Part 5

4.5K 186 21
                                    

-Hukuman di dalam ruang Osis-



Entah kenapa tiba-tiba kaki ini sudah masuk ke dalam ruangan yang tadi pagi tak jadi aku datangi. Kini, ruangan itu sepi. Karena memang 5 menit yang lalu adalah bel masuk untuk pelajaran selanjutnya.

Aku mengeluarkan hp dari saku baju. Lalu mengetikan sebuah pesan untuk sang ketua kelas. Berharap belum ada guru yang masuk.



Line

Pradipta Bagaskhara

Kalau ada guru yang nyariin bilang lagi ada perlu OSIS

Enak banget nyari alasannya -_-

Emotnya gak usah gitu. Mirip sama orangnya soalnya

Sialan. Masih untung kelas free gak ada guru sampe bel balik

Nice :v

Ide kamu di kelas frontal banget _-_

Lah mas, baru nikah kok sensian :v

YA KALI NIKAH SAMA COWO, GITA -_

Bagus lah. Dari pada jomblo terus

MENDING JOMBLO GIT

DARI PADA SAMA VINO -_

DIKIRA HOMO _-

CapsLk jebol mas?

IYA, KESEL NIH

Kesel? Tidur!

Au ah GELAP



Aku sudah tak menjawab melainkan menaruh tangan di atas meja lalu menenggelamkan kepala disana. Berharap dapat rehat sejenak lalu dapat memulai semuanya lagi.


*** *** ***


"Kebo." Teriak seseorang yang berusaha membangunkan.

"Gita, woy. Bangun." Ucap seseorang lagi.

"GITA... GEMPA GEMPA." Teriaknya sambil menggoyang-goyangkan meja yang masih menjadikan tumpuan kepalanya.

"Lari." Ucapku langsung terbangun dan mendengar gelak tawa dari sekeliling.

Aku yang baru setengah sadar pun kini mencoba membuka mata lebar-lebar. Kaget? Iya. Aku kaget karena seluruh anak-anak OSIS sudah berkumpul diruangan ini. Lalu aku melihat arloji dipergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 03.18 sore

Tanpa sadar tanganku menepuk jidat sendiri langsung tersenyum kesemua orang yang memandang ke arahku.

"Tau hukumannya bolos pelajaran?" ucap Bayu dengan raut wajah datar.

"Siapa yang bolos? Orang kelas lagi free." Kataku mengelak.

"Tadinya sih iya free. Tapi satu jam terakhir guru maths masuk." Jelas Adi dengan senyuman jahilnya.

"Hem." Ucapku menghembuskan napas kasar.

"Oke, karena jam pulang sudah berakhir dari beberapa menit yang lalu, saya harap kalian pulang sekarang." Jelas Bayu.

"Tugas proposal kegiatan OSIS nya gimana?" Tanya Santi selaku sekertaris.

"Biar dia yang selesaian, sebagai hukaman dia." Kata Bayu disertai penekanan di akhir kalimatnya.

"Yes, akhirnya gak pusing-pusing lagi dah." Ucap mereka semua senang.

"Ya udah kita pulang duluan yah. Bye Gita." Kata Adi yang mewakili semuanya.


Semua beranjak pergi begitu saja menyisakan dua orang dalam ruangan. Keheningan sejenak terjadi beberapa saat. Hingga akhirnya aku yang memulai buka suara untuk mengawalinya.

"Kak bentar yah. Mau ngambil tas di kelas dulu." Ucapku yang sambil mennatapnya.

"Lihat samping kamu." Perintah Bayu.

"Lah tasnya jalan sendiri." Ucapku takjub.

"Dibawain Adi tadi." Jelas Bayu lalu langsung duduk disampingku.

Aku tak menghiraukannya, yang aku lakukan hanya mengambil leptop dari dalam tas. Kemudian membuka lantas memasukkan password untuk leptop kesayangannya.

Aku sedang asik mengetik beberapa kegiatan diikuti pola-pola yang dapat dipahami ketika dibaca nanti.


"Kenapa tadi bolos?" tanya Bayu yang masih menatap ponselnya sambil memainkan sesuatu.

"Lagi suntuk." Ucapku yang memang tak bohong.

"Git." Panggilnya.

"Hem..." Sahutku.

"Cuma mau ngasih tahu. Bonyoknya Agam tuh psikolog terkenal semua." Jelas Bayu yang sedari tadi tatapannya masih bertuju kesebuah ponsel.

"Pantes." Kataku menatap laki-laki disampingku sekilas.

"Sama kaya kakak." Lanjutku lalu kembali menatap loptop.

"Loh sama gimana? Ya jelas beda dong." Katanya tak terima. "Vino tuh bonyok nya doang yang ahli, dianya sih masih belajar. Lah kalau kakak sih emang udah bakat dari bayi buat jadi ahli psikolog." Lanjutnya.

"Iyain aja, biar cepet." Kataku yang terus mengetik.


Tak lama kemudian ada kepala yang bersardar dipundakku. Namun aku merasa sedikit risih, tapi bahuku menggeliat karena ingin menyingkarkan kepalanya dari pundakku.

"Diem bentar Git. Ngantuk nih." Ucap Bayu yang memang sepertinya sedang kelelahan.

Akhirnya aku tak jadi menyingkirkan kepalanya bahkan niatku diurungkan untuk tak menonjok wajahnya. Tapi semuanya diurungkan, lalu aku hanya fokus mengetik.



-Jangan lupa tersenyum untuk mantanmu hari ini-

Gita Nadiva (END)Where stories live. Discover now