ISTD 24

16K 969 55
                                    

Arcylic memandang mobil hitam yang memasuki halaman tempat tinggalnya, berselang beberapa detik, Oris keluar dari dalamnya. Pria dengan setelan jas rapi itu mendongak sejenak sebelum membawa langkahnya ke arah pintu. Arcylic bungkam, ia masih dengan posisinya tanpa bergerak sedikitpun, pria itu memilih menunggu kedatangan Oris.

Suara sepatu terdengar mendekat setelah sepuluh menit berlalu. Oris berdiri di seberang meja panjang yang membentengi diri Arcylic. Tak ada perkataan yang keluar dari mulut Oris, pria itu hanya berdiri di sana dengan diam, dengan pandangan yang terus tertuju kepada Arcylic. "Ada apa?" tanya Arcylic mengalah. Oris tak merespon, ia masih dengan posisinya.

Merasa kalau pria dengan nama lengkap Oris Darel Tristan itu tidak merespon, Arcylic menghela nafas. "Kau tidak mungkin jauh-jauh datang ke sini hanya untuk terdiam di sana, bukan? Katakan, apa yang kau inginkan?" Arcylic memutar tubuhnya, membalas tatapan datar Oris yang terus mengawasinya.

"...aku ingin bertemu John."

Seketika sorot mata Arcylic merubah tajam, ia tak merespon permintaan Oris, keadaan berubah senyap, Arcylic memilih untuk kembali membalik tubuhnya.

"Arcylic." Panggil Oris,

"Katakan saja apa yang ingin kau sampaikan pada John, nanti aku---"

"Aku ingin menemuinya!" potong Oris tegas, "berikan aku kunci ruang bawah tanahmu, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padanya." lanjut Oris dengan nada yang menurun, perkataan Oris barusan membuat Arcylic tersenyum miring, "sesuatu apa itu sampai kau ingin bertemu dengannya secara langsung setelah sekian lama?"

"Bukan urusanmu ...."

Arcylic tak lagi menjawab, ia terdiam sejenak sebelum memutar langkahnya untuk membuka laci lalu mengeluarkan beberapa kunci dari dalam sana. "20 menit." Ucap Arcylic sambil menyodorkan kunci ke arah Oris. Oris tak menyahut, dengan diam ia meraih kunci yang di serahkan Arcylic lalu berpaling dan menghilang di sebalik pintu yang menutup.

ISTD

Dengungan ketukan tapak sepatu yang saat itu Oris gunakan menggema di seluruh jalan koridor lembab dan sedikit pengap tersebut. Samar-samar, ia bisa mendengar alunan musik keluaran lama yang berasal dari sebuah ruangan yang terbentengi pintu semen tebal. Musik tersebut tiba-tiba semakin keras saat Oris kian mendekat, dan saat langkah kaki pria itu terhenti, alunan musik itu ikut senyap, menyisakan keheningan.


Berselang beberapa detik, suara kekehan berat terdengar dari sebalik pintu tersebut. "Kau tidak ingin menyapaku, Oris?"

Oris bergeming, ia mengeluarkan kunci dari saku celananya, "bagaimana kau bisa tahu kalau ini aku, John?" tanya pria itu sambil membuka rantai berkarat yang melekat di gagang pintu, John kembali terkekeh, "tentu saja aku tahu... karena kalau saja yang datang bukan kau, aku akan menghancurkan tempat ini lalu membunuhmu." Jawabnya sembarang, Oris menggeser pintu tersebut, memaparkan sosok pria kurus dengan stelan jas rapi di tubuhnya. "Hai ...." sapa John sambil tersenyum, memaparkan deretan giginya ke hadapan Oris.

Oris tak merespon, ia hanya menatap wajah John dengan datar. "Kau jadi kurus sekali... John." Ucap Oris seraya membawa langkahnya masuk, ia duduk di kursi kayu yang terdapat di samping ranjang kecil John.

John terkekeh, "bukan hanya itu... rambutku juga sudah mulai beruban dan pipiku mulai turun sejak setahun terakhir..." John menghela nafas, ia bangkit dari posisi tidurnya. Menjejakkan kedua kakinya yang di rantai ke atas lantai, retina cokelat kelam dengan tepian yang memerah miliknya menatap wajah Oris dengan seksama. "Jadi, bagaimana?"

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang