7. setahun

353 54 0
                                    

Indira berbaring di kamarnya. Hari sabtu adalah hari libur yang bisa banget dimanfaatin buat jalan-jalan. Soalnya kalo hari minggu, dia udah sibuk sama bahan kuliah buat senin. Jadi, hari sabtu adalah hari yang sangat afdol buat refresing otak.

Tapi tapi tapi, hari ini Indira gak kemana-mana. Kian dari semalam hanya mendiamkan chat nya. Gak tau deh ngapain, paling nge-game. Ah daripada rebahan, mending Indira jalan deh, kemana gitu.

Indira sih rencananya mau ngajak Tita. Jujur aja, ngajak Tita sih biar dia jadi penumpang aja gitu. Indira tuh gak terlalu bisa kalo bonceng orang. Bisa nya jadi solo rider.

"halooo titaa"

"Hmmm ngopo"

"jalan-jalan, mau gak"

"Paling gue dijadiin supir"

"Hehe ngapuro nggih"

"Gausah pake kromo inggil, ra cocok"

"Ih mau ya titaa"

"Pacar u kemana dan?"

Tita doang emang yang manggil namanya Dana.

"Gatau, di kos paling"

"Berantem?"

"Engga njir, jam 11 gue jemput ya tit"

"Tat tit tat tit, jangan lama. Janji jam 11, datang jam 1"

"Engga astaga"

"Iya iya, bye bye"

Indira menutup sambungan teleponnya. Baru jam 9 sih, dirinya sendiri udah mandi dan makan. Indira adalah team hari minggu tetap bangun pagi. Jadi sekarang Indira bingung banget mau ngapain.

Indira memilih untuk keluar kamar dan duduk di ruang tamu. Minggu ini rumah sepi, papahnya lagi di luar kota. Dimas baru aja berangkat buat futsal. Indira berjalan menuju ruang keluarga, mamahnya sedang menonton tv disana.

"Meemo meemo, mau jalan sama tita." Indira duduk disebelah mamahnya.

"Kapan?" Ibunya menoleh sedikit, dan mengambil potongan buah mangga.

"Jam 11 nanti"

"Yowes, siap-siap sana"

"asyiap"

Fyi, meemo itu panggilan gemes Indira buat mamahnya.

Indira kembali ke kamar untuk bersiap. Ia berganti baju dan mulai memakai makeup. Indira bukan ciwi "apalah daya aku yang cuma pakai bedak bayi." Dirinya cukup jago buat make up-an.

Tapi buat jalan-jalan gini, paling dia cuma ngalis, pake bb cream, sama lipstik aja. Gak ada contour-contour-an. Setelah itu dia menyemprotkan setting spray dari urban decay yang ia beli hasil nabung 2 minggu. Dipakein setting spray biar gak geser-geser dandannya, mengingat kondisi jalan raya cukup membuat make up cewek bubaran.

Jam 10.30 Indira berangkat buat jemput Tita. Tak lupa memakai masker, biar debu-debu gak terlalu kena muka dia.

Indira melaju membelah jalanan, memutar di bundaran, dan memasuki komplek kejaksaan dimana rumah Tita berada. Iya, Ayahnya Tita emang berprofesi sebagai seorang jaksa. Sedangkan Ibunya adalah seorang akuntan di kantor kepolisian.

Ia sudah berada di depan rumah Tita. Ternyata temannya itu sudah menunggu di teras dan sudah memasang helm.

"Lama ndes" Tita mengomel dan mengambil alih kemudi motor beat Indira.

"Maaf ndoro" Indira menaiki jok belakang.

Hari ini sih katanya mereka mau ke mall, mau jajan skincare sama makeup. Mumpung lagi ada diskon di guardian sama watson kan ya, rugi gak dimanfaatin.

Sepanjang perjalanan, Indira ngeliat air mata Tita mengalir. Indira cuma bisa ngusap bahu Tita dan bilang "you really deserve all the happiness" berkali-kali. Tita bukan sosok yang nangis kenceng, dia lebih sering netesin air mata diam-diam dan selanjutnya bakal sama lagi kayak biasa. Indira sering bilang, kalau Tita mau nangis, nangis aja kenceng-kenceng dan keluarin semua keluh kesahnya. Tapi Tita hanya senyum dan bilang semuanya baik-baik aja.

Tita memarkir motor Indira di dekat penitipan motor. Karcis parkir Indira yang pegang, diselipin di case hp biar gak ilang.

"Ayo luapin sedihnya tita! Lets spend money together hehe"

"kampret, kalo gue miskin lo tanggung jawab ya" Tita terkekeh dan melepas helmnya.

Mereka berdua berjalan ke pintu utama dan langsung menuju surga bagi para cewe-cewe pecinta skinker dan makeup.

Seneng banget Indira tuh kalo belanja-belanja gini ada temennya. Siapa lagi sih yang bakal dia ajak kalo bukan Tita? Indira sayang banget sama Tita. Dia gak mau kalau sesuatu yang gak baik terjadi ke Tita. Jadi sebisa mungkin Indira buat selalu ada di sebelah dia. Indira udah sekali kehilangan sahabatnya, Selly. Semua berawal dari semua omongan jahat yang dia terima. Indira sedih, banget. Saat itu Indira udah nangis sesenggukan sampe sesek nafas. Semuanya terasa berat bagi Indira dan Tita setelah kehilangan Selly.

---

"Tita, gue kangen selly"

Tita tersenyum mendengar perkataan Indira. Udah kira-kira setahun Selly ninggalin mereka. Mereka berdua berharap bahwa nanti akan ada saatnya mereka bersama lagi, di kehidupan yang kekal.

------🧚‍♀️

so, hi.

Pertama-tama aku mau bilang kalau latar waktu di cerita ini berantakan.

Kedua, kita semua tau apa yang udah terjadi sama Sulli

Dia bukan bunuh diri, dia dibunuh. Dibunuh oleh omongan jahat orang-orang.

Semoga dia bahagia disana,

Rest in peace, Choi Jinri

civilian (discontinue)Where stories live. Discover now