Kali Kedua

259 32 1
                                    

Hi All,

Selamat membaca kisah Shabira dan Razeka.

***

Heningnya malam membuat pergerakan cicak sekalipun terdengar nyaring ditelinga Sahdan. Sahdan masih terus terjaga, tak juga merasa kantuk sejak malam hingga pagi menjelang.

Keputusan Sahdan beberapa hari lalu benar-benar mempengaruhi dirinya. Bagaimana tidak, keputusan membatalkan pernikahan di H-2 minggu adalah hal yang besar. Ditambah ia masih sangat mencintai Shabira. Shabira yang ia pikir akan jadi pelabuhan terakhirnya, ternyata masih sangat mencintai mantan kekasihnya.

"Ini bukan hal kekanakan kan?" tanyanya pada diri sendiri, saat ia menghapus foto Shabira satu persatu dari feed instagramnya

Pergerakan jari-jari sahdan di layar handphonenya terhenti ketika panggilan dari Zafran masuk ke handphonenya. Tak berfikir 2 kali, Sahdan segera menerima panggilan tersebut.

"Assalamualaikum" salam Sahdan.

"waalaikumsalam, dan"

"kenapa mas?"

"lu serius batalin pernikahan lu sama Shabira?" Tanya Zafran to the point.

"iyaa"

"kenapa?"

"gw ragu"

"ragu?"

"iyaa gw ragu Shabira bisa lupain Razeka"

"gw ga paham dan, bukannya lu yang bilang akan nunggu Shabira sampai bisa sepenuhnya lupain Kai?"

"hal itu gw percaya dan gw yakini ketika gw belum mendengar dan melihat percakapan mereka berdua. Hati gw hancur mas pas denger mereka berdua ketemu dan ngobrol. Disitu gw sadar kalau mereka benar-benar saling mencintai, sementara gw hanya cinta sendiri" Jelas Sahdan, yang langsung mengingat momen dimana dirinya menyaksikan Shabira berusaha melepaskan dirinya dari cintanya pada Razeka, meski ternyata itu hanya sia-sia.

"Dan.."

"Gw juga mau dicintai Shabira sedalam dia mencintai Razeka mas, tapi apakah itu bisa? Bahkan disaat dia sudah disakiti berkali-kali, dia masih gabisa melupakan razeka"

"oke gw paham"

"Gw gatau apakah ini keputusan yang paling tepat atau ngga, apakah kedepannya gw menyesal atau ngga. Tapi yang pasti, ini keputusan terbaik gw untuk sekarang, melepaskan orang yang ga menginginkan gw"

"yaudah kalau itu udah jadi keputusan lo, gw cuma kaget aja, bahkan hampir ga percaya. Gw yakin setelah ini lo temuin jodoh lu dan. Gw selalu dukung lo apapun keputusan lo, karena gw yakin lo udah pikirin ini baik- baik"

"makasi mas, selalu dukung gw. Tapi

"iyaa tenangin diri lu ya dan. Gw tutup dulu teleponnya, lo istirahatlah"

"iya"

Flip, telepon dimatikan oleh Zafran. Sahdan kemudian bangkit dari duduknya, berjalan ke arah ranjang untuk merebahkan tubuhnya yang letih.

Sahdan memutar kembali memorinya dengan Shabira, sejak awal mereka bertemu di Sekolah Menengah Pertama, hingga pertemuan keduanya di kantor Shabira beberapa bulan lalu.

Semuanya terasa indah, namun seketika terasa menyakitkan ketika mengingat cintanya tak pernah terbalaskan.

Sahdan mengeluarkan ponselnya, lalu mengirim pesan pada sang papa yang masih berada di luar kota. Meski ia yakin sang papa tidak akan langsung membalas pesannya, namun ia harus segera kirimkan pesan ini agar tak mengurungkan niatnya di lain waktu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang