PART 51

3.4K 238 49
                                    

Author Pov.

Ares tersenyum puas setelah memberikan Meggy hukuman yang sepadan dengan kenakalannya. Hukuman itu perlu untuk Meggy agar ia jera dan berpikir ribuan kali jika ingin kembali mempermainkan Ares. Dari senyum puas berubah menjadi senyum tulus yang lembut tertuju pada sosok cantik bak dewi yang tertidur pulas usai mendapatkan hukuman panjangnya. Dari sofa Ares memindahkan Meggy ke ruangan yang terdapat ranjang berukuran sedang, tempat Ares beristirahat jika seluruh tubuh dan pikirannya lelah. Ares meletakan Meggy dengan penuh kelembutan, ia menatap penuh apresiasi tubuh telanjang Meggy sebelum menyelimutinya, kemudian yang Ares lalukan hanya berdiri memandang pulasnya Meggy. Oh betapa bahagianya Ares dapat memiliki Meggy. Meggy benar-benar cantik dalam kondisi apa pun.

Tatapan Ares jatuh pada pundak dan leher Meggy, di sana terdapat ulah Ares, terlihat merah dan mulai membiru. Ares yakin ketika bangun Meggy akan berteriak kesal padanya tapi seperti biasa Ares tidak akan peduli karena dengan cara itu Ares menunjukan kepemilikannya atas Meggy. Licik memang tapi itulah Ares.

Tidak ingin lebih lama mengamati keindahan Meggy kemudian berkemungkinan mengusik ketenangan gadis itu, Ares memilih pergi tapi sebelum pergi ia menunduk mengecup lama kening Meggy, menarik diri sambil tersenyum penuh cinta. Ares beranjak keluar dari ruangan itu, ia menatap takjub keadaan sofa yang tidak serapi biasanya dan itu karena ulah mereka. Dengan menyunggingkan senyum puas, Ares melangkah meraih kemeja dan jasnya kemudian mengenakannya. Merapikan diri sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan kerjanya.

Tujuan Ares adalah ruangan Dastan tapi baru saja ia akan masuk ke dalam ruangan Dastan, sebuah suara menghentikannya.

"Mr. Mccdaugall baru saja keluar, ada urusan mendadak yang harus segera ia selesaikan sementara itu jika ada keperluan menyangkut Mr. Mccdaugall, anda bisa mengandalkan saya."

Ares tidak perlu menebak siapa pemilik suara lembut dan terdengar sedih itu. Ares berbalik, mengangguk sekilas dan hampir melangkah jika Miana tidak mengeluarkan suaranya kembali.

"A..Aku ingin bicara empat mata denganmu." Lirih Miana. Ia merasa canggung karena semula ia bersikap begitu formal kepada Ares lalu sekarang karena ada maksud tertentu, ia justru bersikap seperti sudah sangat lama mengenal Ares.

Sebenarnya Ares tidak ingin membuang-buang waktunya apa lagi bersama seorang wanita yang tidak ada artinya untuknya. Tapi mengingat Miana adalah anak mantan pimpinannya yang sangat ia hormati dan gadis itu sempat menjadi sekretarisnya, Ares bersedia meluangkan waktu walau hanya sebentar.

"Bicaralah." Sahut Ares acuh tak acuh.

Miana melirik sekitarnya, memang mereka hanya berdua dan mereka berada di lantai teratas di mana hanya terdapat ruangan Ares dan Dastan saja. Tapi Miana menginginkan tempat yang lebih privasi seperti ruangan Dastan, Miana yakin ia bisa menjadikan ruangan itu untuk berbicara bersama Dastan tanpa takut Dastan atau seseorang mengetahuinya, toh Bossnya itu sudah pergi dan tidak akan kembali.

"Bisa kita bicara di dalam saja?" Miana menunjuk pintu ruangan Dastan. Ares tidak melirik, pria itu justru menyeringai sinis.

"Kau sangat sopan dan berani, Lady, tapi aku tidak bisa menghargaimu seperti dulu lagi. Jika kau ingin bicara maka bicarakanlah sekarang, di sini tanpa menginginkan tempat lain."

Miana menggenggan kuat salinan agenda Dastan di dadanya. Kenapa ia selalu takut terhadap Ares? dan kenapa ia juga menyukai pria itu walau pun Ares selalu bersikap dingin padanya? yeah hanya satu jawabannya, karena pesona pria itu.

"Tapi---"

"Kau membuang-buang waktuku." Tukas Ares datar. Miana tersentak. Ia benar-benar lemah.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang