16. art museum

305 51 3
                                    

"Lo lupa hari ini ada janji sama gue?"

Kian melihat Andy dengan pandangan menilai. Bahkan, matanya bergerak untuk meneliti ujung rambut hingga ujung kaki lelaki berlesung pipi itu.

Indira memincingkan mata dan berusaha mengingat. Lalu dilihatnya tanggal hari ini, ah benar saja. Hari ini tanggal 12 yang berarti ia memiliki janji dengan Andy untuk menemani cowok itu ke sebuah art museum yang baru aja dibuka.

Indira menoleh kepada Kian dan mendapati cowok itu sedang menatapnya, meminta penjelasan. Aduh, mampus.

"Ki, kamu pulang duluan aja ya? Aku ada janji sama Andy"

"Ndy, lo tunggu di mobil lo aja deh. Ntar gue susul"

Andy meninggalkan mereka berdua di parkiran motor. Sepeninggalan Andy, Kian kembali menghadap kepada Indira. Semakin mendesak cewek itu untuk memberi penjelasan.

"Maaf, udah terlanjur janji sama Andy" Indira mengusap lengan Kian.

Kian menghela nafas, "mau kemana emangnya?"

"Ke art museum"

"Baru? Kok kita gak pernah kesana?"

Indira berpikir sejenak dan menjawab, "iya, beberapa hari yang lalu"

Kian menghela nafas panjang, dipasangnya kembali helm miliknya. Indira pamit dan mulai berlari ke arah parkiran mobil.

Entah kenapa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Mau marah juga bingung. Coba aja kalau kondisinya gak lagi break gini, Indira gak mungkin sekarang ada di mobil si ketua BEM.

------

Sampai di kos, Kian memarkir motor Seno di garasi rumah bude. Garasi isinya cuman motor Seno sama motor nmax punya Tole.

Kegalauan Kian sepanjang jalan tadi membuat dirinya lapar setengah mati. Terlebih pagi tadi ia tidak sarapan. Kebetulan banget Tole udah pulang, pasti ada makanan nih di kos.

Kian masuk ke dalam, di kursi ruangan tv duduk seorang pria. Kian melihat pria itu sengan seksama.

"Loh, mas Agung?"

Pria itu menoleh dan berdiri berjalan ke arah Kian untuk menyalami cowok yang masih memakai helm tersebut.

"Bro Kian" Agung menyalami dan merangkul Kian seakan mereka sudah lama tidak bertemu.

Agung ini adalah anak bude yang kerja di Jogja. Dulu waktu Kian masih maba cimit sering main bareng sama dia. Karena lebih tua dan biar Agung ngerasa jauh lebih tua, Kian panggil mas aja.

Setelah Agung lulus kuliah, ia dapat kerja di Jogja. Karena itu juga Agung jarang ketemu anak-anak kos. Padahal dia sama anak kos udah jadi bro banget, anjay.

"Waduh, dalam rangka apa nih mas pulang ke Semarang?"

Agung hanya tertawa kecil, "dalam rangka disuruh Ibu lah, apalagi"

Agung bercerita keadaan Jogja kepada Kian. Kian pula membawa candaan tentang umr jogja. Wah kurang ajar emang Kian bawa-bawa umr.

"umr umr, skripsi lo tuh kerjain" Agung menjitak kepala Kian kencang, helm punyanya sudah terlepas.

"Aduh sakit mas, gue bilang bude ya lo"

"Sadar diri woy, bude tuh ibu gue"

Tole yang mendengar suara menggaduh dari luar penasaran. Ia keluar kamar dan melihat Agung dan Kian duduk di ruang tv.

"Wah ini nih yang jadi freelancer sukses"

Agung berdiri menyalami Tole dan menepuk-nepuk bahu laki-laki itu.

"Kalau udah di Jogja jadi lupa Semarang gitu ya, Gung"

Mereka bertiga duduk di ruang tv. Sambil menunggu anak kos lain yang belum datang. Udah lama gak ngumpul gini.

"Ki, wes mangan durung?"

"Durung, mas.

"Mangan dhisik. Galau perlu tenaga, men"

--------

Indira sampai di depan mobil Andy lalu membuka pintu penumpang mobil brio hitam matte milik cowok itu.

"Sorry lama" Indira memasang sabuk pengaman miliknya.

Andy menarik tuas rem tangan dan mulai keluar dari area parkir mobil. Dilihatnya ke spion untuk.. ya biar keren aja gitu?

"Kian gimana?" Andy bertanya seraya memutar setir mobilnya ke arah kiri. Mobil yang mereka tumpangi sekarang menuju gerbang utama kampus mereka.

"Baik aja sih"

"Bukan, dia gimana waktu lo jalan sama gue?"

Indira merasa risih dengan pertanyaan itu, "ya gak tau, gue juga udah kejanji kan sama lo."

Indira sebenarnya risih kalau ada orang lain nanya tentang hal yang menjurus ke hubungan ia dengan Kian. Apalagi kalo yang nanya cowok, risih banget.

Sebenarnya Andy ini udah lumayan kenal lama sama Indira. Dulu mantan Tita itu temennya Andy, jadi Indira kayak tau aja gitu. Setelah masuk BEM dan Indira jadi bagian dari kepemimpinan Andy, dirinya makin lebih kenal.

Dari awal Indira jadi sekretaris, Andy ini keliatan banget kalo punya perhatian khusus semacam tertarik lah ke Indira. Andy tau sebenernya kalo Indira udah punya Kian, tapi kata Andy namanya atasan dan bawahan harus akrab. Iya dong?

Indira biasa aja sebenernya sama Andy ini. Cuman setelah badai video kemarin, Andy jadi gencar banget deketin Indira. Mulai dari ngajak makan, pulang bareng, ngasih tugas organisasi macem-macem, dan lain sebagainya. Apalagi tugas sih, Indira kan sekretaris jadi ya kalau ada revisi atau laporan pasti ke ketua dulu. Ya pasti interaksi dia dan Andy lumayan banyak lah. Walaupun gak sedeket dirinya sama Asya atau sama Bayu.

"Lo masih sama Kian?"

Indira memutar bola mata malas, pertanyaan itu lagi. Indira udah muak banget sama pertanyaan bentuk gini.

Kemaren ada anak dari fakultas teknik yang tiba-tiba mengirim direct message ke dirinya. Isinya basi banget deh. Kalau bukan kating juga males banget Indira bales. Awalnya sih nanya-nanya acara kampus, padahal udah lewat banget dan malah minta nomor wa. Terus parahnya lagi, pake segala ngungkit masalah video.

"Ra" panggil Andy kepadanya.

Indira yang dari tadi menatap ke arah luar jendel memalingkan wajahnya ke arah Andy. "Apa?"

Merasa suasana mulai canggung, Andy menggeleng untuk menjawab Indira. Kata-kata yang ingin ia keluarkan tadi baiknya ditelan kembali. Andy menyalakan radio untuk memecah kesunyian di mobil. Terdengar suara penyiar radio yang akan memutarkan lagu permintaan dari para pendengar.

"you better split up"

--------------

🤸‍♂️ vote, comment, share, subscribe, like, terserah🤸‍♂️

civilian (discontinue)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن