Mg; 02

625 62 4
                                    

ma• ngata /mangata/ n bayangan bulan di air yang berbentuk seperti jalan.

; Aku lah pengecutnya, berlagak seperti tak akan terluka jika kehilangan kamu, namun tak pernah menyadari baru selangkah tak beriringan dengan kamu saja sudah membuat hati ku pilu tak tertahan.

; Aku lah pengecutnya, berlagak seperti tak akan terluka jika kehilangan kamu, namun tak pernah menyadari baru selangkah tak beriringan dengan kamu saja sudah membuat hati ku pilu tak tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asap mengepul ke udara, malam ini aku menghabiskan waktu di kafe mengerjakan beberapa tugas semester delapan namun bukan skripsi atau laporan. Dibanding teman ku yang lain, beban semester ini memang lebih ringan karena aku tak perlu repot memikirkan bab-bab menyebalkan dan dosen pembimbing juga sidang.

Menghadap laptop seorang diri, berteman kopi dan sebungkus rokok tadinya Rei akan datang menemani hingga dia dikejutkan oleh revisi mendadak dari dosen yang menghubunginya secara mendadak pula.

Aku menatap layar HP, terpasang wallpaper diri ku jua Selen yang sedang duduk bersebelahan di salah satu restoran. Tapi, applikasi WhatsApp tak bisa membuat ku berhenti mengundang rasa penasaran. Ku sentuh lalu mengkliknya, nama teratas adalah Selen sementara yang lain hanya teman kelas juga rekan kantor. Sudah lama sekali sejak aku menghubungi El, padahal dulu hampir tiap hari kami bertukar kabar atau berbicara random mengenai apa saja. Aku merasa telah berhasil membuat jarak menjulang, memisahkan kami begitu jauh tetapi dusta rasanya jika aku menyukai kondisi ini.

Rokok masih ku hisap saat sesuatu terlintas dalam benak. Website tempo hari, membuat ku kian penasaran, aku kembali membukanya dan tampilan sandi masih menjegal ku untuk membaca. Jika benar Eileen yang tertulis adalah El, maka apa kata sandi yang seharusnya ku masukan? Setelah lama ku pikir, aku bahkan tak mengetahui tanggal lahir El. Aku terdiam, menyadari bahwa selama ini aku lah yang sering kali bicara sedang El hanya mendengar. Dia mengetahui banyak hal tentang ku, mungkin, tapi tidak untuk ku tentangnya.

Sial. Aku bodoh sekali.

Pesan teks ku kirim pada El, untuk pertama kalinya aku menghubungi gadis itu, tapi hanya ceklis satu. Kekhawatiran tak bisa ku hindari. Seraya mencoba menemukan kata sandi, aku menunggu, namun lama El tak membalas pesan ku, tak ada pilihan selain bertanya kabar pada teman dekatnya.

Sambungan panggilan terhubung, hingga suara seseorang terdengar dari speaker.

"Kenapa Vey? Tumben nelpon,"
"Lagi di mana, Put?"
"Baru selesai main badminton,"
"Sibuk, Put?"
"Ada apa? Firasat aku gak enak nih kamu nelpon,"
"Ya ampun Put, berasa aku renternir kali."
"Jangan bilang kamu kangen aku, Vey?"
"Yang bener aja dong,"
"Yaudah kalau gak ada apa-apa aku tutup, mau lanjut main nih."
"E, eh, tunggu bentar."
"Apaan Harvey?"
"Um, El, jarang masuk Put?"
"Ha? Tumben nanyain,"
"Um, ini, aku ada mau ngomongin tugas."
"Ooh~ kirain apaan, gak tau sih aku juga, dia gak ngomong apa-apa terus gak minta tolong izinin ke dosen."
"Mungkin gak sih dia sakit?"
"Sakit? Setau aku dia sehat-sehat aja Minggu lalu, tapi ya gak tau sih kalau tiba-tiba drop."
"Gitu ya,"
"Hubungi sendiri lah Vey, kalau emang penasaran."
"Udah Put, tapi dari tadi ceklis satu."
"Serius?"
"Iyah, makanya aku nelpon kamu."
"Mau ngomongin tugas apaan emang?"
"Anu, itu, um, tugas Pak Satria."
"Ooh~ yaudah entar kalau El ngehub, aku kabari kamu."
"Makasih banyak Put,"
"Sama-sama, eh, Harvey aku mau tanya sesuatu dong."
"Apaan?"
"Kamu sama El gak musuhan kan?"
"Ha?"
"Um, gak jadi, bye Vey."

