Maaf (@lalalucam_)

192 18 0
                                    

Cast:
1. Jaehyun NCT as Thomas
2. Lisa Blackpink as Ralia

 Lisa Blackpink as Ralia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tak ... tak ... tak ....

Kalian dengar itu? Suara langkah kaki yang entah asalnya dari mana. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku mendengar suara itu. Justru rasanya aneh kalau aku hanya mendengar suara langkah kaki.

Oh ya, sebelumnya perkenalkan namaku Ralia, saat ini aku sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas atau yang biasa disebut SMA, kelas 12.

Mengenai langkah kaki tanpa wujud tadi itu hal yang biasa terjadi di kamarku. Ya, hanya di kamarku tidak dengan ruangan lain di apartemenku.

Bahkan aku pernah merasakan kejadian mistis lainnya seperti suara bisikan memanggil namaku, benda-benda yang bergerak dengan sendirinya, dan hal menyeramkan lainnya. Sudah satu bulan lamanya aku mengalami kejadian seperti ini.

Sebenarnya aku merasa takut. Namun, aku mencoba untuk membiasakan diri dengan hal-hal seperti itu. Aku hanya berharap semoga mereka tidak menampakkan diri di depanku.

Pagi ini, seperti biasa aku pergi sekolah bersama sahabatku, Thomas.

"Pagi," sapaku saat melihat Thomas berdiri di lobi apartemenku

Bukannya membalas sapaanku, tatapan Thomas justru terpaku ke belakangku. Aku yang penasaran pun ikut menoleh dan tidak ada apa-apa, lantas apa yang sedang Thomas perhatikan?

"Hey ... apa yang kau lihat?" Aku pun bertanya pada Thomas.

"Huh? Bukan apa-apa, sudah siap, ‘kan? Sebaiknya kita berangkat sekarang."

Mendengar jawabannya, aku merasa Thomas sedang menutupi sesuatu, ingin bertanya lebih lanjut tapi sudah waktunya berangkat ke sekolah. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya nanti saat di sekolah.


***


"Thom, tadi pagi kamu ngeliatin apa di lobi?" Thomas yang mendengar pertanyaanku pun memasang raut wajah terkejut meski tidak lama.

"Huh? Memangnya aku terlihat sedang memperhatikan sesuatu, ya? Hehe." Bukannya menjawab pertanyaanku dia justru balik bertanya membuat rasa curigaku semakin menjadi.

Melihat raut mukaku yang masam Thomas pun berkata, "tidak ada apa-apa, sebaiknya kita sekarang ke kantin, ayo!" Tanpa persetujuanku Thomas langsung menarik tanganku menuju kantin.


***


Kringg ... kring ... kring ....

Bel sekolah berbunyi sebanyak tiga kali menandakan bahwa jam pelajaran telah selesai.

"Ra, kamu pulang sendiri gapapa? Bunda minta jemput soalnya."

"Iya gapapa, sana cepet pergi, kasian bunda nunggu lama."

"Oke."

Setelahnya, Thomas langsung pulang sementara aku memutuskan untuk merapikan catatan pelajaran tadi. 30 menit kemudian perkerjaanku selesai.

"Hufftt lelahnya ...." Aku pun segera mengambil tas dan bersiap untuk pulang. Namun, saat melewati pintu kelas sebuah suara menyebut namaku.

"Ralia ...," lirihan itu mengingatkanku pada suara yang sering aku dengar di kamar.

Aku mencoba mengabaikan suara itu dan tetap berjalan.

"Ralia ...."

Suara itu lagi.

Langkahku otomatis berhenti saat mendengar suara itu yang kedua kalinya. Aku pun mencoba menoleh ke belakang perlahan-lahan dan ….



"Tidak ada apa-apa," ucapku

"Mungkin suara tadi hanya halusinasiku saja."

Aku pun memutuskan untuk mengabaikan hal itu, tepat saat aku berbalik ke arah gerbang, angin kencang muncul dari arah belakangku.

"Ralia …," bisik suara itu.

Aku pun memejamkan mata, menarik nafas dan ....

"Lariiii."

Aku berlari sekencang mungkin tanpa menoleh ke belakang. Takut akan melihat hal-hal yang aneh saat menoleh.


***


Sesampainya aku di kamar, aku langsung merebahkan diri di kasur sambil memejamkan mata menenangkan diri.

Tring!

Bunyi hp menandakan ada pesan masuk. Ternyata isinya ajakan Thomas untuk makan malam, aku pun mengiakan dan segera bersiap-siap. Baru saja memasuki kamar mandi, showerku tiba-tiba hidup sendiri. Aku mencoba bersikap biasa karena memang hal ini sering aku alami.

Srett!

Bunyi hordeng kamar mandi yang bergeser langsung membuatku merinding dan segera menyelesaikan ritual mandiku.

"Tumben si Thomas belum sampai padahal sudah 20 menitan." tanyaku pada diri sendiri

"Sebaiknya aku tunggu di lobi saja."

Saat membuka pintu kamar sosok pria yang aku lihat di sekolah kembali menampakkan diri.

Ingin berteriak tapi entah kenapa mulutku tidak bisa terbuka. Mataku hanya terpaku melihat wajah yang sebenarnya tampan tanpa luka dan mata hitam itu.

"Kenapa tadi berlari?" Suara lirihnya menyadarkanku, sontak aku pun langsung berjalan mundur menghindari lelaki itu.

"Kenapa menghindar, Ralia?" Suaranya familiar dengan yang sering aku dengar di kamar ini dan di sekolah tadi.

"Kamu?"

"Ya, aku yang sering menganggumu. Terkejut?"

Jawabannya sontak membuatku menggeleng tidak percaya. Ini … ini pertama kalinya dia menampakkan diri dan ini pertama kalinya aku melihat makhluk halus, astaga! Rasa-rasanya aku ingin pingsan saja.
"Kenapa? Kenapa kamu mengangguku?"

"Haha." Tak ada jawaban, hanya terdengar tawa kecil darinya. Jujur, tawa itu tidak terdengar lucu justru sangat menyeramkan.

Aku pun berjalan mundur menuju pojok kamar sambil menatap takut sosok itu.

"Kau tau? Aku sebenarnya tidak ada urusan denganmu. Urusanku hanya dengan lelaki yang selalu bersamamu."

"Lelaki yang selalu bersamaku? Thomas?" Batinku bertanya ada hubungan apa pria ini dengan Thomas.

"Ada hubungan apa kau dengan Thomas?" Mataku menatap tajam pria itu sambil berdoa semoga Thomas segera datang.

"Tunggu temanmu datang baru aku akan menjelaskannnya."

"Tapi--" ucapanku terpotong saat melihat Thomas membuka pintu kamarku dengan raut wajah khawatir.

"Kau? Kenapa tidak menjawab panggilanku! Kau--" ucapan Thomas berhenti saat dia melihat pria itu.

"Sean?"

"Kau mengenalnya?" tanyaku pada Thomas.

Thomas tidak menjawab pertanyaanku, fokusnya terpaku pada pria yang bernama Sean itu.

"Sean, a--aku minta maaf. Sungguh aku tidak bermaksud meninggalkanmu malam itu." Aku pun terkejut mendengarkan ucapan Thomas.

"Apa kau pikir dengan maafmu itu aku bisa hidup kembali?"

"Aku tahu, aku salah. Aku mohon maafkan aku."

Aku hanya diam saja di pojok kamar karena tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

"Tidak semudah itu, kalau kau memang mau kumaafkan kau harus mati."

"Thomas!" Aku berteriak sambil menggelengkan kepala. Thomas hanya melirik ke arahku dan berucap.

"Maaf."

Setelah itu Thomas langsung berlari ke arah balkon dan melompat terjun ke bawah dari kamarku yang berada di lantai sembilan.

"Thomasss!" Aku pun berteriak histeris melihat itu.

"Kau! Kenapa kau berkata seperti itu hah!" ucapku pada Sean sambil menangis histeris.

"Temanmu itu, dia yang telah menyebabkan aku mati. Seandainya dia tidak meninggalkan aku sendirian dengan sengaja di club itu aku mungkin tidak akan diperkosa dan dibunuh oleh para lelaki bajingan itu. Padahal dia tahu apa konsekuensi kalau dia meninggalkanku sendirian di sana. Aku rasa sudah cukup aku di sini toh temanmu itu sudah mati. Jadi, sebaiknya aku pergi dan aku minta maaf karena telah menganggumu." Bersamaan dengan itu, presensi Sean perlahan menghilang.

Sementara aku hanya menangis dan menangis menyesal karena tidak sempat menyelamatkan Thomas.

Maafkan aku, Thomas.


-tamat-


Palembang, 18 Januari 2020

Lalalucam_

Creepy First Experience [✔]Where stories live. Discover now