Tujuh puluh satu

193K 10.8K 1.6K
                                    

"Siklus hidup manusia:
Hidup karena terlahir. Mati karena garis takdir."

***

Hari-hari berlalu, Rea sangat bersemangat untuk pergi sekolah. Bertemu dengan sahabat-sahabatnya adalah tujuan utamanya untuk berangkat lebih awal. Paling tidak, menghabiskan waktu untuk bersenda gurau sebelum bel masuk berbunyi.

Sorenya, ia tampak fokus dengan kegiatan ekskul Madingnya.

Ya. Berkat bantuan Arisa, Rea bisa keluar dari ekskul Musik tanpa harus meminta izin pada Agam secara langsung. Kakak Kelasnya itu membantunya untuk mengatakan hal itu pada Agam. Untungnya Agam tidak menolak.

"Dek, tolong beliin karton hitam di koperasi ya." pinta seorang Kakak Kelas yang bernama Reni padanya.

Rea mengangguk. Gadis itu berjalan ke luar ruang Mading. Ia sempat melewati ruang Tari. Gadis itu memilih berhenti dan mengintip di balik jendela. Di sana, ia bisa melihat kedua sahabatnya, Kaira dan Via sedang latihan menari.

Di sudut ruangan, terdapat seorang gadis dengan tubuh langsing sedang menarikan dance Korea dengan apik serta diiringi lagu K-pop, tentunya.

Padahal gadis itu sudah kelas tiga, tidak seharusnya dia ikut bergabung lagi ke dalam ekskul.

Rea sempat terkesima melihat gadis itu.  Seorang gadis yang notabennya adalah Kakak Kelasnya, Aletta itu menari dengan lihai. Tubuhnya benar-benar cocok saat melakukan dance itu.

Jika dilihat-lihat, Aletta itu tampak sempurna. Dengan kulit putih bersih, wajah cantik tanpa celah, tubuh tinggi proposional, dan mahir menari, tentu saja dia menjadi incaran bagi setiap kaum adam.

Rea iri tentunya.

"Ih gilak! Susah banget ini gerakannya."

Suara besar khas Kaira mampu membuat Rea tersadar dari lamunannya. Dapat dilihatnya, di antara beberapa orang di dalam ruangan itu, ada satu gadis yang kini terduduk di lantai. Gadis itu tampak merengut kesal saat dinasehati oleh senior kelas sebelas.

Ah, gadis itu. Sudah tahu tubuhnya kaku, masih saja kukuh untuk ikut ekskul Tari. Dasar Kaira!

Rea menghentikan aktivitas mengintipnya dan kembali berbalik menuju ruang ekskulnya.

Di tengah perjalanan, gadis itu menepuk dahinya cukup keras.

"Oh, iya! Gue lupa beli karton hitamnya!" Tanpa membuang waktu, gadis itu berlari menuju ruang koperasi.

Karena keasikan mengintip, gadis itu jadi lupa tujuan utamanya untuk keluar ruangan.

Selang beberapa menit, Rea kembali ke ruang ekskulnya sambil membawa karton hitam pesanan seniornya.

Brukk!!!

Tepat di pintu ruang ekskul Mading, gadis itu tak sengaja menabrak seseorang.

Orang itu hendak keluar, bersamaan dengan Rea yang ingin masuk.

"Lo!" Teriaknya saat baru saja mendongak, dan melihat dengan jelas siapa yang baru saja ditabraknya itu.

Orang itu sempat menatapnya sebentar, lantas berlalu tanpa berkata sepatah kata apapun. Tumben sekali.

"Heh! Main pergi aja lo! Gak sopan. Dasar Tomcat!!!"

***

Sepulang ekskul, Anna mengajak ketiga sahabatnya untuk mampir ke rumahnya lagi.

"Kayaknya rumah lo bakal jadi basecamp kita deh, Ann." celetuk Kaira.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang