*8*

11 1 0
                                    

"Na,bangun na. Sudah jam berapa ini, nanti kamu terlambat"

Suara lembut omanya mencoba membangunkan Arna yang seperti dibius berat tidak sadarkan diri akibat tidur terlalu larut.

Ia jarang sekali tidur selarut tadi malam sehingga jarang sekali Oma pagi-pagi naik ke atas untuk membangunkan cucu kesayangannya ini, cukup biasanya dengan alarm smartphone yang di setel otomotis akan membangunkannya. Sekarang sayup-sayup Arna mendengar suara Omanya dan suara alarm smartphone yang entah berapa lama sudah berbunyi berkali-kali.

Ia raih smartphone untuk mematikan alarm lalu melihat jam yang tertera di layar menunjukan sudah pukul enam lewat. Celaka! Pekik Arna di dalam hati. Ia bisa-bisa sangat terlambat sampai ke sekolah!

"Kamu kok bisa bangun telat begini, tadi malam ngapain saja?" Tanya Oma nya begitu melihat Arna dengan wajah awut-awutan mencoba beranjak dari tempat tidurnya.

"Ngerjain tugas, ma" Jawab Arna singkat.

Ia jelas tidak akan mau cerita, setidaknya untuk saat ini, alasan sebenarnya.

Ah gara-gara anak cowok sialan itu membuat tidurnya berantakan. Dan lebih celakanya lagi anak cowok itu tidak tahu apa-apa dan pasti tadi malam tidur pulas dengann nyenyak nya.

"Ya sudah, cepat buruan mandi dan berkemas, sarapan di bawah sudah menunggu, begitu juga pak Kur,"

"Baik, Oma....Maaf"

Anak gadis itu pun dengan berjalan sempoyongan meraih handuk dan masuk ke dalam kamar mandi kurang dari lima menit, ia hampir saja lupa menggosok giginya.

Lima belas menit kemudian ia habiskan sarapan sepotong roti dan selai kacangnya, tidak sempat lagi ia lebih dari itu.

Lalu bergegas bersama pak Kur yang ngebut tapi tetap santun sampai ke sekolah pas jam tujuh tepat.

"Pringgg!!!" Bel masuk berbunyi nyaring.

Arna pun melompat keluar dari mobilnya dan segera berlari sekuat tenaga agar pintu gerbang sekolah tidak ditutup.

Untung saja petugas sekolah yang mengenal Arna sebagai anak yang baik dan jarang terlambat memberi kesempatan Arna untuk tetap masuk meski sudah sedikit terlambat.

Sesampainya di ruang kelas pun, setelah berkali-kali minta maaf kepada pak Yulian, guru bahasa Indonesia mereka, ia pun diijinkan mengikuti pelajaran tanpa harus membuat laporan atau menerima hukuman.

Ia pun akhirnya bisa duduk di bangkunya dengan menghela nafas lega, setelah berusaha mengatur nafasnya yang berantakan tentu saja, ia tidak pernah berlari sekencang itu, ia tidak pernah mengikuti kegiatan olah raga selama ini, ia mendapatkan ijin khusus di sekolah untuk itu. Penyakit asma adalah alasan yang dikemukakan oleh Opanya ketika mengajukan ijin tersebut. Tentu saja bukan itu alasan sebenarnya.

Setelah disibukkan mencatat pelajaran pak Yulian yang sampai tiga lembar bolak-balik, untuk sementara Arna melupakan apa pun yang membuatnya tidak tidur tadi malam dan terlambat ke sekolah.

Tapi di belakangnya, seorang anak lelaki menatapnya dengan tatapan yang teduh, ia menatapnya diam-diam dari kejauhan, dari bangku paling belakang.

*******

"Jadi...."

Jam istirahat di kantin Sekolah, Arna duduk di pojokan mencoba melahap bakso yang dihadapannya. Ia kelaparan, sarapan sepotong roti tadi pagi tentu tidak cukup, terlebih setelah aksi lari-lari tadi.

Sedang nikmat-nikmatnya menghirup kuah penuh lemak, diganggu oleh A.D yang muncul tiba-tiba dan duduk di sampingnya tanpa permisi.

"Jadi...apa?" Arna salah tingkah namun sukses ia sembunyikan.

Awal DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang