Misteri Batu Segitiga (@miumiusoo)

197 8 0
                                    

CAST:

1. Suzy as Tifani.
2. Krystal as Ratna.
3. Minho as Roby.

Di pagi hari yang cerah, sekumpulan siswa SMA 1 Jonggat yang tergabung dalam ekskul sekolah pecinta alam alias PA, sudah siap berkumpul untuk menjalankan salah satu program kerjanya yaitu tadabur alam yang mewajibkan anggota untuk mengikuti agenda...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di pagi hari yang cerah, sekumpulan siswa SMA 1 Jonggat yang tergabung dalam ekskul sekolah pecinta alam alias PA, sudah siap berkumpul untuk menjalankan salah satu program kerjanya yaitu tadabur alam yang mewajibkan anggota untuk mengikuti agenda ini.

Dalam tadabur alam kali ini, sang pengurus sepakat untuk melakukan di Benang Stokel. Dengan alasan tempat ini adalah bukit yang hijau, menjadi sumber air di Lombok yang masih segar, pastinya akan membuat para peserta semakin mengagumi ciptaan Sang Ilahi.

Setelah sekiranya sudah siap dan anggota sudah berkumpul semua, mereka melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Barang-barang perlengkapan dibawa menggunakan mobil yang sudah disewa panitia.

Lima jam perjalanan dari start yaitu sekolah, mereka akhirnya sampai dan siap mendirikan camp-camp mereka sesuai anggota kelompok yang sudah dibagikan.

Setelah camp-camp mereka sudah berdiri, waktu salat zuhur pun tiba. Peserta khususnya muslim siap untuk melakukan kewajibannya siang ini.

Dengan kondisi Benang Stokel yang dingin, mereka bersiap-siap untuk mencari kayu kering untuk antisipasi nanti malam ketika mereka kedinginan. Mereka akan membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka.

Sampai akhirnya di sore hari menjelang magrib, peserta hindu siap-siap untuk melakukan ritual ibadah di sebuah batu besar yang tidak terlalu jauh dari tenda.

Sementara itu kaum wanita bersiap-siap memasak makan malam.

Sebelum mereka berangkat, pihak guru sudah menasihati para peserta saat berada di Benang Stokel untuk tidak sembarangan membakar atau membuat api unggun, sebagai antisipasi agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Di tengah kegiatanmemasaknya, Tifani sudah kebelet.

"Ratna, aku izin bentar ya? Mau buang air kecil, udah gak tahan."

"Ya udah sana cepet. Bisa sendiri, kan?"

"Ya ya bisa."

Kegiatan memasak terus berlanjut sampai acara memasak akan berakhir, Tifani baru terlihat batang hidungnya.

"Aku kira kamu hanyut tadi Fan. Kamu pipis batu? Kok lama amat?" Suara Ratna agak kesal.

Tifani yang ditanya hanya diam dan sejak dia kembali dari kegiatan buang air kecilnya, Tifani seperti berbeda. Tidak seperti biasanya yang cerewet dan petakilan. Tifani hanya diam seperti orang bodoh. Bahkan, pandangannya yang tidak fokus seperti memikirkan sesuatu.

Sampai malam pun datang, Tifani tidur dengan gelisah. Bolak-balik kanan kiri, membuat Ratna yang satu tenda dengannya juga terusik.

"Fan, kamu kenapa? Bisa diam gak sih ih."

Yang ditanya hanya diam dan tiba-tiba bangkit dari tidurnya lalu melangkah pergi dari tenda menuju sebuah tempat sepi. Ratna yang melihat itu langsung mengikuti dari belakang.

"Fan Fani, kam mau ke mana? Ini udah malam tau!" panggil Ratna sambil berusaha menyamai langkah Tifani yang terburu-buru.

Setelah agak dekat, Ratna menarik lengan Tifani. "Kamu kenapa?"

Tifani menoleh ke arah Ratna dengan wajah yang menakutkan, tatapan yang intens, bibir yang setengah terkatup. "Gue mau ketemu temen-temen."

"Temen-temen yang mana? Temen-temen udah pada tidur, kamu mau cari ke mana?"

"Itu, temen-temenku lagi pada main."

Ratna yang menyadari suatu hal aneh langsung  bertanya. "Nama kamu siapa?"

Tifani tidak menjawab dan langsung pergi meninggalkan Ratna.

Ratna yang tidak menyerah terus mengikuti ke mana temannya melangkah.

Di tengah perjalanan Tifani terus mengobrol sendiri, sampai di suatu tempat air mengalir yang di depannya terdapat batu unik berbentuk segi tiga. Berbanding terbalik dengan keunikan batu tersebut, suasana yang tercipta malah menakutkan.

Ratna sudah mulai merinding, karena sadar ia melangkah sudah sangat jauh dari tenda mereka. Gelap. Ditambah tiupan angin dari pohon-pohon itu membuat suhu semakin dingin dan bulu tengkuknya merasa terangkat merinding.

Ratna melirik kanan-kiri, memeluk dirinya sendiri dengan memegang lengan dengan tangannya sambil sesekali memegang tengkuknya.

"Fan Fani, balik yuk! Teman-teman pasti nyariin kita."

"Kamu balik aja sendiri, aku mau di sini!" Suara Tifani meninggi.

Ratna yang menyadari kedatangan seseorang mulai mundur dan terus mundur. Dia mau membaca ayat kursi, tapi malah lidahnya gak bisa sampai pada akhir ayat, saking takutnya ia lupa.

Di balik batu itu terlihat sosok wanita cantik yang tidak ia kenal. Ratna berusaha berlari lebih cepat ke arah tenda. 

Sampai di camp, Ratna disambut teman-temannya yang sudah mencarinya ke mana-mana.

"Ratna, kamu habis dari mana? Kok lari pagi-pagi buta gini?" tanya Ketupel acara.

"Minum, cepat ambilkan minum!" Itu suara si ketua PA Robi.

Setelah Ratna minum, dan dirinya agak tenang. Kemudian Riska mulai mengintrogasi Ratna.

"Rat, lo habis dari mana? Dan Tifani ke mana?"

"Tadi jam dua gue keluar bareng Fani."

"Apa?!"

"Gue ngelihat ada yang aneh sama Tifani, jadi gue ikutin dia, takut dia hilang. Sampai dia berhenti di batu segitiga, sumber air yang di atas. Pokoknya, sejak Tifani izin pipis kemarin sore, sejak itu juga dia kayak gak fokus dan sampai malam tadi dia gak bisa tidur, dan malah pergi ke sumber air itu."

"Terus sekarang dia ke mana?" tanya Riska.

"Dia masih di sana, gue tinggal pergi. Masalahnya itu kayak bukan Fani. Pas gue tanya namanya aja dia gak jawab."

"Maksud lo, dia kemasukan jin?"

"Ho'oh. Udah ah, besok pagi kita pulang aja, gak mau di sini lagi gue. Gue takut. Gue lari tadi ke sini gara-gara gue liat cewek berambut pendek dengan pakaian adat."

"Masalahnya sekarang adalah Tifani, kita harus jemput anak itu. Seharusnya tadi kamu kalau mau keluar, lapor sama salah satu dari kita, jangan pergi sendiri dan harus ditemani cowok," saran Robi.

"Nah itu Tifani!" kata Riska.

"Fani, tadi kamu kenapa kok ke atas?" tanya Ratna.

"Entah, tapi kayak ada yang narik aku ke sana."

"Mbaknya rambut pendek kan? Pakai pakaian adat?" Ratna kembali bertanya. Sekedar memastikan.

Sebelum dijawab, Ratna malah teriak sendiri.

Mereka langsung berusaha memegang Ratna, sambil dibacakan ayat-ayat rukyah. Jarak beberapa waktu, Tifani juga ikut mengalami kesurupan.

Sampai akhirnya selesai solat subuh mereka sepakat pulang menyudahi kegiatan mereka.




Malang, 18 Januari 2020
miumiusoo

Creepy First Experience [✔]Where stories live. Discover now