[10] - Rembulan Yang Malang

Start from the beginning
                                    

Rere mendongakkan kepalanya, nafasnya memburu begitu mendengar perkataan Laras. "Tante boleh menghina aku sepuasnya, tapi aku nggak mau bunda dihina seperti tadi, bunda nggak kayak yang tante pikirin!"

Rere terisak, menangis di kaki Laras. "Maaf tante aku sedikit keras, tapi sungguh aku nggak berniat pulang malem begini, motor aku lagi di bengkel dan aku nggak dapet angkot untuk pulang, tadi karena hujan lebat aku juga meneduh dulu. Maafin Rere tante ..."

Dugh!

Rere tersungkur di lantai saat Laras menghempaskan dirinya begitu kasar.

"Sebagai hukuman, uang jajan kamu bulan ini akan saya potong, jangan pernah kamu memberi tahu ini pada papamu. Ingat, ini peringatan saya terakhir kalinya, cukup sudah dengan ulah kamu." Tegas Laras.

Rere mengangguk lemah, memangnya mau bagaimana lagi selain menurut?

"Sudah sana masuk ke kamar, saya nggak mau anak saya sampai kebangun dan denger semua ini."

♡♡♡

Blam!

Rere melangkah gontai menghampiri ranjangnya seusai mengunci pintu kamar. Dirinya nampak lesu dan tak bersemangat seperti sebelumnya.

Seharusnya sampai kamar begini, dirinya sudah berencana akan loncat-loncat kegirangan karena telah diantar pulang oleh Agam. Tetapi setelah mendengar perkataan mama Laras, rasa bahagia itu luntur seketika.

Rere tak apa ia dihukum, tak apa uang jajannya bulan ini dipotong berapa pun, ia tak akan masalah dan marah. Tetapi saat mendengar bundanya dihina seperti itu ...

Rere tak terima.

Bagaimana bisa mama Laras berbicara soal begitu tentang bunda-nya? Dan kata jalang itu ... Sungguh demi apapun itu menyayat hati Rere sebagai seorang anak.

Bunda Rere bukan orang yang seperti itu, dia orang yang baik dan penyayang. Mana mungkin dirinya begitu, mama Laras pasti sudah salah mengira.

Rere mengadahkan kepalanya ke luar jendela kamarnya yang terbuka, angin semilir menelisik masuk membuat rambutnya melambai-lambai di udara.

Rembulan kala malam ini bersinar cerah menerangi kegelapan malam, hanya sendirian. Rembulan yang malang, dia kesepihan.

Kemana bintang yang akan menemaninya? Apa mereka tak kasihan pada rembulan yang sendiri?

Rere mengulas senyum sabitnya, "aku disini bulan. Tiap malam aku akan menjadi temanmu." Gumam-nya masih setia menatap rembulan yang tengah bersinar sendiri.

Rere merogoh saku seragam sekolahnya yang masih ia kenakan, mengecek kala ponselnya berbunyi menandakan ada chat yang baru saja masuk.

Itu teman-temannya, Ara dan Mona. Mereka mengirim banyak pesan hingga spam karena dirinya sedari tadi tak menjawab, mereka terlihat khawatir.

Kinara Bawel
REE, WOEKK SERIUSAN LO GAPAPA? UDAH PULANG KAN? KOK GA JAWAB SIH? JANGAN BIKIN GUE PANIK YA! (46)
20.24 P.M.

Monara Galak
Ree, lo gapapa? Udah pulang? Kok offline mulu sih? Kouta lo abis ya? (10)
20.01 P.M.

Rere terkekeh membaca semua pesan teman-temannya. Rere sangat bersyukur, bisa dapat teman yang baik dan perhatian seperti mereka.

Rere segera mengotak-atik layar ponselnya untuk menjawab pesan Ara dan Mona, tak ingin mereka semakin khawatir hanya karena dirinya lama tak menjawab.

Ting!

Rere kembali mengecek ponselnya kala mendengar bunyi dari sana, ia kira itu notifikasi balasan pesan dari Ara dan Mona, ternyata bukan.

PAYUNG & HUJANWhere stories live. Discover now