PART 32

3K 217 12
                                    

Author Pov.

"Sudah lebih baik?."

Meggy mengangguk seraya mengulas senyum tipisnya pada Gally. Gally membawanya ke salah satu suasana yang tidak Meggy sangka terdapat di markas Stallon Wood selama ini.

Taman yang di hampari rumput hijau dan sebuah danau tepat berada di halaman belakang markas. Indah dan menakjubkan, Meggy bisa melihat bayangan malam di bawah pantulan danau.

"Untuk menenangkanmu sepertinya tempat ini cocok."

Meggy tersenyum, ia senang berada di dekat Gally, Gally pria yang selalu tersenyum dan membawa aura positif. Setelah pertemuanya dengan Miana yang tidak berakhir baik, Gally membawanya ke taman markas dan perasaan Meggy sedikit mulai membaik ketika taman markas menyapanya dengan keindahannya di malam hari.

Untuk sesaat Meggy melemparkan tatapanya pada danau, ia menunduk melihat kakinya yang di balut sepatu, ada bebatuan dan Meggy memungutnya kemudian ia lemparkan ke arah danau dan danau memperlihatkan riaknya.

"Gally."

"Ya?."

Meggy menghela nafas seraya menatap Gally.

"Apa kau bisa memutuskan sesuatu yang membuat kau berakhir tidak bahagia?."

Gally terkekeh, ia menunduk, memungut bebatuan dan melemparnyan ke danau, riak dari lemparanya tercipta menggantikan riak ciptaan Meggy yang mulai menghilang.

"Mengapa kau bertanya demikian? apa kau akan melakukan sesuatu itu dan membuat dirimu tidak bahagia?." Gally justru mengulang pertanyaan Meggy untuk gadis itu.

Meggy menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Mendadak ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, bertemu dengan Miana dan berakhir tahu permasalahan gadis itu membuat Meggy tidak bisa mengerti keadaan dirinya sendiri. Ia bimbang pada sesuatu, ia tahu apa itu tapi bagaimana caranya ia mengungkapkannya?.

"Untuk apa sebenarnya kebahagiaan?." Tanya Meggy pada Gally.

"Penyempurna hidup ini, Meg."

"Jika kita tidak bisa mendapatkanya, apa yang harus kita lakukan?."

Gally menengadah menatap langit malam yang di taburi bintang, malam itu langit malam sangat indah.

"Berjuang untuk mendapatkanya lagi pula siapa yang tidak ingin kebahagiaan? setiap mahluk yang bernafas di muka bumi ini mendambakan kebahagiaan."

Itu benar. Meggy lantas mengikuti arah pandangan Gally.

"Apa itu kebahagiaan bagimu?."

Gally terkekeh.

"Sederhana saja, dapat menikmati hidup dan memiliki yang ku inginkan, itu kebahagiaanku."

Meggy terkekeh.

"Wow, Gally." Meggy menarik pandanganya dari langit malam, beralih menatap danau.

"Tapi aku rasa kebahagiaan tidak akan mudah untuk kita dapatkan."

"Itu benar! tidak ada kebahagian yang instant." Gally pun beralih menatap danau.  Tatapan Gally teralih pada Meggy ketika gadis itu menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.

"Apa kau tidak bahagia saat ini, Meg?."

Meggy tersentak, kegiatanya yang sedang menyugar rambut panjangnya terhenti. Ia menatap Gally, pria itu menatapnya seakan tahu apa yang terjadi pada Meggy. Meggy tersenyum tipis.

"Sepertinya." Aku Meggy.

Miana yang telah membuatnya tidak bahagia. Pengakuan berbelit-belit sahabatnya itu mampu menyingkirkan separuh kebahagiaan Meggy. Kebahagiaan yang baru pertama kali ia rasakan bersama seorang pria, kebahagiaan yang ia yakini tidak akan ia dapatkan dari pria lain.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang