Pergi meninggalkan

222 27 7
                                    

Hi

Selamat senin, makasi yang udah selalu baca, vote & comment ceritaku. Bener-bener booster buat aku nulis. Apalagi kalau ada yg boom vote hehehe kaget dan seneng.

Ini salah satu hasil, saat baca comment-comment kalian yg bikin ku semangat. Jadi bisa cepet upnya.

Ga bosen-bosen aku ingetin, jangan lupa vote & comment.

Selamat membaca cerita Shabira, Razeka & Sahdan.

Mulmed : ig @elascityy

——-

Dering handphone berbunyi tak henti-henti. Minggu pagi yang Shabira bayangkan bisa digunakannya untuk bersantai, nyatanya tak seperti harapan.

Shabira mengambil handphone yang ada di nakas dengan setengah kesadarannya.

"Haloooo assalamualaikum" jawab Shabira tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Waalaikumsalam bi" suara seseorang di sebrang sana membuat Shabira terperajat dan duduk dari tidurnya. Mata yang sebelumnya masih tertutup rapat, dibukanya lebar-lebar.

"Kai?"

"Kamu baru bangun tidur?" Tanya Kai saat mendengar suara khas bangun tidur Shabira.

"Ngapain kamu nelepon aku?" 180 derajat berbeda dengan saat menjawab panggilannya, Shabira betanya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Kamu udah janji sama aku mau dengerin penjelasanku kan Sha?"

Diam, Shabira sengaja tidak menjawab pertanyaan Kai, ia mengambil jedai yang berada di nakas dan menggulung rambutnya ke atas.

"Sha?" Kai mengulang panggilannya.

"Hmm" Shabira menjawab dengan bergumam tidak jelas, sembari mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk.

"Gimana kamu bisa kapan? Hari ini bisakah?" Tanya Kai antusias.

"Yaudah 30 menit dari sekarang, di taman biasa" jawab Shabira, menantang Kai yang sangat ingin bertemu dengannya.

"Ha serius? 30 menit?" Tanya Kai terkejut, karena ajakan Shabira yang begitu tiba-tiba.

Harus secepat apa motor yang ia bawa melaju, jika ia harus tiba dalam waktu 30 menit?

"Iya kalau ga sampe dalam waktu 30 menit, ga perlu ada yang diomongin" Klik, Shabira mengakhiri panggilan itu di akhir kalimat.

Shabira segera turun dari ranjangnya. Lalu mengambil jaket untuk melindungi tubuh kecilnya dari udara pagi yang dingin.

"Pagi sayang, ko udah bangun? Katanya hari ini mau bangun siang" Tanya Indira, saat melihat anak bungsunya menuruni anak tangga.

"Aku mau olahraga" Jawab Shabira, sembari tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Mana ada olahraga masih pake baju tidur" indira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gapapa yang penting tetep cantik" ucap Shabira sembari mencium pipi sang mama. Lalu berlari kecil keluar rumah, untuk menemui sang mantan kekasih.

Shabira mengayuh sepeda pemberian dari Sahdan saat dirinya berulang tahun. Sepeda berwarna biru langit itu begitu cantik, secantik pemiliknya.

Shabira tau, terlalu cepat ia meminta Kai sampai dalam waktu 30 menit. Sembari mengayuh sepedanya, ia terus menerus khawatir pada Kai yang pastinya akan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Sepertinya keputusannya salah, ia bisa saja membahayakan Kai jika begini. Shabira menghentikan laju sepedanya, lalu merogoh saku jaketnya untuk mengambil handphone.

First LoveWhere stories live. Discover now