22

303 30 0
                                    

Sebelum membaca ada baiknya kita memvote part ini dahulu. Vote dimulai:"

Enjoy the reading! Aku harap kalian suka❤.

****

Tak selamanya pikiran dan hati sejalan. Kadang saat hati menangis ada senyuman untuk menutupinya.

-Fasya Zahair Altezza-

----

"Kau ingat dengan Rei?" Jehan hanya mengangguk pelan. Ia ingat sekali dengan Rei, wajahnya, postur tubuhnya, suaranya. Ia juga ingat, pria itu yang membuat semuanya terasa rumit. Dan Jehan benci pria itu.

"Pria gila yang berusaha menggantikan Paman Raymond sebagai Papa bagi Lean dan kedua adiknya." Lanjut Davina.

"Pria tua itu tiba-tiba saja ingin menjodohkan Lean dengan Indah sang putri dari keluarga terkaya ke enam itu. Lean tentu saja menentang dengan keras, ia tak menyetujui perjodohan itu, karena memilikimu sudah lebih dari cukup menurutnya. Lean semakin dilanda emosi ketika Rei bertingkah seolah-olah ia yang paling berkuasa di rumah keluarga Keano, padahal ia hanya sebatas peran pengganti, dan alasan pria tua itu tak lain adalah untuk harta dan kekuasaan."

Jehan mendengarkan dengan teliti. Memang gila, di zaman sekarang ini manusia akan melakukan apapun demi memperebutkan harta dan kekuasaan.

"Lean pun ingin membuktikan bahwa ia sudah mempunya kekasih, wanita yang sudah memiliki hatinya, yaitu kau. Namun Rei tak perduli, dan berkata hubungan kalian hanya sebatas kekasih, masih ada peluang baginya untuk menghancurkan hubungan kalian."

Davina menghela napas sebentar, dalam beberapa jam kedepan, bibirnya akan pegal karena bercerita.

"Lean mengatakan beberapa kalimat yang membuat Rei semakin kesal dengannya, namun Lean tak perduli. Dan keluar dari ruangan Rei dengan membanting pintunya keras-keras. Rani, Mama Lean yang mendengar suara pintu itu pun bertanya pada putranya. Dan Rei yang keluar dari ruanhannya menjawab pertanyaan Rani, dam berbohong bahwa Lean ingin nikah muda dan Rei melarangnya hingga Lean marah,"

"Sialan!" Jehan memgepalkan tangannya. Ternyata Rei memang benar-benar penuh dusta. Jehan berjanji, akan membalas perbuatan pria tua itu nantinya.

"Dan dengan bodohnya, Rani mempercayai perkataan dusta Rei dan menasehati Lean tentang pernikahan, Rei pun semakin menjadi dengan memberi beberapa nasehat yang membuat Lean semakin muak. Lean yang sudah terkendali dengan emosinya pun memukul bibir Rei, hingga sudut bibirnya berdarah."

Dalam hatinya, Jehan bertanya mengapa dari sekian banyaknya organ tubuh, Lean memilih untuk memukul bibir Rei? Mungkin pria itu berharap Rei tidak akan bisa lagi berbicara karena tinjuan kerasnya.

"Rani terkejut dengan perilaku kasar anaknya. Rani menyerukkan suaranya bahwa tingkah Lean itu tak sopan. Rani menyuruh Lean untuk menganggap Rei sebagai papanya. Namun Lean yang tak sudi justru meludahi wajah licik Rei, dan berkata bahwa Rei hanya orang asing di dalam kehidupannya, dan selamanya akan begitu. Lean pun keluar dari rumahnya, dan Rani berkata pada Rei untuk menyetujui Lean nikah muda, Rei pura-pira mengangguk pasrah, dan aku yakin di dalam hatinya ia sedang tertawa penuh kemenangan."

Davina melihat perubahan wajah Jehan sedikit, tatapan wanita itu begitu tajam, mungkin ia mulai merasa kesal dengan Rei, karena Davina sendiri merada kesal dengan pria tua penuh dusta itu.

"Kemana Lean pergi saat itu?" Tanya Jehan.

"Malam itu Lean pergi kerumahmu."

Deg!

LuchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang