~Bersama~

112 16 3
                                    

WUSSSHHH!

Angin berputar cukup kencang, menciptakan pusaran yang membentengi Dewi dan Gian. Para pendekar itu tidak bisa melihat apapun kecuali pasir yang berterbangan menghalangi pandangan mereka. Hingga tubuh mereka terpelanting cukup jauh, akibat pusaran angin yang semakin bertambah besar.

Iwan menatap para pendekar yang telah lenyap dari pandangannya. Ia pun berlari terbirit-birit, tapi karna pekatnya malam ia tidak melihat ada pohon di depannya. Akhirnya setelah menubruk batang pohon kelapa, kini tubuhnya terkapar dengan dahi membiru.

Sementara Dewi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya melihat semuanya gelap dengan suara yang cukup ribut.

Gian tersenyum tipis, ia tahu siapa yang melakukan ini.

"Terima kasih peri laut"

Setelah semuanya kembali normal, Dewi benar-benar bisa melihat keadaannya sekarang. Ia menatap sekelilingnya dengan mimik keheranan.

"Dimana ini?" desisnya.

Dewi tersadar, bahwa ia sedang berada di atas ujung sebuah tebing yang menjorok ke laut lepas.

Uhuk! Uhukk!

Gian terbatuk dan kembali mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.

"Gian?! Apa yang harus ku lakukan. Kamu terluka parah?" ucap Dewi panik.

Gian menggeleng pelan. Ia meraih dan menggenggam telapak tangan Dewi dengan erat. Meski gemetar menjalar ke seluruh tubuhnya serta rasa sakit yang tak main-main. Ia menatap gadis di sampingnya lekat-lekat.

"Aku ingin bersamamu. Selamanya Dewi." bisiknya.

"Gian, jangan pergi! Kamu akan sembuhkan Gian."

Dewi mengecup berkali-kali tangan Gian. Air matanya mulai berjatuhan. Menatap paras pemuda yang di sayangnya mulai memucat.

"A-aku ... sa-yang ... K-am-u ... Dewi."

"Iya, Gian. Dewi juga sayang Gian. Jangan pergi ya."

Gian tersenyum pahit. Sungguh ada kelegaan di hatinya. Ia melihat peri laut muncul dan mematung di belakang tubuh Dewi. Ia tersenyum sambil mengangguk.

"Kau sudah menemukan takdirmu. Kau sudah berhasil. Dan tuhan telah memberikan pilihannya untukmu. Siapkah kau menerimanya?"

Gian mengedipkan kedua matanya lemah. Semuanya telah ia pasrahkan kepada jalan takdirnya. Meski sangat singkat kesempatannya untuk bersama Dewi, gadis yang sangat ia sayangi dan tentunya yang menjadi takdirnya.

Setelah mendapat jawaban dari Gian, Peri laut lenyap.

"Gian."

Gian menatap wajah Dewi cukup lama. Gadis yang telah mengisi jiwanya yang kosong dan penuh luka. Kini ia bisa pergi dengan senyuman dan kebahagiaan. Itu tidak masalah meski harus menahan betapa sangat ia tidak ingin meninggalkan Dewi, gadis manusia itu. Karma, tetap haris dibayar sesuai kesalahn.

"Dewi ... pe-luk aku ... dan tu-tup mata-mu ... "  pinta Gian lirih, dan langsung di kabulkan Dewi. Gian bisa merasakan lukanya yang semakin menyakitkan. Namun dekapan Dewi yang hangat nan lembut mampu menyapu segala luka di tubuhnya.

Satu persatu gambaran orang-orang terlintas. Ayah, Ibu, Saudara-saudaranya hingga Rumannah. Mereka semua tersenyum damai ke arahnya.

Gian meneteskan air matanya. Pelukan Dewi begitu menenangkannya. Apalagi saat pandangan Gian secara perlahan semakin gelap dan buram.

"De-wi ... A-a-ku per-gi ya ..." bisik Gian pelan dan Dewi bisa mendengar jelas meski beradu dengan suara gelombang lautan yang semakin berkecambuk.

Dewi menutup matanya perih. Ia mengeratkan pelukannya yang terasa semakin hampa dan kosong.

"Gian telah pergi ... "

                            

🌊🌊🌊       

 

The Fairy Of Ocean  [END]✔Where stories live. Discover now