Mg; 19

250 43 4
                                    

ma• ngata /mangata/ n bayangan bulan di air yang berbentuk seperti jalan.

; Izin kan aku mengambil peran mu, berganti jaga menunggu hati agar tetap menetap.

; Izin kan aku mengambil peran mu, berganti jaga menunggu hati agar tetap menetap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedai ketoprak langganan ku, tak terasa sudah empat tahun sering dikunjungi. Satu semester berlalu dan kini aku telah berada di semester sembilan mengerjakan skripsi, enam bulan lagi aku akan diwisuda, tuntas sudah kewajiban ku sebagai mahasiswa. Setelah lulus aku akan melamar pekerjaan di kota yang lebih besar, berharap bisa meraup pundi rupiah dengan maksimal. Kampus terasa lebih sepi karena teman-teman sudah tak lagi berkuliah, aku duduk seorang diri sambil bermain HP juga menunggu ketoprak pesanan datang. Selama satu semester kedepan tak akan ada lagi Rei yang menemani ku makan, El yang membantu mengerjakan tugas, Zydan, Ivan, Kean, Peter, Mike dan yang lainnya. Pada beberapa momen, aku merindukan mereka dan saat-saat kami masih menjadi mahasiswa baru.

Hari ini aku telah janjian untuk bertemu dengan El, selepas perkuliahan kami berencana melakukan perjalanan sehari dengan kereta ke pinggir kota, tempat yang dulu pernah kami datangi. Meski hubungan kami masih sebatas teman, tapi kedekatan kami membuat ku lengkap menjadi manusia yang utuh. Aku pikir di dunia ada yang kubutuhkan lagi selain waktu yang kami habiskan bersama.

Rei kini telah bekerja di salah satu perusahaan besar, entah melalui koneksi atau karena kepintarannya pada bidang tersebut, banyak yang terkejut saat Rei lah teman di angkatan yang pertama mendapat jabatan. Aku ikut senang dengan kesuksesannya. Sementara Selen, dia sudah menikah dengan lelaki yang tak pernah sekali pun aku melihatnya saat kami berkencan, tapi mungkin benar apa yang Selen ucapkan saat mengatakan lelaki itu mencintainya, hanya sekali lihat saja aku bisa tahu.

Selepas makan aku masuk kelas dan memulai perkuliahan. Hanya ada dua matkul semester ini, itu pun karena aku yang mengulang akibat nilai D, sisanya adalah skripsi.

Waktu berlalu dan tak terasa kelas telah selesai. Aku bergegas pergi ke stasiun karena El sedang menunggu ku di sana. Butuh waktu setengah jam untuk sampai.

"Udah nunggu lama?"
"Enggak, aku baru dateng."
"Tiketnya udah beli?"
"Udah. 15 menit lagi kita berangkat."
"Ok, El."

Seperti biasa, jika melakukan perjalanan kereta kami membeli air mineral dan roti kopi.

Kereta telah datang, aku dan El menaikinya dan duduk di salah satu kursi penumpang saling berhadapan.

Setelah sekian lama kami hanya bertemu di kampus atau aku yang hanya membantunya menuntaskan skripsi, baru kali ini kami kembali melakukan perjalanan berdua. Sejak aku dan El kembali menjadi teman, tadinya kami tak pernah ada acara pergi ke bioskop, membeli buku atau apa pun yang bisa membuat kami menikmati waktu tanpa diganggu.

Kami akhirnya sampai di pinggir kota, di dataran atas dengan gunung dan pohon rindang sebagai teman.

"Udah lama ya, Vey, kita gak pernah ke sini."
"Setengah tahun ada kali ya,"
"Kayaknya iyah, aku inget banget waktu itu aku patah hati sama Kean dan ngajak kamu ke sini. Gak tau kenapa aku ngerasa tenang kalau ada di sini."
"Di sini masih asri El, kalau dipikir-pikir banyak juga kenangan yang udah kita bikin di sini."
"Setuju, aku malah tadinya mikir gak akan pernah datang ke sini lagi sama kamu, waktu itu aku hopeless kita gak akan temenan lagi."
"Jangan ngomong gitu, aku bakal selalu jadi temen kamu."
"Um, udah empat tahun kan?"
"Apanya?"
"Kita temenan?"
"Salah,"
"Oiya?"
"Empat setengah tahun, kan lagi otewe setengah tahunnya."
"Oiya, kamu kan lagi kuliah semester sembilan."
"Lagi skripsi jangan lupa,"
"Inget dong!"
"Bagus, itu baru namanya temen berbakti."
"Apaan sih kamu,"
"Serius aku."

MangataWhere stories live. Discover now