11. seribu ajakan

262 63 4
                                    

⭐⭐⭐⭐

Setelah Kian menolak ajakan Nina untuk bertemu, dirinya tak henti-hentinya ditemui Nina saat di kampus. Tentu saja saat Kian tidak bersama Indira. Perbuatan Nina ini membuatnya risih, sangat. Bukan maksud Kian untuk pede banget atau gimana, apa coba maksudnya ngajak ketemu terus? Emang ada suatu hal yang penting banget gitu sampe ngajak ketemu di luar kampus? Apa dia gak tau kalau Kian udah punya tameng anti pelakor kayak Indira?

"Duh Nin, gue gak bisa. Serius dah" Kian menolah ajakan Nina dengan frustasi. Heran sama ini cewek gak ada capek-capeknya

"Sekali aja kak" Nina memohon kepada Kian.

"Gak bisa! Lo tau kan Indira itu pacar gue Nin? Kayaknya lo jangan ada urusan sama gue deh. Sorry"

Hal ini sudah Kian ceritakan kepada temen satu kosnya yaitu Wenas, Ario, Tole, Seno dan Bayu yang satu kampus dengannya. Kian belum berani bilang ke Indira soal ini, takut Indira langsung sat set sat set sama itu cewek. Gak mungkin juga sih menurut Kian, Indira bukan cewek kayak gitu.

Sekarang ia lagi kumpul full team sama bro-bro nya. Mereka ini beda angkatan sih. Wenas, Tole, sama Ario udah lulus dan lagi kerja. Wenas yang udah kaya dari jaman ibu bapaknya belum ketemu, lagi ngurusin bisnis kedai kopi miliknya. Tole kerjanya freelancer, santai-santai berduit. Nah kalo Ario ini gatau dah kerja apaan, selebgram kali ya soalnya followersnya banyak dan juga postnya kebanyakan endorse.

Kumpulnya di ruang tengah ibu kos atau yang biasa mereka panggil Bude. Wenas aja eksklusif khusus datang ke kos mereka demi dengerin cerita Kian. Iya, Wenas memang sering mampir ke kos dan akrab sama bude. Nama grup wasaf mereka aja 'penikmat senyum bude' kalo kalian lupa.

Sebelum cerita satu sama lain, mereka bakalan ngumpulin hp ke satu box gitu biar gak pada sibuk main hp.

"Jadi gimana bro Kian sama si Nina ninu itu?" Ario bertanya perihal Nina kepada Kian. Dan langsung disamber oleh Tole.

"Yo, 'jadi' itu buat kesimpulan. Ini Kian belum cerita lo udah jada jadi aja"

"Iye iye, ribet dah lo."

"Gitu aja lo gak tau, baca-baca lagi deh tuh buku bahasa pas SMA" Tole menjawab keluhan Ario dengan santai.

"Ckckck lo tuh freelancer jadi apaan sih Le? Guru bahasa apa gimane"

Belum ada Kian bercerita, Tole dan Ario udah adu mulut gara-gara kata 'jadi' yang digunakan Ario diawal sekali pembahasan mereka. Kian, dan Bayu saling beradu pandangan dan menghela nafas. Sedangkan Seno yang lagi ngerokok, meniup asap rokoknya ke muka Ario, biar makin panas. Wenas ketawa-ketawa aja liat keributan mereka berdua.

"Yak gelut lagi gelut, mau diambilin piso sekalian?"

Keduanya selesai berdebat. Galak banget Bayu, biasanya ketawa-ketiwi kayak orang gak ada duit.

"Nah gimana Yan ceritanya?" Kini giliran Wenas yang bertanya.

Kian menceritakan secara detail dari pertemuannya yang pertama hingga usaha Nina yang selalu ke gedung fakultasnya. Nina juga beberapa kali mengajak Kian untuk jalan bareng diluar kampus dan selalu Kian tolak.

"Hm, menurut gue sih dia suka sama lo" Kata Tole.

"Bingung deh gue, Kian kayak gini aja dikejar banget"

Kian menjitak kepala Seno, gak ada akhlaknya emang.

"Indira udah tau?" Bayu bertanya hati-hati.

Kian menggeleng sebagai jawaban.

"Nah! Lo bilang ke Indira deh buru. Biar ada keterbukaan antara lo berdua." Wenas memberikan saran kepada Kian, didukung oleh anggukan teman-temannya.

civilian (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang