ISTD 10

24.4K 1.4K 84
                                    

Suara besi pengikat tirai jendela yang di tarik ke tepi memenuhi gendang telinga Jasmine, ia mengernyitkan dahinya kala sinar matahari yang tiba-tiba memancar itu menyapa dirinya. Jasmine mengarahkan pandangannya ke samping dengan mata yang menyipit.

"Oris?"

Oris tak merespon, ia masih berdiri di samping jendela sambil menyandarkan pundaknya ke tembok, pandangan lurus serta wajah yang tanpa ekspresi miliknya terarah ke Jasmine yang kini telah merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Kau rapi sekali... mau kemana?" Jasmine menatap Oris, kedua tangannya menempel di atas mattress yang di alasi kain dengan bahan lembut.

"Mengajakmu sarapan." Suara baritone milik Oris menggema di telinga Jasmine, seperti alunan musik yang penuh misteri, matanya masih saja menatap Jasmine dengan tatapan kelam, mimik wajahnya tak bisa di tebak, telaga kehidupan Oris terlalu dalam untuk Jasmine selami. Jasmine akhirnya memilih tersenyum, ia bangkit dari duduknya.

"Apa menu hari ini?" tanya Jasmine bersemangat,

"Daging." Jawab Oris langsung.

Jasmine tersenyum kecil, kaki pendeknya menapak lantai untuk mendekati sosok Oris, "Aku tahu... maksudku, kau masak jadi apa?" Jasmine menghentikan langkahnya saat ia berada berjarak satu kaki dari tubuh Oris, senyuman gadis itu masih mengembang, ia mendongakkan kepalanya untuk menatap Oris.

Oris bungkam, ia ikut menatap mata cokelat terang milik Jasmine. "Jasmine..." Oris berucap pelan,

"Hm?" respon Jasmine masih dengan senyuman, kedua tangannya ia silangkan ke belakang, "Rambutmu kusut." Lanjut Oris. Senyuman Jasmine perlahan memudar, ia mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh rambut hitam bergelombang miliknya, "ya... memang kusut---"

Perkataan Jasmine terhenti saat tangan Oris mendarat di pucuk kepalanya, "...juga lengket." Ucap pria itu dengan nada datar, wajah Jasmine jelas tampak terkejut, namun lekas gadis itu menyembunyikannya dengan senyuman paksa. "Memang, memang lengket..." ucap Jasmine canggung, hal itu membuat Oris terkekeh pelan, "ayo..." ucapnya lalu melenggang, sepatu pentopel dengan warna cokelat gelap yang menghias kakinya mengeluarkan suara 'tuk' setiap kali Oris menapak langkah baru. Jasmine mengekor di belakang dengan senyap, sesekali ia merapikan rambutnya.

"Oris?" panggil Jasmine, "apa kau pernah makan nasi?"

"Tidak."

"Bahkan sekalipun?" Jasmine kembali mengajukan pertanyaan, "ya," Oris langsung menjawab.

"Kenapa?" Mata Jasmine menatap punggung lebar milik Oris.

"Entahlah... aku tidak tahu," Oris menuruni tangga, begitu pula Jasmine, decitan pelan terdengar kala mereka menginjak anak tangga kayu itu. "Kalau begitu... kau harus mencobanya kapan kapan."

"Aku tidak tertarik." Oris menuju meja bundar dengan dua kursi di hadapannya,

"Ayolah... kau akan memyukainya Oris, lagipula kau harus temukan alasan kenapa kau tidak makan nasi selama bertahun-tahun." Jasmine tersenyum, ia menarik kursi lalu duduk di atasnya. Pandangannya terarah ke wajah Oris yang sekarang tengah membuka tutup mangkuk kaca diatas meja. "Kita bahas itu nanti, sekarang makanlah dulu."

"Baiklah...." ucap Jasmine bersemangat, ia menjangkau sendok yang berada di samping kanannya, namun ketika hendak menyendoki menu sarapan yang di siapkan Oris, ekspresi wajahnya berubah.

"Daging...," ucap Jasmine dengan ekspresi heran, "mentah?" lanjutnya, wajahnya begitu mengharapkan jawaban dari Oris, namun pria itu bungkam, sama sekali tak menjawab.

Merasa Oris tak menjawab pertanyaannya, Jasmine melepaskan sendok dari genggamannya. "Maaf Oris... tapi aku tidak bisa makan ini." Ucap Jasmine,

"Kenapa tidak?"

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang