TUJUH BELAS

11.2K 1.2K 64
                                    

Bagian ini agak sedih :-( Tetapi kesedihan adalah bagian dari kehidupan, jadi kita harus menghadapinya juga.

Anyway, kalau kamu ingin mendukungku untuk terus menulis cerita di sini, tapi nggak ingin membeli bukuku, ada cara lain yang bisa kamu lakukan. Kamu bisa men-share link/tautan cerita ini atau cerita lain di media sosial. Bisa juga kamu men-share quote/kutipan yang kamu sukai dengan menyebut judul cerita. Kalau kamu men-tag aku, semua media sosialku bernama (at)ikavihara, aku akan men-share unggahanmu. Dengan begitu orang lain akan tahu aku menulis cerita dan itu sudah cukup membantuku.

Jangan lupa tinggalkan komentar untukku. Walaupun aku balasnya bercanda, itu bukan berarti aku nggak menganggap kamu serius. Tapi memang begitulah caraku :-)

Kiss and love ;*

***

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang siap kehilangan ibu. Berapa pun usia seorang anak, mereka tetap memerlukan kehadiran ibu dalam hidupnya. Mendengar umur ibunya tidak panjang lagi, Elmar ingin mati saja. Tidak akan ada hari yang lebih buruk daripada hari di mana kita mendengar kabar bahwa orang yang sangat kita cintai tidak memiliki kesempatan hidup lebih lama lagi. Beberapa waktu yang lalu ibunya mengeluhkan sakit di area sekitar tulang rusuk. Karena ibunya selalu percaya bawah seorang ibu haruslah sehat jika ingin terus bisa mendampingi anak-anak mereka, tanpa menunda-nunda ibunya pergi ke rumah sakit dan menjalani semua pemeriksaan yang diperlukan. Sayang hasilnya jauh lebih buruk dari yang mereka perkirakan.

Ada tumor sebesar bola bisbol pada salah satu paru-paru ibunya. Dokter Edwin, kepala divisi hematologi/onkologi, dokter terbaik di negara ini, sekaligus paman Alesha, menyampaikan semua kenyataan tanpa dibumbui kalimat-kalimat yang membuai. Paru-paru kiri ibunya tidak akan diangkat, karena tidak banyak membantu. Selain terdapat tumor, kanker juga telah menyebar hingga ke liver, tulang, dan kelenjar getah bening.

Berkali-kali Elmar berharap ini semua hanya mimpi buruk. Yang akan berakhir saat dia terbangun. Kejadian seperti ini tidak mungkin menimpa keluarganya. Seharusnya ini adalah bagian dari adegan film, yang sengaja diciptakan untuk menguras air mata penikmatnya. Atau kalau sampai dijumpai di dunia nyata, semestinya terjadi pada orang lain. Bukan pada keluarga Elmar. Bukan pada orang-orang yang dicintai Elmar. Apa kesalahan yang diperbuat ibunya? Ibunya selalu berbuat baik dan tidak zalim kepada sesama makhluk. Kenapa Tuhan harus menghukumnya semua dengan menurunkan penyakit mematikan ke tubuh ibunya?

Elmar memeluk Kaisla yang tertidur di pangkuannya. Seharusnya dia segera membawa Kaisla ke kamar dan membaringkannya. Tetapi saat ini Elmar sedang memerlukan pegangan. Tempat bersandar. Seseorang yang bisa memberinya rasa aman dan tenang. Ibunya tidak akan lagi bisa memberikan kenikmatan itu pada masa setiap sulit yang dihadapi Elmar, sebab ibunya sendiri tengah memerlukan banyak dukungan.

Ingatan Elmar bergerak menuju masa kecilnya. Selalu ada obat untuk lutut yang terluka maupun hati yang kecewa. Bukan berupa ramuan, melainkan sentuhan tangan seorang ibu. Karena kasih sayang ibu, lutut yang tergores karena jatuh dari sepeda tidak lagi terasa sakit. Rasa takut pada hari pertama sekolah hilang ketika ibu tersenyum meyakinkan kita. Air mata tidak akan lama menggenang. Semua akan baik-baik saja selama ibu bersama kita.

Sepasang tangan ibu menjanjikan rasa aman dan pelipur lara untuk setiap masalah yang dihadapi anaknya. Untuk semua luka yang diderita anaknya. Bertahun-tahun kemudian, lengan yang sama kembali mengobati ketika sang anak mengalami patah hati untuk pertama kali. Menyediakan kekuatan ketika sang anak bersedih hati lantaran tidak diterima di universitas yang sama dengan teman karibnya. Semua akan baik-baik saja selama ada ibu di belakang kita.

Kesaktian seorang ibu tidak hilang seiring bertambahnya usia. Memang tangan ibu semakin lemah dan keriput. Tetapi kehangatan dan kehebatannya sama sekali tidak berkurang. Ketika tidak bisa lagi menahan rasa takut—karena tidak tahu apakah Kaisla akan lahir dalam keadaan hidup atau mati—Elmar berlari ke pelukan ibunya. Ibunya terus meniupkan asa ke dalam dirinya. Semua akan baik-baik saja jika ibu mengatakan demikian.

A Wedding Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang