PART 4

4.5K 244 3
                                    

Author Pov.

Apa yang telah terjadi pada Meggy semalam mampu membuat pikiran gadis itu terus mengulang tiap detik pertemuanya dengan seorang pria bernama Ares. Ia di kekang dalam kebingungan tatkala pria itu mengikatnya dan berakhir melepasnya kemudian mengatakan bahwa Meggy adalah partners pria itu. Sebelumnya Meggy menduga Ares adalah Ambrose dan lebih parahnya lagi seorang penjahat kelamin tapi tidak ada satu pun gelagat yang menyatakan Ares adalah pria dugaanya, sebelumnya pun Meggy menduga Ares utusan Ambrose tapi pria itu berkata bukan lalu apa?!.

Pertanyaanya adalah siapa Ares? apa motifnya menemui Meggy dengan cara seperti itu? lalu mengapa tiba-tiba saja Meggy adalah partnersnya? dan mengapa pria itu menjanjikan pertemuan kembali? yeah mungkin tentang penjelasan yang Meggy inginkan tapi cara pria itu berjanji terlihat ganjil di mata Meggy.

Besok yang di janjikan Ares adalah hari ini. Pikiran Meggy selalu berkelana menerka-nerka apa yang akan terjadi antara ia dan Ares, pria misterius itu. Misterius namun tampan, Meggy tidak bisa melupakan kenyataan bahwa Ares adalah pria yang tampan.

Sialnya dan kenapa sekarang Meggy memikirkan pesona Ares? seharusnya yang ia pikirkan adalah kewaspadaanya terhadap pria yang baru di kenalnya, bahkan awal perkenalan mereka tidak bisa dikatakan baik lalu bagaimana sesi pertemuanya selanjutnya?. Ah entahlah, semakin memikirkannya semakin sulit untuk Meggy memfokuskan diri.

Saat ini gadis cantik itu tengah berkutat dengan sebuah laptop yang menyajikan tampilan bank akademik yang harus segera ia selesaikan. Ini demi nilai akademiknya! agar Dosen Killers itu tidak mengebirinya terus menerus! dan letak kesalahanya Meggy tidak bisa fokus karena seorang pria bernama Ares!. Astaga pria yang ia ketahui namanya semalam telah menguasai pikiran Meggy, bukan karena tanpa alasan Meggy memikirkan pria itu, pasalnya pria itu yang telah membuatnya berpasrah pada kematian!.

Meggy hampir mengerang putus asa saat pikirannya tidak kunjung mengacu pada laptop dengan isi menyebalkan. Di saat titik kesabaran Meggy hampir pupus, sebatang coklat premium tipis mendarat mulus di atas keyboard laptop. Senang bukan main saat makanan kegemarannya itu ada di depan mata, oh ayolah, coklat tidak mudah untuk di tolak.

"Semoga cokelat bisa membantumu."

Meggy mendongkak lalu tersenyum. Siapa lagi pria sepengertian ini padanya selain James. James selalu mengerti keadaan Meggy tapi sayangnya Meggy tidak bisa terlalu terbuka pada pria tampan berkulit putih hampir transparan yang sempat Meggy duga adalah seorang Vampire.

"Cokelat memang membantu tapi sepertinya sang pemberilah yang lebih membantu." Ucap Meggy. James tersenyum, melirik kursi taman yang panjang tempat Meggy berkutat dengan nilai akademik. Mereka di taman kampus.

"Boleh aku duduk?."

Bola mata Meggy berputar gemas.

"Apa yang kau pikirkan, Jamy? tentu saja! kau tidak perlu meminta ijin."

James terkekeh pada sebutan sayang Meggy untuknya, Jamy.

"Kau memang mengijinkan aku duduk di kursi ini tapi kau tidak akan mungkin mengijinkan aku menduduki hatimu bernar'kan."

Lagi bola mata Meggy berputar gemas. Bukan sebuah rahasia bahwa James menyukainya, pria itu sudah lama mengungkapkan perasaanya pada Meggy tapi Meggy tidak merasakan perasaan apa pun selain persahabatan pada James.

"James, please. You know me."

James berdecak, mengedikan bahunya kemudian duduk di samping Meggy. Meggy membuka kertas cokelat lalu memakan cokelatnya. James memandang Meggy.

"Apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku? kau tahu sampai sekarang aku mengharapkan kau mau menjalin hubungan dengan ku tidak hanya sebatas teman."

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now