Prolog

3.8K 271 779
                                    

Assalammu'alaikum wr. wb

Bina ucapkan selamat membaca di dalam tulisan kedua Bina. Setelah cerita Friendzone tamat.

Semua alur cerita dan tulisan yang terdapat pada cerita adalah 100% hasil dari pemikiran Bina sendiri...

Jadi mohon, jangan seenaknya mencopy cerita Bina. Karena kalian gak tau seberapa capenya Bina mikirin alur, terus plagiat dateng dan ngejiplak gitu aja. Rasanya itu... Ya, you know lah.

----

Melepaskan, mempertahankan, ataupun meluapakan, ketiganya sama-sama membutuhkan perjuangan.

-Lucha-

----

Wanita itu, wanita yang memiliki wajah dingin dan datar. Wanita yang berubah seratus delapan puluh derajat karena merasakan sebuah kehilangan.

Perlahan wanita itu membuka buku diary-nya, dan mencoret kertas itu dengan pena.

Di malam yang kian hening, sunyi sepi yang selalu menghampiri, kegelapan yang tak kunjung pergi, membawa hati tak mampu bergeming.

Bahwa sesungguhnya, hati ini selalu menanti. Jiwa yang kian sepi, dan raga yang tak sanggup berdiri.

Dalam nyanyi-nyanyi dedaunan, sunyi mendekap asa penantian. Dan malam semakin pekat, gelap, dan gulita.

Masih ku urai lembar demi lembar, rasa yang tercipta.

Dari malam yang gelap jiwa gersang ini mengingat tentang hati yang kupuja.

Kau harus tau...

Di dalam hati ini, selalu tercipta kasih sayangku padamu, cintaku padamu, dan rinduku padamu.

Hari demi hariku terasa indah, indah setelah kau hadir menemaniku, temani aku dalam ikatan cinta, cinta yang selalu kita sirami setiap hari, sirami dengan kasih sayang kita berdua.

Jika Tuhan memberikanku satu permintaan, aku akan meminta kepadanya agar aku selalu bersamamu, bersama melalui hari demi hari kita, bersama dalam suka maupun duka, bersama selalu selamanya...

Hatiku telah terpahat indah namamu, nama yang selalu ada di hati dan pikiranku. Nama yang sangat aku sayangi, nama yang sangat aku cintai, nama yang akan abadi di hati ini, nama itu adalah namamu...

Aku hanya bisa memeluk bayangmu, yang kala ini membayangi rinduku. Yang semakin malam semakin sepi, namun sunyi semakin terasa disini. Hingga mengalir air mata membasahi pipi.

Sungguh...
Aku ingin dekat denganmu.
Aku ingin bersamamu.
Untuk saat ini dan selamanya.

Tapi...
Semua kini hanya sebuah mimpi.
Dan mungkin sebuah ilusi.
Seperti mimpi yang tak pernah terjadi.

Kini...
Jauh tatap untuk bertemu, Jauh kata untuk sekedar menyapa, Kau pun sudah berada di dunia yang berbeda denganku.

Namun...
Yang aku tau, mungkin aku akan kehilanganmu.
Kehilangan semua impian bersamamu.

Jika aku meratapi kepergianmu, apa yang akan kamu katakan?

LuchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang