ISTD 11

21.8K 1.3K 85
                                    

Sehari berlalu sejak kejadian Mortas menggores lengan Jasmine, sejak pulang dari rumah Mortas, Jasmine tak pernah lagi menemukan sosok Oris, ia sudah lelah mengelilingi rumah, menyerukan nama Oris ke seluruh ruangan namun tak ada jawaban. Oris menghilang begitu saja, tak ada sarapan, juga bising suara radio seperti biasanya.

Jasmine kesepian.

Ia memandang luka di lengannya yang kini sudah menutup meski masih memerah. Berulang kali Jasmine menghela nafas bosan, ia mengetuk ngetukkan telapak kakinya ke lantai untuk menghibur diri. "Oris ...." panggil Jasmine dengan nada lemas, ia akhirnya memilih berdiri. Berjalan menyusuri koridor sambil meniti dinding yang menggantung banyak tulang, menuruni tangga untuk sampai di ruangan tempatnya makan bersama Oris.

Jasmine menatap mangkuk daging yang menjadi menu sarapan dirinya dan Oris pagi kemarin. Daging tersebut sudah berair dan samar mengeluarkan bau, beberapa lalat hinggap di atasnya. Jasmine memasang wajah jijik, masih tak percaya kalau kemarin daging mentah itu masuk ke mulutnya.

Brugh!

Pandangan Jasmine sontak tertuju pada sebuah pintu kecil yang berada di depannya. Pintu yang beberapa hari lalu Oris gunakan untuk menuju ruang bawah tanah.

"Oris? Kau kah itu?" ucap Jasmine dengan suara lantang.

Hening.

Tak ada jawaban, "Oris?" panggil Jasmine lagi, ia menelan ludahnya takut.

Brugh!

Jasmine terperanjat kala bunyi keras itu kembali memenuhi gendang telinganya, ia mulai merasa was-was.

"Oris?" panggil Jasmine tak menyerah, ia sangat mengharapkan sesuatu yang menabrak pintu itu adalah Oris. Sempat senyap sejenak sebelum bunyi keras itu berubah menjadi gedoran yang nyaring. Knop pintu kayu itu di putar secara berulang dari dalam dengan gerakan cepat. Nafas Jasmine memburu, ia perlahan memundurkan langkahnya.

Brugh!

Brugh!

Brugh!

Mata Jasmine membesar saat melihat knop pintu yang menghalangi dirinya dengan apapun yang ada di sebalik pintu itu mulai rusak. Yang bearti ada seseorang di sebalik pintu itu, dan orang itu jelas bukan Oris. Karena Oris memiliki kunci untuk pintunya.

Brugh!

Knop pintu itu terlepas, seiring terjatuhnya besi tersebut, Jasmine juga membawa kakinya untuk berlari menjauh. Ia menaiki tangga dengan tergesa lalu masuk ke dalam kamar Oris, tanpa memikirkan apapun lagi, ia segera menutup pintu, lalu mendorong sebuah laci untuk menahan pintu tersebut. Jantung Jasmine berdenyut kencang, demi apapun dia sangat takut sekarang.

"...Oris, tolong aku." Gumam Jasmine, matanya mengalirkan airmata.

ISTD


Sebuah piring berisikan daging mendarat di atas meja panjang. Seorang pria berjas juga menyuguhkan segelas anggur hitam untuk Oris, pria itu kemudian berjalan menuju ujung meja, mereka berdua berjarak cukup jauh untuk seukuran dua orang yang hendak ingin mengobrol.

Oris memotong daging yang terhidang di hadapannya, daging panggang yang masih mengeluarkan darah ketika di potong. Tanpa diaog Oris mengunyah daging tersebut.

"Aku yakin masih ada dua atau tiga orang di rumahmu."

Oris tak menjawab, ia menenggak anggur dengan elegan. "Masih ada tiga." Jawab Oris tanpa menoleh,

"Lalu... apa yang membuat kau kemari?" pria yang tampak sedikit lebih tua dari Oris itu mengajukan pertanyaan. Oris tak langsung menjawab, ia menatap pria di depannya dengan lekat. "Ayolah... aku tidak mengerti bahasa matamu, Oris." Ucap pria itu tak sabar.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang