Menagih Janji

291 41 1
                                    

Jangan lupa vote & comentnya.

Selamat membaca
——-————————————
Setelah Shabira keluar dari mobilnya, Kai baru menyadari bahwa ia salah dan telah menyakiti Shabira dengan ucapannya. Ia tak bermaksud untuk mengesampingkan Shabira dibanding pekerjaannya.

Kai melajukan mobilnya untuk keluar dari tempat parkir, ia ingin menyusul Shabira dan meminta maaf padanya. Kai yakin Shabira belum mendapatkan angkutan umum untuk pulang, mengingat Shabira pernah bercerita bahwa kadang begitu sulit menemukan ojek ataupun taksi online ketika jam pulang kerja.

Kai berhasil menemukan Shabira yang sedang sibuk memainkan ponselnya di lobi gedung kantornya, ia yakin Shabira masih menunggu angkutan umum yang berbasis online tersebut. Kai segera keluar dan meminta izin untuk menjemput Shabira di lobi kepada petugas yang berjaga, agar mobilnya dapat diparkirkan sebentar saja.

"Bi" Panggil Kai saat ia menghampiri Shabira.
"Ngapain kamu masih disini? Kamu boleh pergi buat urus kerjaan kamu, dan ga perlu jemput aku lagi, aku bisa sendiri"
Shabira menjawab dengan emosi yang masih menguasai, untungnya tidak banyak orang di lobi tersebut.
"Bi, aku minta maaf. Aku tau aku salah, plis pulang sama aku yu. Aku ga enak tuh sama petugas, aku ga bisa lama-lama parkirin mobil aku disitu"
Bujuk Kai agar Shabira mau pulang bersamanya. Ia tak bohong ketika bilang tak bisa memarkirkan mobilnya terlalu lama, karena mobilnya diparkirkan bukan ditempat yang tepat.

Melihat mobil Kai terparkir didepan lobi, Shabira akhirnya mau untuk pulang bersama Kai. Ia berjalan mendahului, tanpa menjawab ajakan dari Kai. Kai yang melihat itu mengetahui, bahwa Shabira mau pulang bersamanya. Sesampainya di mobil, Kai segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah. Belum ada yang memulai pembicaraan kembali sejak mereka masuk ke mobil, hingga akhirnya Kai menyerah dan bersuara.
"Bi"
"Apa?"
Jawab Shabira ketus.
Kai tidak menjawab namun mencari sesuatu di jok belakang dengan sebelah tangannya, karena satu tangan lainnya sibuk mengemudi.
"Buat kamu" sembari memberikan bunga lily yang barusan ia cari di jok belakang.
"Thanks" ucap Shabira tulus sembari mencium wangi bunga tersebut. Emosi dan kecewa di hati Shabira hilang seketika mencium wangi bunga tersebut.
"Iya bi, sama-sama"
Kai menjawab sembari mengelus kepala Shabira.
"Itu tisu basah punya kamu?" Tanya Shabira yang aneh melihat Kai memiliki tisu basah, karena selama ia menjalin hubungan dengan Kai tak pernah sekalipun pria itu memiliki atau menggunakan tisu basah, terlebih tisu basah dengan bungkir berwarna pink.
"Oh itu, itu dikasih sama orang yang kemarin aku tolongin"
Jawab Kai jujur, tisu basah itu memang diberi oleh clientnya yang ia bantu untuk mengganti ban mobilnya kemarin.
"Kamu udah ga marah kan bi sama aku?" Lanjutnya bertanya.
"Emm, kamu inget janji kamu ga sih sama aku sebelum kamu berangkat ke Jepang 3 tahun lalu?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Kai, Shabira malah menanyakan janji yang sebetulnya diingat oleh Kai, namun Kai merasa belum siap. Kai masih ingin sendiri menikmati masa mudanya, dan menikmati pekerjaannya. Kai merasa, apabila ia melamar Shabira saat ini, pasti intensitas untuk bekerjanya nanti akan berkurang sementara ia masih harus mengejar banyak hal.

Dulu, tepatnya 3 tahun lalu Kai merasa kaget dengan syarat yang diminta Shabira apabila ia harus berhubungan jarak jauh dengan Kai. Shabira meminta agar ia melamarnya ketika Kai pulang ke Indonesia, dan karena Kai tidak tau harus menjawab seperti apa, akhirnya Kai menyetujui persyaratan tersebut. Menurut Kai, biarlah waktu yang menjawab semuanya namun semua seolah menjadi bom waktu, Shabira menagih janjinya hari ini.

"Kai?"
Lamunan Kai buyar akibat panggilan dari bibir manis kekasihnya itu, Kai menoleh kepada Shabira.
"Iya bi?"
Kai tidak menjawab pertanyaan Shabira, karena ia bingung harus menjawab apa.
"Kamu lupa atau pura-pura lupa Kai?"
Mata shabira memicing, ia sudah tidak memanggil kai dengan panggilan sayangnya, namun memanggil dengan panggilan sehari-hari pria itu.
"Aku ingat"
Jawab kai singkat.
"Lalu?"
Tanya Shabira lagi.
"Maafin aku bi, aku belum bisa memenuhi janji yang aku ucapkan dulu sama kamu"
Jawaban dari Kai membuat hati Shabira mencelos, dunianya seakan runtuh. Shabira hancur seketika, 7 tahun bersama, Shabira pikir Kai memiliki tujuan yang sama dengannya, yaitu menikah. Tapi ternyata Shabira salah, Kai tidak menjadikan hubungan ini seserius yang dipikirkannya.
"Oh oke"
Hanya itu jawaban yang bisa Shabira berikan, seketika lidahnya kelu. Mata Shabira hanya berkaca-kaca, tapi ia tidak boleh menangis dihadapan Kai. Sekuat tenaga ia menahan air matanya untuk jatuh.
"Kamu gapapa?"
Tanya kai dengan nada khawatir bahwa jawabannya akan menyakiti hati Shabira.
"Aku gapapa, aku udah pernah bilang kan sama kamu waktu itu?"
Tanya Shabira yang membuat Kai semakin bingung.
"Bilang apa bi?"
Kai tidak ingat apa yang Shabira ucapkan waktu itu.
"Kalau kamu memang ga siap dan ga ngelamar aku setelah kamu pulang, maka kamu harus siap jika aku dilamar oranglain"
Kali ini, bukan hati Shabira yang mencelos dan runtuh. Namun hati lelaki di samping Shabiralah yang sakit ketika mendengar penuturan Shabira. Kai langsung menepikan mobilnya, dan menoleh ke arah Shabira.
"Kamu mau ninggalin aku hanya karena aku belum siap lamar kamu?"
Tanya Kai dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu lupa kalau kamu menyetujui persyaratan itu 3 tahun lalu Kai?"
Sinis Shabira yang sudah tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya pada Kai.
"Oke, terserah kamu"
Hanya itu jawaban Kai, dan Kai melanjutkan kembali perjalanan pulang mereka. Shabira yang mendengar respons Kai hanya seperti itu, kembali kecewa, ia sangat mencintai Kai tapi sepertinya tidak berbalas sama besarnya.

Sesampainya dirumah, Kai tidak mampir untuk menyapa mama Shabira, Kai hanya menitipkan salam kemudian pergi. Shabira yang melihat perubahan sikap Kai menjadi lesu.

"Sha, kamu pulang sendiri?"
Tanya mama Shabira, karena melihat putri keduanya pulang hanya sendiri, yang biasanya diantar oleh Razeka kekasihnya.
"Ngga mah, dianter Razeka. Tapi dia buru-buru jadi cuma nitip salam aja ke mamah"
Jawab Shabira bohong.
"Oh iya, minggu depan kakak kamu pulang loh Sha"
Kata sang mama, yang membuat Shabira menemukan mood boosternya.
"Serius ma? Yaampun aku kangen banget sama kaka"
Tanya Shabira kegirangan sambil membuntuti mamanya yang akan ke dapur untuk memasak makan malam.
"Iya, besok dia bakalan kesini sama suaminya. Dia awalnya nanyain, kai udah pulang atau belum, pas mama jawab udah. Eh ga tau kenapa tiba-tiba dia langsung bilang bakalan mau kesini"
Cerita mamanya sembari mengupas kulit kentang, membuat Shabira berfikir jangan-jangan kakaknya akan menanyakan kelanjutan hubungannya dengan Kai. Hanya kakaknya dan Kiara yang tau, janji yang diucapkan oleh Kai saat akan berangkat ke Jepang.

First LoveWhere stories live. Discover now