"Mare." Itu adalah intonasi yang memimta penjelasan.

Merrie menatap Ares untuk seperkian detik kemudian menatap kembarannya dengan sedikit lebih tajam dari yang ia rencanakan.

"Apa Mare? Aku mengatakan yang sebenarnya bukan? Lagi pula Mama dan Papa harus tahu apa yang kau lakukan di sekolah." Ucap Aaron.

"Mare, sekolahan bukan tempat untuk menjadi murid barbar, Sayang." Ucap Ares.

Merrie menunduk, memainkan jari-jarinya.

"Apa yang ku lakukan bukan seperti yang Papa pikirkan." Cicit Merrie.

Meggy menghela nafas, ia paling tidak tega mendengar cicitan anaknya tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa jika Ares sudah lebih dahulu angkat bicara.

"Baiklah, kalau begitu jelaskan apa yang terjadi?"

Merrie menghela nafas.

"Aku memang memukul Jean tapi itu karena Jean sangat menyebalkan. Dia tahu aku bisa bela diri dan menantangku untuk menunjukannya, awalnya aku tidak mau tapi Jean meremehkanku dan akhirnya aku memukulnya."

Apa yang Merrie ceritakan memang benar apa adanya, tidak ada niatan berbohong sedikit pun di setiap ucapannya.

"Hanya karena itu? Kenapa kau tidak menjauh saja darinya." Cetus Aaron.

"Jean selalu mengikutiku, kau tahu itu dan lagi pula dia sahabatmu." Timpal Merrie menatap kesal kembarannya.

"Cukup anak-anak, Papa tidak ingin ada pertengkaran di meja makan." Ares melerai.

Aaron dan Merrie menghela nafas. Meggy berdeham seraya mengusap pundak Ares meminta pria itu mengurangi tatapan kesal terhadap anak-anaknya.

"Jadi Mare, bagian tubuh apa yang kau pukul?" Ares memulai lagi.

"Perut." Cicit Merrie.

"Mare menendang Pa, Jean terhuyung dan jatuh dengan keras." Timpal Aaron.

"Itu pasti sakit." Sahut Meggy. Meggy merentangkan tanganya.

"Kemari Mare." Pinta Meggy.

Merrie bangkit menghampiri dan duduk di pangkuan Meggy.

"Mama yakin kau pasti memiliki alasan yang kuat sampai kau harus memukulnya tapi ingat Sayang, kau seorang gadis, kau harus menjaga sikapmu seberapa kuat pun kau ingin memukulnya kau harus bisa menahannya, mengerti Sayang?" Sebagai seorang Ibu, Meggy mencoba untuk lebih mengerti terlebih lagi ia dan Merrie sama seorang wanita.

"Aku mengerti Ma tapi Jean terlalu menyebalkan." Cicit Merrie.

Jean memang terlalu menyebalkan bagi Merrie hingga Merrie pernah berpikir untuk memukul Jean setiap ada kesempatan.

Ares mengulurkan tanganya, mengusap puncak kepala Merrie.

"Kau hanya perlu menyuarakan ketegasanmu, tidak perlu berbuat kasar."

"Tapi Jean---"

"Mare jika sekali lagi Jean menggangumu katakan saja padaku!" Tukas Aaron.

Merrie memincing.

"Kau selalu melihat Jean menggangguku tapi kau selalu diam."

Aaron tersenyum lebar.

"Itu karena ku pikir masih dibatas wajar tapi kau sepertinya yang melebih-lebihkan."

"Aku tidak melebih-lebihkan! Dia memang mengganggu, pengganggu yang luar biasa menyebalkan."

"Ayolah anak-anak hentikan kaliah sudah sembilan tahun!" Relai Ares, terkadang ia jengah sendiri melihat pertikaian kecil anak-anaknya.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now