Misteri Ruangan Musik (@irnaerlinda)

271 15 0
                                    

CAST:

1. Kim Jennie as Syafira
2. Min Yoongi as Rafael

Perkenalkan namaku Syafira

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perkenalkan namaku Syafira. Aku masih duduk di bangku 2 SMA. Gadis pendiam dan pemalu itulah aku. Dan aku mempunyai sahabat yaitu Raina, dia adalah sosok sahabatku sesungguhnya.

Tringgg … Tring .…

Suara bel sekolahku berbunyi dengan keras. Aku segera berlari menuju gerbang sekolah, yaa hari ini aku kesiangan, huh … untunglah hari ini pas sekali masuknya. Sesampai di kelas, teman-temanku sedang berkerumun di meja guru, aku pun menaruh tasku dan segera menuju ke meja guru. Ternyata sedang pemberitahuan ulangan kemarin … Alhamdullilah nilaiku 100.

Keramaian kelas saat itu mendadak hening, karena guru bahasa Indonesia masuk. Semua murid pun segera menuju tempatnya masing-masing. Selama perjalanan berlangsung aku sangat memperhatikan baik-baik.

Beberapa jam kemudian bel istirahat berbunyi. Aku segera ke mejanya Raina untuk mengajaknya pergi ke kantin, tetapi dia malah menolak ajakanku. Dia malah meminta aku untuk melihat ruangan seni musik yang sudah tak terpakai di belakang kantin. Akhirnya aku setuju, karena aku juga penasaran dengan ruangan itu. Tidak ada satu pun orang yang melewati ruangan itu. Aku dan Raina segera pergi ke ruang musik itu … tanpa keraguan aku membuka pintu ruangan itu. Saat kubuka betapa terkejutnya aku dan Raina, yang ternyata isi dari ruangan musik itu hanyalah beberapa peralatan musik, tidak ada yang aneh dari ruangan seni musik itu.

"Fir, aku ke kelas bentar yah, aku lupa kalau aku bawa bekal jadi aku harus makan bekalnya, kalu tidak ibuku bisa marah," ucap Raina.

"Ya sudah, aku ingin masuk ke ruangan ini untuk tahu lebih jelasnya," jawabku

"Ya udah, hati hati, Fir, nanti ada hantu lagi hehe," canda Raina.

"Mana mungkinlah inikan masih siang … ya walaupun di sini sepi banget," jawabku.

Raina segera pergi … dan sekarang hanya ada aku. Dengan rasa penasaran aku memberanikan diri untuk masuk ke ruangan ini. Aku segera mencari sakelar lampu, tetapi tidak kutemui. Yang kutemui malahan sebuah lukisan yang tertutupi kain putih dan piano yang sudah berdebu. Saat aku mencoba membuka lukisan itu tiba-tiba pintunya tertutup sendiri. Aku pun langsung berlari ke arah pintu itu dan mencoba membuka pintunya, anehnya pintunya terkunci padahal tidak ada siapa-siapa dari tadi di depan pintu.

Kejadian itu membuatku merinding, tetapi aku tidak boleh berpasrah. Aku harus mencari jalan keluarnya, dan sebelumnya aku harus membuka lukisan itu. Saat aku buka lukisan itu bertapa terkejutnya aku melihat lukisan itu bertulisan

"Tidak ada satupun orang yang mendengarkan aku bermain piano"

Yang di tulis memakai cat berwarna merah darah. Tulisan itu mebuatku ketakutan. Saat aku mencoba untuk menutupnya kembali tiba-tiba piano bermain sendiri, kali ini aku meringis ketakutan, dan berteriak, "Siapapun tolong aku."

Seketika sesosok laki-laki muncul di hadapanku dan berkata, "Giliran kamu sekarang!" ucapnya.

"Kau siapa? Kenapa kau ada di sini?" tanyaku.

"Aku Rafael, aku di sini karena aku suka. Kau sendiri kenapa di sini? Dan kenapa kau tidak takut sendirian?"

"Aku di sini hanya melihat dan penasaran saja, dan lumayan kaget juga suara piano tiba-tiba bunyi, sedangkan di sini kan tidak ada orang ."

"Tenang saja aku takan menyakitimu, kok."

"Maksudmu?"

"Tidak. Kau mau mendengarkan pianoku?"

"Tentu, boleh kok."

Rafael mulai memainkan pianonya, nada yang sangat lembut sampai Syafira hanyut dalam alunan piano yang dimainkan Rafael, sampai tidak sadar bahwa alunan piano sudah berhenti.

"Huwaa, kau hebat dalam bermain piano, wah keren, keren aku saja hanyut dalam alunan pianomu."

"Kau orang pertama yang memujiku dan orang pertama mendengarkan pianoku. Terima kasih, Syafira."

"Hehe, iya sama-sama."

"Syafira, boleh aku bercerita?"

"Tentu boleh."

"Sebenarnya aku ini adalah siswa yang bunuh diri disini. Kau jangan takut, tapi terima kasih, Syafira, kau adalah orang yang sangat baik. Sekali lagi terima kasih."

Syafira mencoba tetap tetap tenang, agar Rafael ga tergangu oleh ketakutan Syafira.

"T-tapi kenapa kau bunuh diri disini? Apakah kau tidak sayang dengan orang tuamu?"

"Hmm, ke satu orang tuaku sudah berpisah. Aku tinggal bersama ibuku, dan ibuku sedang dirawat di rumah sakit karena sakit keras, dan untuk ke dua aku tidak mempunyai satupun teman, Fir, aku putus asa tidak ada yang menyemangatiku, bahkan mendengarkanku." Rafael menangis, Syafira melihatnya pun merasa bersalah karena telah membuatnya menangis.

"El, maaf sudah membuatmu menangis."

"Tidak apa, Fir, terima kasih sudah mendengarkan ceritaku, Fir."

"Iya sama-sama, El. Tenang disana, El."

"Baik terima kasih, Fir, selamat tinggal." Lalu perlahan El menghilang.

Saat itu aku langsung tidak sadarkan diri.

"Fira, apakah kamu sudah sadar?" ucap seseorang yang ternyata Raina.

"Raina, aku ada dimana?" ucapku dengan lemas.

"Kamu sedang di UKS, tadi aku dan teman teman yang lainnya melihat kamu tergeletak di ruangan seni musik itu, kamu udah baikan sekarang?" tanya Raina.

"Sudah mendingan kok. Raina, ada yang aneh dari ruangan itu," ucapku.

Aku pun menceritakan semua yang terjadi padaku tadi kepada Raina. Dia sangat terkejut mendengar ceritaku tadi, katanya saat aku berada di ruangan seni musik, salah satu kakak kelas mencariku dan ia bertanya kepada Raina. Setelah Raina menjawab kalau aku sedang di ruangan seni musik yang tak terpakai, ia sangat kaget dan menceritakan sejarah ruangan musik yang tak terpakai itu.

Katanya dulu ada seorang murid yang di bully dan tidak tahan sehingga dia putus asa, dan bunuh diri. Sampai sekarang arwah murid itu masih ada ruangan musik itu, mitosnya yang berani memasuki ruangan itu sendirian akan di ganggu, makannya ruangan musik itu ditutup.

"Tapi setelah aku langsung bicara pada orangnya, dia bilang dia tidak mempunyai dukungan dari siapapun bahkan orang tuanya sudah pisah, maka dari itu mungkin dia sudah lelah dengan dunia ini, yang terpenting Rafael sudah tenang disana."

"Sudah kalian masuk ke kelas ya, buat Syafira cepat sembuh ya."

"Iya, Kak."

Setelah mendengar ucapan kakak kelas itu Raina mengajak beberapa teman dan juga guru untuk menemui Raina, dan membawaku ke kelas.

Dari kejadian itu aku hanya bisa belajar kalau putus asa bukan satu satunya jalan kita menghadapi masalah, tetapi hadapilah bukan menghidarinya, dan kejadian itu juga pertama kali melihat hal-hal yang tidak masuk diakal.

15 januari 2020

@⁨Acee⁩ @⁨Mommy Liseh⁩ @⁨Mei⁩
irnaerlinda

Creepy First Experience [✔]Where stories live. Discover now