LIMA BELAS

11.8K 1.2K 72
                                    

Terima kasih ya untuk kamu yang sudah meninggalkan komentar untukku. Saya suka balasin satu per satu dan bahagia kalau nama yang sama muncul dalam setiap bab. Rasanya seperti kita adalah teman yang bertemu seminggu sekali :-) Aku sangat menghargai itu.

Alwin dan Edna mulai banyak muncul dan dibicarakan. Jangan lupa baca cerita mereka, cek pekerjaanku The Game of Love.

***

Bagaimana jika nanti—ketika Elmar sudah siap menikah lagi—Elmar betul-betul jatuh cinta pada Alesha dan semua keluarga Alesha terlanjur tidak menyukainya? Bagaimana kalau mereka tidak bersedia memberi Elmar kesempatan kedua? Di mata mereka, Elmar tentu dipandang telah menyia-nyiakan kesempatan pertama. Rencana gila Alesha ini tidak akan memberikan keuntungan apa-apa bagi mereka.

"Nanti kita bicara lagi." Alesha menarik Elmar menuju ruang keluarga.

Di sana, Mara dan Kaisla masing-masing duduk di paha Mainio Hakkinen, ayah Alesha, yang sedang membacakan cerita. Kalau melihat buku tua di tangannya, sepertinya yang dibaca adalah dongeng-dongeng dari Finlandia, negara asalnya. Meskipun tidak bicara dengan Alesha selama lima tahun, Elmar tetap menjalin hubungan baik dengan Mainio dan istrinya. Untung saja, karena Mainiolah yang menyarankan Elmar untuk menawarkan jasa kepada Alwin—mengerjakan mebel rumah Alwin—ketika Alwin menikah dan tinggal di Indonesia.

Ibu Alesha muncul dari ruang makan membawa senampan kudapan.

Elmar melepaskan lengannya dari tubuh Alesha untuk mencium tangan dan kedua pipi ibunda Alesha. "Mama apa kabar? Isla, salam dulu sama Mumma."

"Baik, Elmar, kami semua baik. Isla sudah salim sama Mumma tadi. Bagaimana hasil cek kesehatan ayah dan ibumu? Tidak ada masalah, kan? Ibumu sering bilang sakit di dada." Emilia meletakkan nampan di meja kopi rendah di depan kursi yang diduduki Alwin.

"Papa sehat. Kalau Mama, hari Senin nanti kita baru tahu hasilnya. Mama harus menjalani pemeriksaan lanjutan karena dokter belum menemukan penyebab sakitnya." Elmar duduk di salah satu sofa dan Alesha menyusul di sebelahnya. "Saya temani Mama ke rumah sakit hari Senin nanti. Supaya ada alasan buat mengawasi Alesha. Khawatir, banyak dokter lajang dan tampan di sana."

"Hei, aku ini setia," protes Alesha. "Kalau aku tertarik sama dokter, aku nggak akan nungguin kamu sampai sekarang."

Sekali lagi Elmar ingin melupakan bahwa semua ini hanya pura-pura. Siapa yang tidak bangga kalau ada wanita luar biasa seperti Alesha bersedia menunggunya? Selama lima belas tahun. Bangga? Yang benar saja, Elmar? Laki-laki baik tidak akan membuat seorang wanita menunggu. Seharusnya Elmar malu karena tidak bisa memberikan apa yang seharusnya dimiliki Alesha. She deserves more, so much more, than only waiting for him. She deserves to be loved. Seperti yang dikatakan ayahnya tadi siang.

***

Menjadi orangtua tunggal tidak gampang. Hanya orang-orang pilihan yang bisa menjalankan peran tersebut dengan baik. Berkeliling dunia dengan dana terbatas jauh lebih mudah daripada harus membesarkan seorang anak sendirian. Alesha berpikir sambil memperhatikan Elmar dan Kaisla. Tidak semua orangtua tunggal memiliki kelonggaran seperti Elmar. Dibantu ibunya dan ada pengasuh untuk Kaisla. Di luar sana banyak orangtua tunggal yang harus mengurus anak mereka dengan gaji pas-pasan dan tanpa bantuan keluarga dekat. Meskipun demikian, hidup Elmar tetap tidak bisa dikatakan mudah. Setiap hari Elmar mengkhawatirkan anaknya yang tidak kunjung bicara, juga membagi waktu antara perusahaan—di mana banyak orang menaruh harapan pada kemampuan Elmar menjalankan usaha—dan Kaisla. Sekarang ditambah harus menolong Alesha lepas sementara dari perjodohan.

Dengan sabar Elmar memotong kecil-kecil ayam goreng di piring Kaisla. Kemudian Elmar memindahkan kulit ayam dari piring Kaisla ke piringnya sendiri. Sewaktu menginap di rumah Alesha, Alesha mengetahui Kaisla tidak suka kulit ayam.

A Wedding Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang