia harus mengembalikan motor terlebih dahulu.

Hayyyy gimana part ini? Gaje ya gelay si sempet mentok juga tapi dapet inspirasi lagi wkakak.
Btw ini hampir 2000 words panjang kan? Mwehehe.
Jangan lupa voment biar semangat buat update hehe!

Temen Apa Temen✔️Where stories live. Discover now