Part 48

3.5K 115 44
                                    



"Selamat pagi jomblo." Teriak Nuel yang sudah duduk di meja makan. Aku melihat kesekitar yang ternyata memang masih rumah Omah. Lantas kenapa semua temanku pagi-pagi seperti ini sudah berada disini.

Aku mendekati mereka sambil menatapnya dengan malas. "Ngapain kalian ke sini?" tanyaku yang kemudian duduk.

"Numpang makan dong sebelum ke nganterin Gara ke bandara." Sahut Adi.

Oh, ingin sekali aku menjitak kepala mereka satu persatu.

Hingga kemudian Bunda datang dengan dari arah dapur. "Kamu udah siap, Git?" yang langsung diberi anggukan olehku. "Udah siap, Bun." Jawabku.

"Ya udah gih berangkat. Kasian temen kamu udah nunggu lama." Kemudian Bunda pergi lagi ke dapur.


Aku melihat mereka satu persatu yang asik memakan roti bakar buatan Bunda. Padahal sekarang masih jam 06.12 pagi. "Untung temen." Kataku yang sambil mengambil roti lalu mengolesinya dengan selai coklat.

"Ayo berangkat. Jalan ke bandara butuh 1 jam lebih." Ajak Ina yang masih memegang roti lalu beranjak dari tempat duduk. 

Sialan memang mereka semua, padahal aku baru mau memasukan sepotong roti kedalam mulutku. Tanpa mau memusingkan lebih lanjut akhirnya aku berdiri dengan roti yang masih ada di tanganku.

"Makan kok sambil jalan." Ucap Tama yang melihat ke arahku.

"Gak nyadar diri. Ngaca mangkannya. Kakak aja jalan sambil makan." Kataku yang tak mau kalah.

"Semuanya juga makan sambil jalan." Sahut Dewi dengan cekikikan.

Aku pun mengangguk sambil meretuki diri sendiri karena harus terjebak bersama dengan mereka. "Boleh gak sih aku naik taksi aja." Ucapku ketika sudah sampai di depan mobil milik Tama.

"Emangnya kenapa?" tanya Kayla.

"Kalian bawa 2 mobil, Adi, Kayla, Bayu, dan Hani di mobilnya Adi. Terus Kak Nuel, Kak Ina, Kak Tama, sama Kak Dewi di mobilnya Kak Tama. Udah pasti aku duduk sendirian di belakang kaya orang jomblo." Setelah mengatakan itu pun aku langsung memasuki mobil Tama dan duduk di bagian belakang.

Aku masih dapat mendengar mereka semua tertawa sebelum memasuki mobil. Sialan memang mereka semua. "Yah sabar yah, Git." Ucap Ina dengan cekikikan.

Aku pun memutar bola mata dengan malas. "Udah jomblo, eh mau ditinggal gebetan pergi lagi." Cletuk Tama.

Hingga Nuel pun ikut menyudutkanku saat ini. "Jomblo mah jomblo aja, Git." Katanya. 

Hingga semua yang ada di mobil Tama tertawa dengan bahagianya. Ya sudahlah jika seperti ini mau bagaimana. Lagian sudah biasa mejnjadi bahan canda tawa mereka semua.



Sepanjang jalan menuju bandara, aku hanya terdiam karena sejujurnya sedang menyiapkan hati untuk kembali kuat. Setidaknya aku tak akan tahu apa yang akan terjadi di bandara nanti. Akan menjadi perpisahan yang begitu menyenangkan atau justru akan sangat menyakitkan. Entahlah.

"Itu yang dibelakang jangan bengong, ntar kesambet baru tahu rasa." Kata Tama yang melihat ke arahku.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku dengan acuh. "Gak usah galau, Git." Sahut Ina.

Gita Nadiva (END)Where stories live. Discover now