10. Denasya Permana - Senyuman Melawan Sakit

48 0 0
                                    


Sakit adalah suatu kondisi di mana badan terasa tidak mengenakan dan ada rasa nyeri yang mengganggu. Sakit adalah proses fisik dan patofisiologi yang sedang berlangsung dan dapat menyebabkan keadaan tubuh atau pikiran menjadi abnormal.

Akhir-akhir ini saya sering sakit. Bahkan, pada tahun kemarin tepatnya pada bulan September akhir, saya mengalami sakit yang cukup parah hingga harus melakukan operasi. Mendengar itu, saya kaget sekaligus merasa takut. Tapi, mau tidak mau, saya harus melakukan operasi. Karena kalau dibiarkan, penyakit itu akan semakin parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Jadi tepatnya pada Oktober awal saya menjalani operasi. 

Sebelum operasi, saya dirawat di ruang kelas 3 sebelah ujung. Saya ditemani oleh ibu saya. Ibu saya mencoba menenangkan saya karena saya sangat takut, hingga tangan saya pun menjadi dingin dan sangat pucat. Mungkin muka saya pun akan berubah menjadi warna abu-abu karena saking takutnya untuk operasi. Saya beserta ibu saya diantar oleh perawat ganteng menuju ruang rawat saya. Setelah sampai, saya pun disuruh tiduran di ruangan itu. 

Lalu si perawat itu mengambil barang-barang yang tajam, seperti jarum suntik, gunting, pisau, dan lainnya. Saya juga ngeri melihatnya. Nah, di sini saya mulai merasa tak nyaman dengan keberadaan si perawat ini. Sepertinya saya mencium aroma kejahatan dari si perawat ini. Dan ternyata dugaan saya benar, dia punya niat jahat terhadap saya. Mengapa demikian? Apakah kalian tahu? Si perawat itu memegang tangan saya dan lebih parahnya lagi dia menusukkan suntikan itu ke tangan saya. Otomatis saya terkejut dan merasa sakit, tapi saya tetap tenang dan tidak protes. Namun dalam hati saya menggerutu kepada si perawat jahat ini; tega-teganya ia menyuntik saya. Namun perawat itu mengusapkan tisu yang sudah ditetes alkohol ke tempat suntikan tadi. Dan ia berlalu pergi tanpa ekspresi. Sungguh perawat yang menyebalkan. 

Jadi, kapan operasinya? Ya, operasi akan dilakukan pukul 6 sore dan hari itu sekitar sudah pukul 2 siang. Saya berbincang-bincang dengan ibu saya untuk mengurangi rasa takut. Nah, hari mulai sore. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6. Hati ini berdegup kencang. Apakah ini yang dinamakan cinta? Hah sudahlah saya tak ingin membicarakan tentang cinta. Akan tetapi yang jelas hari ini saya akan melakukan operasi! Huh betapa takutnya diri ini mengahadapi dokter dan alat-alat silver yang tajam itu. Saya sudah merasa lemas memikirkannya juga. Sudahlah mungkin ini jalannya untuk kesembuhan saya. Saya hanya berdoa dan selalu berdoa supaya saya di beri kelancaran pada operasi ini.

Waktu menunjukan pukul 6 sore. Ada seseorang dari pintu menuju ke arah tempat saya. Dia adalah perawat berwajah tanpa ekspresi itu. Jujur, saya sangat takut dan gelisah. Sembari ditemani ibu saya, perawat membawa saya ke tempat operasi. Suhunya sangat dingin sekali. Mungkin jika berada di sana lebih lama akan menyebabkan tulang-tulang menjadi beku seperti es dalam kulkas. Sungguh ini hari yang sangat menegangkan. Si perawat itu tiba-tiba bicara dan mengagetkan saya yang sedang ketakutan hebat ini. Dia mengatakan bahwa saya harus membuka pakaian dan menggantinya dengan pakaian tipis berwarna biru tanpa kancing dan resleting. Sungguh pakaian yang aneh. 

Setelah memakai pakaian aneh itu, tentunya dibantu oleh ibu saya yang setia menemani saya, si perawat menyebalkan itu memanggil saya untuk segera ke ruangan operasi. Ibu saya pun menunggu di luar. Setelah masuk ke ruang yang mencekam itu, ternyata sudah banyak perawat laki-laki dan dua dokter. Kira-kira di dalam ada 7 orang. Saya cuek saja terhadap mereka. Saya disuruh tiduran di tempat khusus operasi. Dokter-dokter itu bertanya terus, sungguh cerewet dokter ini gerutu saya dalam hati. Tiba-tiba si dokter ini menyuruh saya duduk dan membuka pakaian saya dari belakang. Dokter itu berkata, "De, sebentar ya, pinjam punggungnya sebentar untuk menyuntikan suntikan bius. Ade jangan panik, tidak sakit kok." Saya hanya mengangguk mengiyakan. Dalam hati saya menggerutu, gak sakit dari mana? Jelas-jelas disuntik itu sakit, dasar dokter.

Singkat cerita, setelah disuntik, saya pun menjadi pusing dan lemas. Tiba-tiba saya tertidur dan tak ingat apa-apa. 

Saya terbangun dari tidur itu dan langit-langit itu kenapa berputar? Oh tidak, pusing sekali rasanya. Di sisi ranjang saya sudah ada ibu yang sedari tadi mengkhawatirkan saya dan terus memanggil nama saya. Saya mendengar tetapi saya tak dapat bicara. Suara saya terasa sangat berat. Ibu saya sangat khawatir dan terus melantunkan kalimat istighfar, syahadat, dan tahlil. Saya mengikuti lantunan itu, namun saya tak dapat bersuara. Sungguh sedih hati ini melihat ibu menangis dan menghawatirkan keadaan saya yang tak berdaya di atas ranjang. 

Tak lama, saya pun tertidur kembali dan bangun pada pukul 10 malam. Ternyata ibu saya tidak tidur dan menunggu saya sadar. Sungguh mengharukan. Ibu saya langsung mengusap kepala saya sembari berkata, "Nak, yang sabar ya. Ini adalah ujian dari Allah. Kamu harus sabar menghadapi semua ini. Ibu yakin kamu pasti bisa menghadapinya. Ibu percaya sama kamu nak," begitu. Betapa terharunya hati ini. Ingin saya menangis di depannya, tetapi saya tak boleh menambah kesedihan baginya. Saya hanya mengangguk dan tersenyum.

Ya, saya harus tetap tersenyum walau sedang merasakan sakit. Karena jika terus berlarut-larut dalam kesedihan tak akan memecahkan kesulitan. Jadi intinya, tetap tersenyum walau sedang sakit itu lebih baik daripada terpuruk menangis di pojokan. Hidup ini banyak ujian dan tantangan. Kita harus bisa menghadapinya dan yakin bahwa kita bisa melewati ujian itu. Keep smile, Allah will stay with you.

Kumpulan Esai AdimusWhere stories live. Discover now