Aku memejamkan mata, mencoba untuk tidur karena meskipun badanku sudah lelah banget jadi susah untuk tidur karena efek kafein semalam. Aku cuma guling-guling frustasi karena butuh tidur tapi nggak bisa-bisa. Akhirnya aku bisa tidur setelah hampir 1 jam mencoba merilekskan tubuh.

Jam 1 siang handphoneku berdering. Arsyaka menelpon. "Halo, kamu di mana?"

Mataku sedikit mengeriyip masih belum terbuka seutuhnya. Nyawaku rasanya juga belum terkumpul seluruhnya.

"Hmmm?"

"Kamu udah di sini belum sih?" Aku menatap layar handphone untuk mencari angka jam. Astaga!

"Aduuuuh, Arsyaka maafiiiin aku ketiduraaaan. Semalem ngerjain laporan trus nggak kebangun alarm." Aku tersentak langsung duduk. Agak panik karena terlambat bangun. Pasti alarmku tadi udah nggak mempan bangunin.

"Oohhh, ya udah nggak apa-apa. Ini festival udah mulai tapi aku perform jam 3 kok. Kamu masih mau ke sini?"

"Iyaaa." Masa udah dibantuin lembur nggak tidur aku nggak jadi berangkat. Rugi dong, kangennya belum kebayar. "Bentar ya bentar siap siap nih langsung berangkat."

Aku melempar handphone begitu saja ke kasur sebelum aku buru-buru masuk kamar mandi. Kayaknya tadi Arsyaka berpesan untuk nggak lupa makan tapi aku merasa nggak ada waktu untuk itu.

Jam setengah 3 aku baru sampai venue acara. Sebuah lapangan luas dengan panggung megah berdiri di antara lautan manusia. Agak bingung lagi karena ini udah rame banget. Memang sih di festival ini nggak hanya satu artis saja yang tampil, makanya lebih banyak lagi fans yang menonton. Jumlahnya berlipat ganda dari konser yang kemarin itu. 

Aku cari-carian lagi sama Mbak Resya yang disuruh Arsyaka untuk menyusulku. Tapi karena rame banget dan susah menentukan titik bertemu jadi agak lama jumpanya.

"Langsung ke belakang panggung aja ya, kayaknya udah pada di sana." Aku mengiyakan ajakan Mbak Resya. Sedikit berlari untuk sampai sana karena dikejar waktu juga. Dan mungkin karena efek belum makan juga aku jadi merasa agak limbung. Kulihat Arsyaka dkk dari jauh. Dia sudah siap menggendong gitarnya. Dia melihatku dan melambaikan tangan. Tinggal kira-kira 3 meter lagi jaraknya.



"Ayaka..." Aku cuma sempat berkata itu sebelum mendekat lagi. Meski aku nggak tahu apa aku sampai jalan ke dia atau enggak karena pandanganku menggelap.

Saat sadar aku sadang di bawah tenda medis.  Aku tahu itu karena di sekelilingku juga ada beberapa orang yang pingsan karena mungkin kepanasan. Mbak Resya masih di sini, duduk di sampingku dan sibuk dengan handphone-nya.

"Mbak.."

"Oh?" Ia menghembuskan napas lega. "Syukurlah udah sadar." Ia menyodorkan teh manis untukku minum. Aku mendudukkan diri sebelum menerima gelas berisi cairan hangat itu. . Tanganku gemetar sehingga gelas itu masih dipeganginya.

"Lo belum makan ya?" tanyanya lagi. Dan itu membuatku mengingat kapan terakhir kali aku makan.

Karena aku menggeleng pelan, ia kemudian mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Aku masih pusing ingin tiduran dulu tapi dicegah sama Mbak Resya.

"Makan dulu ya. Nanti tambah sakit." Seorang staff kemudian masuk ke tenda medis itu membawa sebuah lunch box. Mungkin jatah makan siang staff artis yang masih ada.

"Mau gue suapin?" Mbak Resya ini kenapa baik banget.

"Nggak usah, Mbak. Aku makan sendiri aja." Aku berusaha mengunyah dan menelan makanannya. Meski sebenarnya makanannya enak tapi karena terlalu lemas aku jadi malas. Badmood. Kenapa sih jauh-jauh ke sini malah pingsan begini? Kan jadi nggak bisa nonton festivalnya.

Dari JanuariWhere stories live. Discover now