Part 31

2.5K 110 20
                                    

-Lima sekawan-






Anton menatapku dengan jahil sedari tadi selesai sarapan. Sekarang, kita sedang berjalan menuju ruang pengambilan kartu nama peserta lomba untuk turnamen besok.

"Uhuy, samalem ada yang tidur pules banget kayanya." Sindir Anton.

Nuel tersenyum mendengar itu. "Gak ada kabar. Eh taunya malah jalan sama doi." Cecar Nuel dengan tersenyum.

"Katanya doi anak yang udah lulus SMA, bener sih jadinya malah anak kuliahan." Sahut Ina dengan cengiran jahilnya.

"Gimana ketemu camer?" tanya Nuel dengan menaikan alisnya.

"Camernya ngerestuin gak?" kali ini Anton yang bertanya.

"Emang mau sama yang urakan kaya Gita." Ceplos Nuel.

Lalu Anton menyahutinya. "Karate kan buat jaga diri sindiri. Iya gak Git?"

Ina yang melihat itu pun hanya tertawa. "Yang pentingkan Gita tuh manis." Sahut Ina.

"Jaketnya sekarang dipake terus." Sindir Gara tengah melihatku. Sorot mata Gara ketika menatapku tenang namun sulit diartikan.

"Terpaksa." Sahutku santai.

Kemudian mereka tertawa bersamaan. "Acieee, cieee." Goda Ina didepanku.

Aku menatap mereka semua dengan nada malas. "Aku sama Kak Rey itu cuma temen." Tegasku.

"Cuma temen kok jaketnya ada di kamu." Sahut Nuel dengan senyum jahilnya.

"Serah deh." Ucapku yang mulai jengah dengan godaan mereka.

"Maksud Rey itu biar kamu gak digodain cowok lain Git." Jelas Gara dengan suara yang sedikit tak suka.

"Betul banget itu." Sahut Anton membenarkan perkataan Gara.

"Aduh, Gita sudah besar ternyata." Sekarang Nuel yang bersuara sambil merangkul pundakku.

Mataku langsung melirik ke arah mereka dengan kesal. Lalu berjalan seolah-olah tak menghiraukan perkataannya.

"Inget aku gak suka Kak Reyhan. Lebih suka sama anak yang baru lulus SMA." Teriakku dengan terus berjalan lebih dahulu di depan mereka.

Sedangkan Gara yang mendengar itu semua dari mulutku, mencoba untuk mencerna baik-baik apa yang aku ucapkan.



Ketika masuk kedalam ruangan, ternyata sudah banyak orang di dalamnya. Ada yang sedang diskusi, ada yang sedang mencoba latihan di lingkar untuk tanding besok.

Mataku menatap 4 orang panitia dengan meja yang diatasnya berbagai lembar kertas.

"Permisi kak." Panggilku sopan. "Mau ngambil kartu peserta lomba." Lanjutku.

Salah satu dari mereka langsung mengangguk sedangkan 1 wanita berambut panjang sedang menatapku intes dan juga 2 laki-laki disampingnya.

"Namanya siapa yah dek?" tanya wanita yang rambutnya di ikat asal kebelakang.

"Gita Nadiva kak, yang laki-lakinya Anton Mahendra." Jawabku santai.

Gita Nadiva (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora