PART 48

3.6K 206 35
                                    

Desahan memburu Meggy tiba di puncaknya begitu pun dengan Ares, ketika pelepasan menghempas gadis itu, Ares pun memacu gerakannya dan menyusul dalam pelepasan yang begitu memuaskan. Di ranjang big size itu mereka sangat bergairah, terengah, terpuaskan dan lebih penting saling mencintai. Kepuasan itu mereka alami berkali-kali sepanjang percintaan mereka yang luar biasa memabukan. Setelah bertemu dengan Samuel dan Dominic, Ares langsung mengajak Meggy kembali ke kamar tanpa peduli keberadaan Abang-abangnya saat dengan terang-terangan menunjukan niatnya, sementara Meggy merona malu dan kesal tapi tidak pelak juga ia menuruti Ares.

Dan percintaan memabukan itu di mulai ketika mereka memilih mandi bersama di bawah guyuran shower kemudian berakhir di ranjang. Meggy tidak bisa menolak gairah Ares yang meluap-luap sementara dirinya pun juga bergairah pada pria itu, satu-satunya pria yang menyentuhnya lebih, pria pertama untuk segala hal baginya. Sementara bagi Ares, Meggy adalah yang terindah dan ternikmat yang pernah ia rasakan di atas ranjang. Ares mengakui satu hal bahwa ia tidak pernah merasakan gairah yang menyakitkan, rasa terpuaskan yang menakjubkan dari seorang wanita, tidak peduli sesempurna apa wanita itu tapi pada Meggy, Ares sangat merasakannya bahkan ia selalu ingin menyentuh kekasihnya itu.

Ares masih berada di dalam Meggy ketika Meggy menarik nafas dan menghembuskanya dengan pelan, Ares tersenyum minta maaf menyadari arti tarikan nafas itu. Mage-nya kelelahan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Ares. Meggy tersenyum sembari menggangguk.

"Maafkan aku, aku tidak memberimu jeda."

Meggy tersenyum malu. Jika teringat percintaan mereka yang entah berlangsung berapa lama, Ares memang hampir tidak memberinya jeda tapi pria itu tahu batasannya dimana Meggy mulai kewalahan dan pria itu akan memperlambat gerakannya, menggoda dan menjaga Meggy agar tetap bergairah.

"Tidak masalah," Sahut Meggy hanya berupa gerakan mulut. Ia tidak mampu bersuara untuk beberapa detik ke depan.

Ares tersenyum, menunduk mengecup bibir Meggy dan menyeret bibirnya mengecup kening Meggy. Kemudian dengan hati-hati menarik diri, Ares mengerang lirih saat tubuh mereka tidak lagi menyatu sementara Meggy mendesah lirih. Ares berguling ke sisi Meggy, merengkuh Meggy ke dalam dekapan hangatnya, mengecup berkali-kali puncak kepala Meggy.

"Terima kasih." Bisik Ares. Meggy tersenyum, menyurukan wajahnya ke dada bidang Ares.

"Sama-sama." Akhirnya ia bisa mengeluarkan suaranya.

Keheningan menyapa namun ke dua insan itu tetap terjaga dalam posisi mereka. Meggy hampir terlelap dalam belaian lembut Ares di sepanjang punggungnya, jika sang pemilik belaian tidak mengeluarkan suaranya.

"Apa yang kau katakan pada Sam, Sayang?"

Meggy mendongak, menatap Ares yang tengah menunduk menatapnya.

"Tidak ada," Setahu Meggy.

Ares mengernyit samar.

"Kau yakin?"

"Ya."

Ares menghela nafas pelan. Ia cukup mengenal seorang Samuel Marcussta dan menurut Ares, Samuel adalah pria yang humoris tapi pertemuan mereka tadi tidak menunjukan demikian, justru yang Ares lihat adalah kesedihan dalam bentuk penyesalan. Apa yang membuat Samuel yang tidak pernah menunjukan ekspresi itu membawa Ares pada rasa penasaran.

"Samuel nampak murung, seperti ada sesuatu yang mempengaruhinya. Aku bisa melihat dengan jelas ekspresinya."

Meggy mengernyit. Samuel nampak murung? lalu apa masalahnya?.

"Jadi?" Meggy masih tidak mengerti. Ares mengernyit, terkekeh kemudian. Ares yakin kemurungan Abangnya berasal dari Meggy.

"Oh Sayangku bukannya aku menuduhmu tapi sebaiknya kau ingat-ingat lagi apa yang sudah kau katakan pada Sam. Sam tidak akan menunjukan kemurungannya jika tidak terpangaruh oleh kata-kata yang menjurus dan sepertinya kata-kata menjurus itu terucap dari mulut barbar mu ini." Dengan gemas Ares mencubit bibir Meggy.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang