Mg; 05

262 48 2
                                    

ma• ngata /mangata/ n bayangan bulan di air yang berbentuk seperti jalan.

; Kaca yang pecah menyisakan retak yang berserakan, membuatnya kembali satu hanya sebuah kesiaan.

Tubuh ku merebahkan diri pada tumpuan paling nyaman di kamar, begitu bertemu kasur akan sulit sekali rasanya segera  terbangun melakukan aktifitas lain

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Tubuh ku merebahkan diri pada tumpuan paling nyaman di kamar, begitu bertemu kasur akan sulit sekali rasanya segera  terbangun melakukan aktifitas lain. Seharian bekerja membuat ku lebih mudah merasa pegal karena terus berkutat dengan layar laptop dan berbagai desain produk. Sudah beberapa kelas tak jua bisa dihadiri dosen karena rapat program studi tiga hari berturut-turut, aku memilih kerja dari pada harus berdiam diri di kosan tak melakukan apa pun. Tapi, belum genap 15 belas menit meregangkan kaki juga punggung, perut ku mengundang lapar hingga tak lagi bisa diabai. Aku berdiri, mencari Mie Cup apa saja yang bisa dimakan dari lemari, setelah ketemu segera ku seduh.

Tentang El, bagaimana bisa jarak kami yang begitu dekat tetap membuat dia seolah ditelan bumi karena begitu sulit ku temui. Aku juga mulai menyadari, baik Putra atau Jenny keduanya seperti berusaha melakukan visi yang sama dengan El pada ku, karena setiap kali ku tanya jawab mereka selalu saja tak tahu, padahal mereka kawan dekat El.

Sampai sekarang aku belum mendapat nomor telpon El, teman sekelas pun tak ada yang punya kecuali Putra dan Jenny.

Rasanya ingin menyerah saja, dibanding aku El jauh lebih hebat dalam menghindar. Aku tak pernah mengira dia jago sekali untuk urusan tersebut, sesal ku hinggap... karena jika tahu sedari awal, maka mungkin aku tak akan pernah mau memulai teka-teki melelahkan ini.

Selesai makan, aku berganti pakaian lalu membersihkan diri. Rencananya aku akan tidur dan tak berniat diganggu siapa pun, sungguh hari ini sangat padat. Tapi, begitu akan mematikan HP, tiba-tiba saja rasa penasaran kembali muncul dan sulit ku tolak. Harus kah aku kembali membacanya? Yang tersisa dari El dalam kondisi saat ini hanya lah kenangan juga beberapa foto dan history chat usang, aku tak tahu apa setelah membaca artikel yang El tulis mungkin untuk ku akan sedikit mengurangi rasa rindu? Entah lah, harus ku coba jika ingin tahu jawabnya.

Moon's Way; Hv
chapter two

Hari ketujuh sejak aku berikarar, tak akan pernah lagi menyimpan sebuah beban perasaan. Tapi, nyatanya jika berniat terlalu keras hanya akan menyakiti terlalu dalam, sepatutnya aku membuat semua mengalir bak sungai menuju muara, agar tak lagi ku rasa pedih akan mencintai kamu.

Moon's Way; Hv
chapter three

Pada satu sore di tanah ramai nan bising, aku menatap kamu dalam diam di antara jarak yang tak mengikis kedekatan. Terkadang kamu membuat ku lupa sebab luka itu ada, kamu seperti separuh bahagia akan separuh kesedihan yang bermain selayak roller coaster dalam hati ku. Jika bisa ku pilih, aku ingin kamu selalu menjadi sebagian bahagia ku tanpa pernah kembali menjadi sebagian sedih ku.

Moon's Way; Hv
chapter four

Ini kali kedua aku jatuh cinta pada pandangan pertama, pertama kali ku lakukan saat SMA meski kemudian mengundang pilu. Kamu duduk dibarisan belakang, saat suara dosen membuat ku menengok ke arah kamu, memperhatikan bagaimana jawaban penuh antuasiasme mengundang tepuk tangan seisi kelas. Mulanya ku pikir semua hal itu biasa saja, hingga aku menyadari hari berganti dan aku tak bisa melupakan bagaimana kamu mulai bersemayam dalam hati.

Tersisa satu chapter lagi dan aku berhenti membaca.

El, jika memang dia terluka karena diri ku lalu mengapa tak berhenti lebih awal akan cinta itu? Aku bahkan tak memintanya memberikan hati pada ku, tapi mengapa pilu sekali rasanya membaca setiap bait dalam cerita yang dia buat?

Aku terdiam, mulai menyadari air keluar dari pelupuk mata, bodoh, harusnya dia tak pernah memilih aku untuk dicintai. Orang brengsek seperti ku tak pantas mendapat keistimewaan darinya.

Apa yang harus ku lakukan? Aku ingin sekali bertemu El, namun, seperti angan saja aku berharap. Berbagai cara telah ku lakukan, tak ada satu pun yang berhasil, aku ingin menyerah karena telah sampai dipenghujung jalan tetapi semua tetap buntu. Tunggu... mungkin, ada satu yang terlewat, mungkin aku masih memiliki kesempatan.

Memakai Hoodie dan celana jeans, aku mengambil kunci motor dan helm lalu berjalan keluar kamar menaiki motor di parkiran.

Hampir saja terlewat, bukan kah akan lebih mudah untuk ku menemukan El jika langsung berkunjung ke rumahnya? Aku sangat tahu bahwa El bukan tipikal gadis yang suka kelayapan bermain hingga larut malam, maka sudah pasti sekarang El ada di rumah, ya aku yakin.

Secercah harapan membuat ku kian tak sabar untuk segera sampai, aku menyusuri jalan terburu, lega rasanya bisa bertemu El setelah sekian lama. Mungkin, aku akan menyapanya lebih dulu sebelum bertanya segala hal yang selama ini menjadi teka-teki. Aku tak sabar.

Setengah jam berlalu, aku sampai di depan pagar rumahnya. Ku tekan bel, seseorang keluar lalu membuka kan pagar mengajak ku masuk ke dalam rumah. Aku ditawarinya minuman, namun semangat ku untuk bertemu El tak bisa membuat ku menunggu lebih lama untuk bertemu.

"Elnya ada Tante?"
"Loh, nak Harvey belum tahu?"
"Tahu apa Tante?"

Wajah Mamah El mengkerut bingung, tak jauh berbeda dengan ku.

"Minum dulu ya nak Harvey, udah lama juga engga dateng ke rumah, kemana aja?"
"Ahh~ itu... Harvey kerja Tante,"
"Oiya? Tante denger dari El, katanya sudah berhenti kerja?"
"Um, anu, semester ini lebih senggang jadi Harvey pilih buat kerja lagi."
"Ohh gitu, ayo diminum nak Harvey,"
"Um, Elnya ada kan Tante?"
"El jarang pulang sekarang nak Harvey,"
"Jarang pulang?"
"Iyah, paling dua minggu sekali, itu juga cuman sehari dua hari aja di rumahnya."
"Loh? Maksud Tante? Kok? Emang El kemana?"
"El sekarang ngekos nak Harvey, sejak semester delapan, enggak dari awal semester banget tapi udah lumayan lama. Tante kira, nak Harvey tahu."
"Eh? Ngekos? Enggak Tante, Harvey gak tahu."
"Um, tunggu sebentar."

Mamah El pergi ke belakang, sementara aku menelan ludah karena kembali dibuat terkejut oleh kenyataan. Apa semester delapan begitu berat hingga El memilih untuk menyewa tempat kos atau dia sedang membuat skenario sempurna untuk menghindari ku?

"Ini alamat kosan El,"

Secarik kertas ku terima dari Mamah El.

"El bilang dia butuh fokus buat kerjain skripsi, Tante awalnya gak setuju, soalnya dia kadang lupa rawat diri kalau udah serius belajar. Lupa makan lah, lupa mandi lah, apalagi kalau udah sampai sakit kayak dulu mau nangis aja Tante ingetnya. Tapi, dia bilang ada kamu yang bakal bantuin, jadi Tante percaya, cuman liat kamu baru tahu El ngekos Tante bakal marahin El suruh dia pulang karena udah bohong."
"Jangan Tante jangan marahin El, um, lagian sekarang Harvey juga udah tahu kok. Tante serahin aja sama Harvey, pokoknya Harvey bakal jagain El. Harvey janji."
"Makasih sayang, Tante percaya."

Raut wajah khawatir Mamah El berubah lega, beliau juga memegang tangan ku mencoba beri tahu keyakinan dirinya atas putri yang begitu dicintai. Segera, akan ku temukan El. Lebih dari sekedar mengajukan tanya, meski retak jua berserakan, niat ku telah bulat untuk membuat hubungan kami seperti sedia kala.

Ma;ngata

MangataTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon