Mata Merah (@mochikimbab)

166 4 3
                                    

Cast:
1. Webster B as Rohan
2. Haon as Noah
3. Ulzzang girl as Olly

Sejak tadi, Olly mondar-mandir di teras depan rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak tadi, Olly mondar-mandir di teras depan rumah. Dia menunggu kedatangan sahabatnya yang sampai sekarang belum pulang dari tempat les. Padahal sudah jam sembilan malam dan sahabatnya yang bernama Noah belum juga datang. Karena bosan menunggu dan berdiri, Olly memilih duduk di kursi panjang yang disediakan di teras depan. Dalam hatinya, dia sudah memaki-maki sahabatnya itu. Dia merasa kesal karena pesannya tidak dibalas, padahal sudah setengah jam yang lalu pesan itu terkirim.

Malam ini, Olly dan Noah berencana memberi kejutan kue ulang tahun pada sahabatnya yang bernama Rohan. Seharusnya kejutan itu berikan kemarin malam, tetapi mereka tidak bisa dan menggantinya malam ini. Olly sudah membeli kue dan lilinnya sejak tadi sore. Kue itu dibelinya setelah pulang sekolah.

Sembilan lewat sepuluh menit, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tanpa rasa bersalah, Noah langsung duduk di samping Olly setelah memarkirkan skuter matiknya. Olly yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Ly! Titip tas gue ya?"

Olly mengambil tas Noah, lalu beranjak masuk ke dalam meninggalkan sahabatnya itu di teras rumah. Kembalinya dari dalam, dia membawa kue dan lilin yang diambil dari dapur. Kemudian meletakkannya di samping Noah.

Mereka berdua telah sepakat memberi kejutannya di tempat Rohan bekerja. Tentang tempat Rohan bekerja, dia bekerja sebagai penjaga warnet.

"Oh iya, No! Bagusnya lewat mana nih?" tanya Olly. "Gue enggak mau kalau lewat jalan depan makam."

Olly tidak bisa membayangkan, mana berani dia lewat jalan itu, apalagi sendirian. Meski dengan Noah, tetap saja tidak berani. Kata warga setempat, makam itu angker. Ditambah lagi, tidak ada penerangan di sepanjang jalan maupun di pojok makam, membuat bulu kuduk siapa saja yang lewat berdiri. Lebih baik dia lewat jalan lain daripada lewat jalan depan makam.

"Bukan lewat situ, Ly?" jawab Noah. "Lewat jalan satunya."

Akhirnya, mereka berdua berangkat dengan mengendarai skuter matik milik Noah.

"No! Kenapa belok?" bisik Olly di kuping kiri Noah. "Kenapa enggak lewat lapangan saja?"

"Biar cepat sampainya, Ly? Kelamaan kalau lewat samping lapangan. Lebih baik lewat jalan pintas."

Setelah skuter berbelok, dengan cepat tangan kanan Olly berada di pinggang Noah dan mencengkeram erat bajunya. Sedangkan, tangan kirinya mendekap erat kotak yang berisi kue. Olly melihat kanan kiri jalan, suasana sepi yang ada dipikirannya. Diliriknya jam di pergelangan tangan kirinya, hampir setengah sepuluh. Entah perasaannya atau bagaimana, seperti ada yang mengawasi. Pandangan Olly lurus ke depan, tidak berani lagi melihat kanan maupun kiri. Berkebalikan dengan Olly, Noah yang melajukan skuternya tidak terlalu lambat maupun tidak terlalu cepat dengan santainya menyenandungkan lagu kesukaannya.

Sampai di pertigaan, Noah membelokkan skuter ke kanan. Perasaan Olly sedikit tenang, pasalnya ada kendaraan yang lewat, berbeda di jalan sebelumnya. Olly juga berani lagi melihat keadaan kanan dan kirinya. Dilihatnya beberapa orang masih asyik mengobrol di teras depan rumah masing-masing.

"Ly!" panggil Noah, kemudian dia menepuk tangan Olly. "Ini kenapa lo nyengkeram baju gue erat banget? Ada apa?"

"Enggak apa-apa kok, No!" jawab Olly saat mendengar pertanyaan itu, Olly segera melepas cengkeraman erat pada baju Noah. "Takut jatuh, makanya gue pegangnya erat. Apalagi ini gue bawa roti."

Mendengar jawaban Olly, Noah hanya menganggukkan kepala. Sebenarnya dia belum puas mendengar penjelasan Olly, dia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi diurungkan. Dia akan bertanya lagi di rumahnya Olly nanti. Tidak mau berpikir aneh-aneh tentang Olly, Noah kembali fokus mengendarai skuternya.

"No! kalau berhenti di pinggir rumah belakang warnet bagaimana?" saran Olly. "Nanti, motornya lo dorong sampai warnet."

Mereka berdua akhirnya sampai, Noah menuruti saran Olly untuk berhenti di pinggir rumah belakang warnet. Noah mematikan skuternya, lalu turun diikuti Olly. Olly perlahan membuka tutup kotak yang berisi kue di dalamnya, dengan hati-hati dia mengeluarkan kue tersebut. Ia lalu memasangkan lilin di atasnya.

Sebelum kotak kue dibuka, ada bapak-bapak menyapa mereka berdua. Olly dan Noah tidak memiliki firasat apa-apa pada bapak itu. Lagi pula, sebelum bapak itu lewat masih ada pengendara motor melewati mereka.

Bapak itu bertanya, "Kalian berdua kenapa di sini? Ada acara apa?"

"Ini pak, kita mau kasih kejutan kue buat teman," jawab Noah, sedangkan Olly membuka tutup kotak. "Kemarin teman kita ulang tahun."

"Oh, kalau begitu bapak permisi," ucap bapak itu dengan tersenyum samar. "Semoga berhasil!"

"Iya pak."

Akhirnya bapak itu pergi meninggalkan mereka, tetapi ada yang aneh di mata Noah, bapak itu tidak menggunakan alas kaki dan wajah bapak tadi pucat. Noah mengenyahkan pikiran tentang bapak itu. Dia fokus kembali pada Olly yang sibuk memasang lilin di atas kue.

Mereka pergi menuju warnet, Noah mendorong skuternya di samping kiri Olly yang membawa kue. Mereka berhenti sebentar di belokan dekat warnet. Olly mengintip ke arah warnet, memastikan Rohan di depan warnet atau tidak. Ternyata Rohan duduk sendiri di kursi panjang depan warnet. Olly segera menyalakan lilinnya. Mereka berjalan perlahan ke arah Rohan.

Di lain tempat, Rohan merasa ada yang mendekat. Rohan segera menengok ke arah kiri, betapa terkejutnya dia melihat kedua sahabatnya datang dengan membawa kue ulang tahun.

"Kalian?"

"Selamat ulang tahun, Han!" ucap mereka berdua.

Setelah Rohan meniup lilinnya, dia memotong kue dan memberikannya pada Olly dan Noah.

"Terima kasih ya, buat kalian berdua. Enggak nyangka malam-malam datang ke sini bawa kue segala."

"Iya, Han. Namanya juga sahabat? Kita enggak bakalan lupa kasih kejutan buat lo." jawab Olly. "Yuk foto dulu."

Mereka bertiga berfoto bersama dengan latar belakang pekarangan kosong sebelah warnet Rohan. Mereka mengambil banyak foto, dari ekspresi senyum sampai ekspresi datar. Noah segera melihat hasil fotonya di handphone Olly. Dengan dahi mengerut, dia menunjukkan hasil foto pada kedua sahabatnya.

"Lihat, kok di belakang foto kita ada mata merah?"

"Mana? Coba lihat!" ucap Olly. Olly melihat dengan seksama, ternyata benar. "Seperti sepasang mata merah? Jangan-jangan ...."

Mereka berdua kecuali Rohan diam membeku.

"Udah biarin aja, enggak usah dipikir. Kita enggak nganggu dia. Yuk ke dalam aja!" kata Rohan menenangkan sahabatnya. "Sudah, masuk yuk!"

"Han, lo tadi lihat bapak-bapak belok ke arah jalan samping warnet nggak?" jawab Noah. "Wajahnya pucat, Han!"

"Enggak ada tuh? Dari tadi gue di luar ngak lihat bapak-bapak. Mata kalian kali salah lihat!"

Noah dan Olly semakin diam membeku, mereka melirik satu sama lain. Dalam hati masing-masing, "Apa bapak-bapak tadi hantu?"

Yogyakarta, 18 Januari 2020

mochikimbab

Creepy First Experience [✔]Where stories live. Discover now