"Sialan! Rega nemu lo di mana sih anjir?"

"HARGA LO BERAPA?!" teriaknya tepat di hadapan Vira membuat gadis itu kembali menunduk sembari memejamkan matanya sekejap. Kini ia paham kemana arah pembicaraan Felix, ternyata cowok sialan ini menganggap Vira sebagai wanita pesanan.

"Lo nggak mau jawab? Apa lo kasih gratis?" tanyanya menunduk agar bisa menatap wajah Vira yang kini sedang ketakutan.

"Hei!" panggil Felix ketika Vira masih diam tak merespon sama sekali.

Bahkan kini bahu Vira sedikit bergetar. Sepertinya gadis itu memang tengah menangis. Tunggu... Menangis? Apa ucapan Felix menyakitinya sampai harus membuatnya menangis? Atau karena ia takut jika Felix akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya?

Ntahlah... Dirinya juga bingung. Ia hanya bisa menatap Vira yang masih menunduk tak berani menatapnya sedikit pun.

"Kita pulang, jangan nangis kayak gitu." ajak Felix lalu membawa helmnya.

Vira membututinya, dirinya masih menangis dalam kebisuan. Ucapan Felix tadi benar-benar keterlaluan, rasanya ia ingin membawa Felix ke hadapan Dio agar cowok itu menonjok wajah songongnya.

"Naik." suruh Felix agak melembut, dirinya jadi merasa bersalah pada Vira. Ternyata, hadiah taruhannya kali ini memang beda dari biasanya. Karena rata-rata gadis yang ia bawa pasti akan langsung memberi tahu harga dirinya atau mengajaknya kencan gratis.

"Rumah lo di mana?" tanya Felix dengan suara yang jelas karena ia sengaja tak memakai helmnya.

"Di depan sa-na terus be-lok kanan," ucap Vira terbata karena dada yang masih sesak akibat menangis tanpa suara tadi.

"Dia punya penyakit jantung kali ya?" batin Felix keheranan.

"Udah di sini." ucap Vira sambil menepuk bahunya pelan.

Vira turun dari motor besar itu, lalu menatap Felix sekilas.

"Makasih."

"Masih sempetnya dia ngomong gitu abis gue bentak." Felix menggeleng pelan lalu kembali menyalakan mesin motornya dan pergi darisana.

***

Pagi ini seperti biasa, Vira bersiap untuk berangkat ke sekolah. Walaupun dirinya agak kecapean, tapi ia tetap harus sekolah agar Bibinya tak curiga karena kemarin Vira pulang pukul dua belas malam.

"Kamu itu kebiasaan kalo pulang malem pasti nggak bilang sama Bibi." ucap Bibinya sambil menyapu halaman rumah yang penuh dedaunan kering.

"Vira lupa, ponsel Vira juga hilang." jawab Vira sambil menalikan sepatu kets putihnya. Ponsel yang semalam Rega ambil memang tak dikembalikan olehnya, Vira juga bingung harus mencari Rega kemana karena ia sama sekali tak kenal padanya.

"Lho, kok bisa hilang?"

"Vira lupa lagi nyimpen." jawabnya kikuk.

"Makanya jangan ceroboh dong, Vir." pungkas Linda lalu menghampiri Vira yang sedang duduk di teras rumahnya.

"Terus nanti gimana kalo nggak ada handphone?" sambungnya.

Out of Script [REVISI]Where stories live. Discover now