Mg; 20

400 49 9
                                    

ma• ngata /mangata/ n bayangan bulan di air yang berbentuk seperti jalan.

; Ketulusan yang tak pernah memudar, membuat ku tersadar kamu adalah takdir indah yang selama ini ku abai dalam radar.

; Ketulusan yang tak pernah memudar, membuat ku tersadar kamu adalah takdir indah yang selama ini ku abai dalam radar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat tahun kemudian...

Di depan Playgroup aku menunggu seseorang, cuaca sangat cerah hari ini seperti perasaan bahagia yang menyelimuti.

"Daddy!"

Anak menggemaskan itu melambaikan tangan pada ku, dia tersenyum manis seperti ibunya.

Hup!

Begitu kami saling berhadapan, aku memeluk lalu menggendongnya. Dia selalu membuat hati ku luluh, entah apa pun tingkah yang diakukan.

"Tadi main apa, aja?"
"Menggambar! Main lari-lari, main petak umpet, banyak banget Daddy."
"Mana coba lihat gambarnya?"
"Di tas, nanti di rumah aja."
"Oke kalau gitu,"
"Bunda mana?"
"Bunda di rumah nenek, katanya lupa hari ini kan ulang tahun nenek."
"Bunda pelupa ya Daddy."
"Iya, kamu jangan kayak Bunda ya, kalau pelupa nanti belajarnya susah."
"Enggak! Aku kayak Daddy kok."
"Anak pinter."

Kami memasuki mobil dan siap melakukan perjalanan. Syan, harusnya tak masuk playgroup hari ini karena pesta ulang tahun nenek, tapi ibunya tak sadar dan mengantar pergi ke sekolah. Setengah jam yang lalu aku ditelpon untuk menjemput Syan pulang lebih awal.

"Kita sampai,"
"Daddy, ayo masuk."
"Ayo sayang."

Bel ku tekan, pintu rumah pun terbuka. Pemandangan yang ku lihat adalah ramainya orang-orang yang sedang menyiapkan pesta. Aku tersenyum begitu seorang perempuan menyapa kami di ambang pintu.

"Bunda!"

Syan begitu senang melihat ibunya, tak butuh waktu lama untuk dia segera beralih pada pangkuan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Ya Tuhan, aku beneran lupa. Maaf ya."
"Gak apa-apa, lagian hari ini juga aku libur kerja."
"Aku udah gak tau lagi mau minta tolong sama siapa, makasih banget."
"Udah seharusnya kok, jangan jadiin beban."
"Ikut pesta kan?"
"Um, boleh, tapi kayaknya gak akan lama."
"Gak apa-apa, ayo masuk."
"Tunggu, sekarang jam berapa?"
"Jam 10."
"Astaga! Selen kayaknya aku gak bisa ikut deh, aku udah ada janji."
"Yahhh, janjian jam berapa emang?"
"10.10 aku pamit ya, salam buat semua yang ada di rumah. Oh! Selamat ulang tahun buat ibu kamu."
"Maaf jadi ngerepotin ya, Harvey."
"It's Ok."

Aku seperti hendak mengikuti marathon, berjalan terburu menuju mobil.

"Daddy!"

Ah, Syan.

"Ya, sayang?"
"Daddy kalau Ayah udah pulang dari luar kota, kita main bola lagi ya. Aku, Daddy, Bunda sama Ayah."
"Oke, sayang!"

MangataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang