Part 19

4.4K 541 10
                                    

Author POV

Empat hari sebelumnya adalah ulang tahun Irina, karena seisi kelas sudah mengetahui tentang Irina yang menyukai Karasuma, mereka pun merencanakan untuk membuat hubungan mereka menjadi lebih romantis.

Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok, kelompok yang mengawasi Karasuma, kelompok yang menahan Irina, dan kelompok yang membeli hadiah untuk ulang tahun Irina. Haruka termasuk di dalam kelompok yang membeli hadiah bersama Kanzaki, Kayano, Nagisa, Karma, dan Sugino.

"Tapi sepertinya susah juga mencari hadiah yang cocok untuk orang sepertinya." Ucap Sugino berkomentar.

"Iya." Ucap Kayano menyetujui.

"Patungan dari kelas cuma dapat lima ribu yen. Beli hadiah untuk perempuan dewasa dengan uang segini rasanya apa cukup?" Ucap Nagisa.

"Hei, kalian! Tadi aku dengar kalian ingin cari hadiah yang cocok untuk orang dewasa?" Ucap laki-laki penjual bunga yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Haruka sedikit terkejut tapi ia menyembunyikannya di balik wajah datarnya.

'Jadi sudah waktunya dia muncul. Kali ini akan berbahaya.' Batin Haruka.

"Ah, benar." Ucap Kanzaki.

"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?" Ucap laki-laki penjual bunga itu sambil memberikan setangkai bunga mawar merah pada Kanzaki.

"Oh, karangan bunga!" Ucap Kayano.

"Hadiah memang susah kalau dikategorikan dengan umur, tapi menurut kalian kenapa bunga masih saja jadi hadiah yang cocok dimana saja?" Ucap laki-laki penjual bunga itu sambil merangkai beberapa bunga mawar. Setelah itu dia menunjukkan hasilnya pada mereka. "Bukan cuma masalah hati. Warna, bentuk, aroma dan cara mereka disusun membuatnya sangat cocok dengan manusia itu sendiri." Lanjutnya sambil tersenyum.

"Memang sih pidatonya bagus banget, sayang kalkulatornya merusak suasana." Ucap Karma.

"Ya namanya juga dagang." Ucap laki-laki penjual bunga sambil tersenyum malu. "Gimana? Pertemuan kita juga pasti berkat bunga! Aku akan kasih diskon."

Mereka pun memutuskan untuk membeli sebuket bunga mawar merah yang sudah dirangkai oleh laki-laki penjual bunga itu.

Setelah itu, mereka menjalankan rencana selanjutnya untuk meminta Karasuma memberikan Irina bunga itu tanpa harus memberitahu Irina bahwa merekalah yang memintanya.

Tapi hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapnya. Setelah memberikan bunga itu Karasuma lalu mengeluarkan kata-kata yang dingin yang membuat Irina mengetahui bahwa itu rencana anak kelas E dan membuat Irina pergi dari sana dengan perasaan kesal.

Setelah hari itu, Irina tidak pernah lagi datang ke sekolah selama beberapa hari. Hal itu membuat anak kelas E khawatir.

"Sudah tiga hari, ya?" Ucap Chiba.

"Apa kita terlalu berlebihan?" Ucap Yada.

"Jika ada kabar dari Irina-sensei tolong kabari sensei. Sensei mau pergi nonton bola di Brazil." Ucap Koro-Sensei lalu pergi dengan kecepatan 20 Mach nya.

"Oh iya, waktu itu dia bilang kalau dia pengen banget nonton pertandingan hari ini." Ucap Maehara. "Benar-benar fans dadakan, padahal waktu itu katanya lebih suka baseball."

Yada kembali berusaha menghubungi Irina.

"Bitch-sensei, apa kabar ya?" Ucap Kataoka.

"Aku tidak bisa menghubunginya." Ucap Yada.

"Aku juga tidak bisa melacaknya dari GPS ataupun kamera pengintai di luar." Ucap Ritsu.

"Apa mungkin dia pergi begitu saja?" Ucap Chiba.

"Tidak mungkin. Dia masih punya hal yang belum dia selesaikan." Ucap laki-laki penjual bunga yang waktu itu mereka temui sambil berjalan memasuki kelas dengan membawa bunga.

"Benar juga, lagipula kalau ada dia seru banget." Ucap Okano.

"Iya, kalian sudah sangat terikat kuat. Aku sudah mempelajarinya betul-betul. Jadi aku memanfaatkannya." Ucap laki-laki penjual bunga itu yang saat ini sudah berdiri di depan kelas.

Semua anak kelas E begitu terkejut dengan kedatangan laki-laki itu dan sama sekali tidak terasa aura apapun darinya tadi.

Tapi Haruka yang mengetahui tentang laki-laki itu terus saja mengamatinya dari ia masuk hingga berdiri di depan kelas.

"Aku pembunuh yang dipanggil dewa kematian. Kali ini aku ingin memberi kalian pelajaran tambahan." Ucap laki-laki penjual bunga itu yang mengatakan bahwa ia adalah dewa kematian sambil tersenyum.

"Kecantikan bunga juga bisa melemahkan kewaspadaan manusia. Juga membuka hati mereka. Seperti yang aku katakan pada kalian, Nagisa-kun. Tapi alasan kenapa bunga bisa dianggap indah dan harum adalah..." Dewa kematian menggantungkan kalimatnya.

Lalu sebuah pesan diterima oleh Ritsu.

"Ritsu-san, tolong buka gambar yang kukirim padamu." Ucap dewa kematian.

Terpampanglah foto Irina yang disekap, seisi kelas begitu terkejut melihat foto itu.

"Untung memancing serangga." Ucap dewa kematian melanjutkan kalimatnya sebelumnya.

"Biar aku persingkat. Jika kalian ingin dia selamat, kalian tidak boleh membicarakan ini dengan para guru. Dan datang ke tempat yang kutunjukkan. Jika kalian tidak datang ya tidak apa-apa, kalau begitu nanti aku yang mengirim dia pada kalian. Nanti aku bagi kalian sepotong-sepotong biar adil. Dan mungkin bunga selanjutnya adalah..." Ucap dewa kematian menjeda ucapannya. "salah satu dari kalian."

Haruka dapat melihat seisi kelas memiliki raut wajah tegang, dirinya pun demikian.

"Hei, nii-chan, kami tidak punya kewajiban untuk menolong pelacur jalang itu. Terlebih lagi apa kau tidak berpikir kami bisa menghajarmu disini? Tuan penculik." Ucap Terasaka.

"Kau salah Terasaka-kun, semuanya salah. Kalian itu mencintai dia lebih dari yang kalian kira." Ucap dewa kematian. "Lalu, manusia tidak akan mungkin melawan dewa kematian."

Dewa kematian lalu menyebarkan kelompak bunga dari bunga yang tadi dibawanya.

"Jangan takut, dewa kematian hanya sedang melakukan tugasnya." Ucap dewa kematian bersamaan dengan itu ia pun menghilang.

Isogai pun mengambil peta yang ditinggalkan oleh dewa kematian.

"Datanglah ke tempat yang ada dalam peta ini pukul 18.00" Ucap Isogai membacakan catatan yang ada di belakang peta itu.

"Sama seperti yang dilakukan Takaoka dan Shiro. Mereka menggunakan kita sebagai umpan untuk menarik datangnya Koro-Sensei." Ucap Chiba.

"Sial!" Ucap Isogai yang kesal.

Terasaka pun mengeluarkan pakaian olahraga baru yang diberikan pemerintah untuk mereka beberapa hari yang lalu.

"Mau dipakai?" Ucap Terasaka menunjukkan pakaian itu.

"Pakai untuk melindungi seseorang." Ucap Nakamura.

"Aku tidak peduli dengan gelar pembunuh terbaiknya, tapi kita tidak akan membiarkan dia bertindak sesukanya!" Ucap Terasaka.

"Aku tidak ikut." Ucap Haruka yang membuat seisi kelas menatapnya dengan tidak percaya dengan yang baru saja dia katakan.

"Haruka-chan, kenapa kau berkata seperti itu? Kita harus menyelamatkan Bitch-sensei." Ucap Kayano.

"Aku tidak akan melakukannya." Ucap Haruka lalu keluar dari kelas sambil membawa tasnya.

Mereka menatap Haruka dengan tidak percaya, sosok Haruka yang selama ini hangat dan peduli dengan siapapun bahkan dengan Itona menjadi begitu dingin saat ini.

"Biarkan saja dia, kita akan tetap melakukannya!" Ucap Terasaka yang kemudian diangguki oleh mereka semua.

Karma, Nagisa, Kayano dan Itona yang dekat dengan Haruka menjadi bertanya-tanya kenapa dia seperti itu. Tapi bukan saatnya untuk itu, keselamatan Irina lebih penting saat ini menurut mereka.

To be continued

My New Life (Akabane Karma x Reader)Where stories live. Discover now