Terdengar ambigu namun aku justru merasa tersudut, apa hubungan ku dan El telah menjadi konsumsi publik? Maksud ku, apa begitu kentara hingga Putra bertanya tentang kami?

Website yang sedari tadi menyita atensi ku masih menampilkan halaman awal, terjegal kata sandi, dongkol sekali saat rasa penasaran semakin memuncak sementara jawaban tak jua ku dapat. Sampai saat ini El bahkan belum membalas pesan ku, apa kah dia sedang berusaha melakukan hal yang sama dengan apa yang ku lakukan padanya? Celaka, aku tak mengira akan tak sesiap ini menghadapi sikap El. Perlukah aku pergi ke rumanya? Bertanya kabar atau sekedar berbasa-basi tentang website? Otak ku buntu.

Dering telpon memecah keheningan, aku menjawab panggilan dari Selen segera.

"Ya, sayang?"
"Kamu masih ngerjain tugas?"
"Masih, aku di kafe deket kampus belum pulang."
"Hari ini kamu mau ke club gak?"
"Leo ngajakin sih,"
"Bagus kalau gitu. Aku di club biasa sayang, aku takut nanti mabuk, kamu bisa kan jemput aku?"
"Jangan mabuk dong, aku juga belum tau beres tugas jam berapa."
"Sayang, pergi ke club gak mungkin gak mabuk."

Untuk sepersekian detik aku merasakan sensasi dejavu.

"Kamu gak pulang ke rumah lagi?"
"Ngapain sayang? Lagian ada gak ada di rumah juga gak ada yang nyariin aku."
"Oke, nanti aku jemput."
"Kamu jangan anterin aku ke rumah ya, kita ke hotel atau kosan kamu."
"Kita ke kosan aku aja,"
"Oke sayang, love you Harvey."

Aku mengakhiri panggilan tanpa menjawab kalimat terakhir Selen, entah mengapa, hanya saja aku tak bisa menjawab. Deru nafas berhembus penuh beban, aku kembali diam, hingga... sesuatu melintas begitu saja dalam benak.

Mungkinkah?

Tanggal dan bulan lahir ku, menjadi kata sandi yang ku isi ke dalam kolom laman artikel. Dan.... terbuka. Aku tak habis pikir, hal yang mulanya ku anggap hanya kekeliruan semata berkahir dengan fakta bahwa, ya, pemilik website itu adalah Eileen teman ku.

Lalu, apakah tulisan ini juga akan memiliki sesuatu yang berhubungan dengan ku? Jujur saja, ada debaran jantung tak biasa yang sedang ku rasa saat ini. Keraguan pun menghampiri, harus kah ku baca atau ku lupakan saja dan berpura tak pernah menemukan hal gila ini? Oh Tuhan, kenapa banyak sekali hal dilema yang harus ku lalui? Aku kembali terdiam, masih mencari jawaban dalam kecamuk pertanyaan.

Tak terasa menit berlalu, aku berhenti membuang waktu dan telah memutuskan sesuatu. Ya, akan ku baca walau entah kejutan macam apa yang akan ku dapat.

Moon's way; Hv
Chapter one

Ini bukan kali pertama kekecewaan hinggap, meski masih bisa ku hitung dengan jari namun bulan menjadi saksi bagaimana hati ku terluka dengan teramat malam itu. Haruskah ku ucap selamat pada kamu yang telah mematahkan hati ku untuk kesekian kali? Atau ku abai saja dan berpura tak mendengarnya? Kamu membuat ku semakin tak memiliki alasan untuk mencinta, ku pikir telah tiba waktu ku untuk menyerah, maaf.

18.01

Tubuh ku refleks bersandar pada kursi.

Aku... sama sekali tak mengerti dengan baris kalimat yang baru ku baca. Jika ini tentang El yang pernah jatuh cinta pada ku dan katakan lah aku sedang membaca sebuah diari tentang diri ku, maka kenapa pada bagian pembuka saja sudah membuat ku bingung? Aku lagi-lagi gagal untuk memahami, kesalahan apa? Hal apa yang telah ku lakukan di masa lalu hingga membuatnya begitu terluka? Karena setahu ku, El selalu tersenyum manis setiap kali kami bersama.

Apa yang sebenarnya telah terjadi? Dosa apa yang telah ku lakukan? Sungguh, aku ingin mengetahuinya.

Ma;ngata

MangataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang