17

369 37 2
                                    

Sebelum membaca ada baiknya kita memvote part ini dahulu. Vote dimulai:"

Enjoy the reading! Aku harap kalian suka❤.

****

Amat sukar untuk melupakan seseorang yang banyak memberikan kenangan dan kenangan itu adalah harta yang terindah dalam hidup ini.

-Jehan Carlyle Tegan-

----

"Saat aku mengirim pesan padamu, berarti aku merindukanmu. Saat aku tidak mengirimkanmu pesan, berarti aku sedang menunggumu untuk merindukanku."

Jehan menatap jengah pada pria di depannya. Oh, kalian pasti tau bukan siapa pria yang menghadang jalannya tadi?

"Kau masih bisa bercanda dalam keadaan se-"

DOR! DOR! DOR!

Ucapan Jehan terhenti akibat suara pistol mengarah kepada mereka. Dengan sigap ia menghindar. Namun, pria gila di sampingnya malah berdiam diri layaknya orang bodoh.

"Awhh!" rintihnya.

Jehan mengumpat dalam hati. Kenapa Fasya itu bodoh sekali?

Tanpa memperdulikan rintihan Fasya, Jehan menariknya menuju mobil pria itu.

"Kau ikuti intruksiku," perintah Jehan, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon Pandu.

Fasya mengumpat dalam hati. Mengapa ia diperbudak oleh wanita?

"Mrs. Carlyle, apa kau baik-baik saja?" suara khawatir Pandu langsung terdengar ketika telepon tersambung.

"Jumlah mereka semakin banyak. Kita tak mungkin bisa melawan mereka jika hanya berdua." ucap Pandu lagi.

"Kita menghindar dulu. Ikuti aku," jawab Jehan pada Pandu.

"Kanan," Jehan bermaksud mengintruksikan Fasya untuk belok ke arah kanan. Namun ia lupa, pria itu bodoh. Mana mungkin akan mengerti.

"Maksudmu bagaimana?" tanya Fasya heran.

Dengan kesal Jehan membelokkan stir mobil ke arah kanan. Terjadi pembelokkan yang sedikit mengerikan, mobil yang mereka tumpanhi sedikit oleng, karena belokkan tersebut sangat tajam. Beruntungnya, Fasya bisa mengendalikan mobilnya.

"Apa kau gila?!" tanya Fasya.

"Kau yang bodoh!" kesal Jehan.

Tanpa memperdulikan Fasya yang terus-terusan mengoceh, Jehan membuka kaca mobilnya. Ia mengarahkan pistol AA12 Atchisson miliknya kearah ban mobil para orang berjubah merah yang masih mengejar mereka.

"Belok kiri," Fasya hanya mengangguk.

AA12 Atchisson. Ini adalah senapan otomatis paling beringas di dunia. Teknologi yang diadopsinya memungkikan senapan ini dapat memuntahkan 300 peluru per menit. Hebatnya lagi, senapan ini diklaim anti macet.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Fasya panik saat Jehan mengarahkan pistolnya pada suatu objek di belakang mobil Pandu.

DOR! DOR! DOR!

Jehan berhasil mengarahkan pelurunya ke arah ban mobil para orang berjubah merah. Mobil mereka sedikit kehilangan kendali akibat bannya pecah. Bunyi rem mobil mereka yang mengganggu telinga sedikit membuat Fasya terkejut.

"Tukar posisi," ucap Fasya.

Jehan menghernyitkan dahinya seolah berkata, 'Apa kau bisa melakukan hal seperti ini?'

LuchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang