*14*

10 1 0
                                    


 "Bagaimana kalau 'The Rainbow'... " Cetus Toby.

"Ugh...Ga ada yang lebih jelas lagi yah maksud mu," Tembak A.D.

Siang ini di kantin sekolah mereka membahas nama band baru mereka. Sesuatu yang jujur belum terlintas di kepala A.D ketika berpikir hendak membuat band baru.

Sampai saat ini A.D hanya punya usulan nama-nama tidak jauh dari sosok penyanyi pujannya, Seperti : 'Freddie's Kids', 'The Bohemian Boy', 'Mr. Fahrenheit'

Yang tentu saja ditolak oleh Toby, Arna dan Nami.

Nami juga mengusulkan nama-nama yang sayangnya tidak jauh-jauh dari apa-apa yang dilihat di hadapannya seperti : "The Bakson" dari makanan yang sedang santapnya. Atau "MyAiam" yang dimakan sama Arna disebelahnya. Selanjutnya sebutkan saja, Es Teh, Cuka, Kecap. Tidak imajinatif sekali.

Sementara Arna masih banyak diamnya, banyak mendengar usulan teman-temannya yang makin lama makin ngawur. Ia punya ide tapi takut ditolak juga dan malah ditertawakan.

"ARGH!!!udah deh ntar aja...Sambil jalan bisa..." Seru A.D menyerah.

"Eh lagi pula, kita lupa hal yang lebih penting lagi" Potong Arna.

"Apa?"

"Kita juga harus mencari pemain band lainnya lagi, masa cuma kamu dan Toby, D?" Arna mengingatkan.

Membuat A.D hanya bisa menepok jidatnya, "Kau benar, Na....Ughh" Akan sangat janggal kalau kemudian anggota band ini hanya dia dan Toby.

"Kau bisa bermain musik, Na?" Arna hanya menjawab dengan gelengan parah. "Bagaimana dengan diri mu, Nam?" Sama juga, malah Nami hanya terkekeh-kekeh ketika ditanya. 'Puhhhh...." Membuat A.D ingin menghisap satu batang rokok saja dan mengepulkan asap, sayang di sekolah tentu saja tidak boleh.

"Bagaimana dengan Alan, By?" Giliran Toby yang menggeleng, "Ia hanya tahu bermain flute"

"No...no...jangan membuat ku berpikir macam-macam yah" Gertak A.D "Menjijikan..."

"Nggak D, serius ia bisa bermain flute, ia anggota ekskul marching band," Toby memberikan klarifikasi.

"Ohhhh...." Tetap saja di dalam benak A.D, ia masih tidak bisa menemukan tempat yang pas bagi seorang pemain flute. Seorang pianis, basis dan pemain flute. No....No... Ga masuk.

"Sepertinya kita akan adakan audisi juga..." Ujar Arna.

"Audisi tandingan? Meh...Aku sudah lihat permainan yang ikut audisi kemarin, tidak ada yang benar-benar spesial...Maaf ya By"

Toby sudah sedikit kenal dan paham karakter teman barunya ini yang suka terus terang, Ia cuma tersenyum kecut.

"Aku cukup cari saja siapa-siapa mereka. Baiklah ku pikir itu saja caranya, ada beberapa yang bisa di ajak main bareng kayaknya. Kita coba..."

Mereka pun kemudian membubarkan diri setelah bel tanda istirahat berakhir selesai berbunyi, kembali ke kelas masing-masing.

"Kau sadar pandangan anak-anak lain di kantin tadi?" Tanya Arna di koridor sebelum mereka sampai ke kelas.

"Pandangan apa?" Tanya A.D balik.

"Ck....cara mereka melihat mu, nampak berbeda dari biasanya," Terang Arna.

"Ohhh...Ya aku dapat merasakannya...."

"Apa gara-gara rumour tentang...." Arna tidak berani melanjutkan.

"Tentang apa?"

Arna diam tidak berani bicara.

"Tentang aku dan Toby?" Celetuk A.D terus terang.

"Kau sudah dengar itu?"

"Sudah" Sahut A.D cuek. "Dan aku tahu siapa yang memulainya,"

"Dan diri mu tidak masalah akan rumour keji itu?"

"Tidak masalah, biarkan saja, aku tidak peduli,"

"Bagaimana bisa mereka menyebarkan cerita bohong dan keji seperti itu ya, D" Ujar Arna menahan sedikit rasa amarah.

"Entah lah, sepertinya mereka senang melihat orang lain tampak buruk hanya untuk merasa menjadi orang baik,"

Sebelum sampai di depan pintu kelas mendadak A.D menggenggam tangan Arna dan menatap matanya dalam-dalam.

"Asal kamu tidak terusik oleh hal ini, aku bisa tidak peduli meski seribu cerita busuk ditimpakan pada ku, Na"

Arna hanya tersenyum dan membalas tatapan A.D, menggenggam tangan lelaki di hadapannya ini lebih erat untuk lalu kemudian melepaskannya.

"Ada yang julid..." Arna memberi isyarat yang mengarah ke Imel yang menatap mereka berduaan dengan wajah marah atau cemburu.

"Biarkan saja," Ujar A.D tapi ia tidak memaksakan diri untuk menggenggam tangan gadisnya lagi, meski ia imenginginkannya.

Lagi pula Pak John, guru bahasa Inggris mereka sudah nampak dari ujung koridor sana hendak masuk mengajar di kelas mereka.

"Masuk kelas yuk, Na" Ajak A.D.

"Yuk,"

Awal DesemberWhere stories live. Discover now