*26*

12 0 0
                                    

                          Perjalanan ke Magelang kurang lebih tiga jam di jam-jam sibuk dan jalan penuh sesak dengan banyak nya kendaraan. Apalagi di jalur Yogyakarta-Magelang sebagai jalan provinsi dan dilalui banyak kendaraan-kendaraan berat. Anak-anak sekolah SMA X diangkut dengan menggunakan sepuluh bis jenis Big Bird pagi-pagi berangkat dari hotel Bhinneka, mereka kemudian tiba di kawasan candi sekitar pukul sembilan.

Begitu sampai di daerah candi Borobudur, anak-anak pun tersebar ke setiap pelosok kawasan Candi yang seluas 2500 meter persegi. Sebagian besar tentu saja langsung naik ke atas candi, melihat-lihat mana spot terbaik untuk mengambil swafoto. Arna dan Nami tidak terkecuali, bergiliran menggunakan smartphone masing-masing, dengan latar belakang karya gambar di dinding candi yang indah dimana tidak satu pun dari mereka mengerti isinya, atau lebih tepatnya tidak ada yang ambil peduli.

"Ngapain ketawa sendiri gitu?" Tanya Arna kepada A.D yang kepergok melihat smartphonenya sambil menahan tawa.

"Ini..." A.D menunjukkan isi smartphone miliknya yang di layarnya saat ini terdapat foto yang baru A.D ambil diam-diam, A.D mengambil gambar ketika Arna dan Nami sibuk ber-swafoto sedangkan tidah jauh dengan mereka, Byan berdiri memandangi Nami dengan tatapan nelangsa seperti meme anak kucing bermata bulat menyedihkan namun sekaligus menarik simpati.

Kali ini Arna ikut-ikut tertawa.

"Pada ngetawain apa sih kalian?" Sekarang giliran Nami yang kepo.

Tanpa diperlihatkan oleh A.D, Nami sendiri pun mencuri lihat foto yang ada di layar smartphone A.D itu dan semula ia hendak ikut-ikutan tertawa berubah wajahnya, berubah cemberut, walau Arna dan A.D tahu itu hanya pura-pura sahaja.

A.D berani taruhan sedikit banyak Nami juga pasti suka untuk telah menjadi bahan perhatian cowok, walaupun itu Byan.

Dan sejatinya Byan tidak lah jelek-jelek amat, ia pemain gitar handal yang biasanya sih diposisinya, digilai anak-anak cewek. Juga wajahnya lumayan untuk seseorang yang berjidat hitam, minus itu dan gaya ustadznya sebenarnya ia anak lelaki yang tidak malu-maluin untuk dijadikan pacar.

Nami pergi menghindari mereka untuk menyembunyikan perasannya yang campur aduk antara suka dan tidak suka.

"Menurut mu Byan punya kesempatan?" Tanya A.D kepada Arna.

"Ngg.... Aku tidak yakin...."

"Loh?? Seburuk itu kah?"

"Bukannya begitu, tadi malam Nami cerita sudah ada tiga atau empat anak cowok setelah melihat penampilannya yang baru mengajak ngobrol dan kenalan via WA"

"Oh ya? Waduh"

Perubahan penampilan Nami memang radikal, dari anak cewek yang tidak tahu sama sekali berdandan dan berpakaian, menjadi anak modis dengan potongan rambut pixie dan pandai bermake up, walau sederhana tapi memikat, secepat itu perubahannya.

"Kalau Byan tidak pandai-pandai dan segera menaklukan hati Nami, bisa-bisa keduluan sama anak cowok lain,"

"Hmmm...Kamu mau bantu, Na?"

"Ouh...Kalian perlu bantuan ku ternyata," Arna memasang nada dengan gaya seperti jual mahal.

"Yes, aku kasihan juga lihat Byan yang seperti kodok merindukan bulan"

"Pungguk" Koreksi Arna.

"Ah ya itu..."

"Nggg...okay aku coba bicarakan dengan Nami. Tapi tetap saja ini tergantung Byan sendiri dan keputusan akhir tetap di tangan Nami"

"Tentu saja, kita cuma bantu sebisa mungkin, aku juga akan bantu membuat kejutan untuk Nami,"

"Kejutan? Apa?"

Awal DesemberWhere stories live. Discover now