Bekerja sama

201 25 4
                                    

Hi semuaaa,

Makasi banyakkk masih setia baca kisah Shabira, Sahdan dan Razeka😭

Akhir-akhir ini sering stuck karena kehidupan real lifeku yang kerjanya kayak kuda😩

Tapi kuusahakan update. Minta vote & commentnya yaaa. Booster buatkuu😜

Happy reading🥰

——

Sahdan masih tak percaya, sang ibu terbujur kaku dihadapannya. Renata pergi meninggalkan Sahdan untuk selamanya, saat Sahdan belum bisa membuatnya bahagia. Saat Sahdan belum memberikan menantu dan cucu yang begitu ia damba.

Sahdan adalah anak satu-satunya. Sejak kecil teman bermainnya hanyalah Renata, karena sang ayah yang sibuk bekerja. Baginya, Renata adalah dunianya.

Sahdan ingat betul, Renata selalu menjadi yang pertama dalam hidupnya. Saat ia pertama kali bisa membaca, ia tunjukan itu pada renata. Saat ia pertama kali bisa bermain gitar, ia tunjukan itu pada Renata. Bahkan saat dirinya pertama kali memiliki pacar, ia ceritakan dan kenalkan pada Renata.

Renata benar-benar ibu sekaligus cinta pertamanya.

Rangkulan sang papa, menyadarkan Sahdan dari lamunan. "Kita berdua harus tabah nak" sang papa berusaha menguatkan meskipun dirinya tak kalah terpukul dari Sahdan.

Sahdan berusaha untuk tersenyum, berharap papanya juga bisa tetap kuat. Ia tau seberapa besar cinta sang papa pada ibunya. "Iya pa, aku tau papa juga sama sedihnya seperti aku. Tapi kita harus kuat"

Sang papa mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Sahdan. Keduanya kini masih berada di rumah sakit, menunggu proses Administrasi selesai untuk membawa Renata pulang.

Keduanya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Lamunan keduanya buyar ketika suara perut berbunyi begitu nyaring "kruyuk kruyuk" membuat keduanya menoleh ke sumber suara, perut papa Sahdan.

Sembari tersenyum geli "papa lapar?" Tanya Sahdan.

Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sang papa mengangguk mengiyakan pertanyaan putranya.

Sahdan beranjak dari duduknya, lalu pamit pada papanya untuk membeli makanan di kantin.

Ia melewati lorong yang panjang, untuk menuju kantin. Rumah sakit bercat cream itu sudah terlihat sepi karena hari sudah malam. Ia melewati beberapa orang yang nampaknya sedang menunggui pasien rumah sakit.

Hingga Sahdan melewati lelaki yang tidak asing baginya, yang membuatnya kembali mundur beberapa langkah untuk memastikan. Apakah benar yang dilihatnya adalah Kai.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
First LoveWhere stories live. Discover now