24

286 29 0
                                    

Sebelum membaca ada baiknya kita memvote part ini dahulu. Vote dimulai:"

Enjoy the reading! Aku harap kalian suka❤.

****

Cinta itu tak cukup hanya dideklarasikan, tetapi butuh juga yang
namanya perjuangan.

-Fasya Zahair Altezza-

----

Jehan terduduk di sofa dengan secangkir teh hangat yang ia taruh di meja. Wanita itu memangku laptop berlogo apel dimakan dengan berkas merah yang tak jauh dari jangkauannya.

Fasya menghampiri Jehan dan mengambil alih berkas merah yang ada di sofa, lalu menaruh bokongnya di samping wanita itu.

Jehan menoleh dan pria itu hanya tersenyum sebagai balasan. Jehan hanya berdehem dan mengalihkan wajahnya ketika ia merasa sedikit terpana dengan senyuman pria itu. Ingat, hanya sedikit.

Tiba-tiba saja pikiran wanita itu dipenuhi dengan kejadian tadi malam. Ketika Fasya mengeringkan rambutnya dengan lembut, pria itu bahkan memeluknya hingga pagi datang. Oh astaga, mereka sudah tidur satu rajang, tapi tidak melakukan apa-apa, eh.

"Apa yang kau pikirkan, Nona?" Tanya Fasya dengan senyuman konyolnya.

"Tidak ada." Jawab Jehan cepat.

Fasya pun menyenderkan punggungnya dengan kedua mata mengarah pada wanita yang telah merebut hatinya yang kini sedang berkutat dengan laptop.

"Apa berkas ini sangat penting?" Fasya mengangkat benda yang ada di genggamannya yang membuat Jehan segera merebutnya.

Karena kecerobohan Jehan, lengannya mengenai layar laptop hingga nyaris saja terjatuh jika Fasya tidak menahannya.

Akhirnya Fasya pun mengambil alih laptop Jehan dan memangkunya seperti yang Jehan lakukan sedari tadi.

"Apa aku boleh tahu isinya?" Fasya kembali bertanya suaranya meski ia tahu Jehan tak akan menghiraukannya.

"Tentu saja tidak." Jehan menaruh berkasnya di meja dan merebut laptop andalannya dari pangkuan pria itu namun tangannya justru ditahan oleh pria itu.

"Kenapa?"

"Aku tak bisa mempercayaimu." Jehan menatap Fasya dengan datar. "Karena kau tetap orang asing bagiku."

Fasya pun menarik tangan Jehan yang mau tak mau membuat wanita itu memutar badan ke arahnya. Mata tegas Fasya menatap mata Jehan dengan dalam seolah mencari-cari sesuatu. Ya, hanya kesenduan yang ia lihat di sana. Wajah dinginnya hanya topeng dibalik kerapuhannya. Dan Fasya pun membuat janji keduanya di dalam hati, bahwa ia akan membawa Jehan ke dalam kebahagiaan.

"Kalau begitu, izinkan aku untuk menjadi seseorang yang berarti bagimu!" Ucap Fasya lantang.

Setelah sekian lama terdiam Jehan pun menarik tangannya dari genggaman pria itu dan memilih untuk acuh tak acuh. Wanita itu pura-pura sibuk dengan laptop padahal ia berusaha mengalihkan detakan jantungnya yang berdetak begitu cepat.

Hentikan suara jantungnya bodoh! Pria itu bisa saja mendengarnya. Wanita itu berteriak dalam hatinya sebelum beberapa detik kemudian tersadar dengan ucapannya. Apa? Jika suara jantungnya berhenti, itu artinya napasnya pun terhenti. Oh astaga, kebodohan pria itu mungkin menular pada Jehan.

LuchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang